Fakta Menarik Film Legendaris "Resia Boroboedoer", Kontrak Bintang Film Panas Tapi Gagal di Pasaran
Film ini menyebabkan produsen bangkrut karena tak mampu menutup biaya produksi
Film ini menyebabkan produsen bangkrut karena tak mampu menutup biaya produksi
Fakta Menarik Film Legendaris "Resia Boroboedoer", Kontrak Bintang Film Panas Tapi Gagal di Pasaran
Seksualitas merupakan salah satu unsur yang menjual nilai sebuah film bagi penontonnya. Bahkan beberapa tahun lalu, unsur-unsur seksualitas ini sangat menonjol di banyak film Indonesia, sebut saja film “Menculik Miyabi” (2010) maupun “Maling Kutang” (2009).
-
Apa yang diwujudkan oleh Ria Ricis? Ria Ricis, seorang aktris dan konten kreator yang sangat populer, telah mewujudkan impiannya dengan membangun sekolah anak usia dini bernama MAHA.
-
Di mana Ibunda Ria Ricis diwisuda? Ibunda Ria Ricis memberi kabar baik setelah menjalani wisuda penghafal Al-Quran di pesantren Maskanul Huffadz.
-
Apa yang Ria Ricis lakukan di acara di BSD, Tangerang Selatan? Ria Ricis, yang saat itu mengenakan gaun berwarna peach, juga mengungkapkan bahwa kebahagiaan datang dari Tuhan dan disampaikan melalui orang-orang yang tulus.
-
Apa yang dilakukan Ria Ricis di sekolahnya? Ria Ricis baru-baru ini membagikan momen mengajarnya di sekolah sendiri di Instagram.
-
Bagaimana Ria Ricis berusaha menunjukkan kekuatan di hadapan penggemarnya? "Kalau misalnya kita tidak bisa membahagiakan orang lain, setidaknya tidak menyakiti, setuju nggak sih?" ucap Ria Ricis dari atas panggung.
-
Kapan Ria Ricis mengajukan gugatan cerainya? Ria Ricis menggugat Teuku Ryan pada tanggal 30 Januari 2024.
Unsur seksualitas dalam dunia perfilman Indonesia itu sesungguhnya sudah ada sejak lama. Pada tahun 1928, Nancing Film Corporation, sebuah perusahaan kongsi China di Batavia, memproduksi sebah film bisu berjudul “Resia Boroboedoer” (baca: Rahasia Borobudur).
Film Resia Boroboedoer bergenre petualangan dan misteri. Nancing Film dengan berani mengontrak bintang film asal Shanghai yang terkenal berani dan sensasional bernama Olive Young.
Waktu itu Olive Young berusia 26 tahun. Ia cukup terkenal di dunia perfilman karena berani memainkan adegan yang pada saat itu dianggap sangat fulgar.
Saat itu, Olive Young berani beradegan ciuman dengan lawan mainnya. Selain itu, dia juga berani tampil dengan pose-pose menggairahkan di majalah-majalah.
Dalam film Resia Boroboedoer, Olive Young berani menampilkan kemolekan tubuh dengan kostum mirip bikini. Adegan tersebut merupakan adegan paling terbuka yang pernah ada dalam sebuah film Hindia Belanda pada masanya.
Film Resia Boroboedoer menceritakan tentang seorang gadis bernama Young Pei Fen datang dari Negeri Cina ke Jawa demi mencari benda berharga yang tersimpan di Candi Borobudur. Benda itu adalah sebuah toples berisi abu Budha Gautama.
- Tragedi Pembunuhan Nia Kurnia Sari Si Gadis Penjual Gorengan Bakal Difilmkan, Tuai Atensi
- Kisah Hidup Pelawak Legendaris Kardjo AC DC, Tak Direstui Jadi Seniman hingga Terkenal Bersama Srimulat
- Fakta Menarik Pareh, Film Hindia Belanda yang Sukses di Pasaran Tapi Bikin Produsernya Bangkrut
- Fakta Menarik Film Oeroeg, Berbahasa Belanda dan Syutingnya di Cirebon
Penjaga Candi bernama Gandha Soewasti, gagal melarang Young mencari benda itu. Saat itu, Young berselisih paham dengan Gandha. Bahkan teman Gandha sempat menyerang Young dengan ilmu hitam.
Di dalam candi, Young menemukan ruangan bawah tanah dan memasukinya. Tapi ternyata di dalam ruangan tersebut terdapat gas beracun.
Gandha pun menyelamatkan Young dan mengaku dulu berutang nyawa dengan ayah Young. Hal itu lantaran ayah Young telah menyelamatkan nyawa Gandha dari serangan bandit 30 tahun lalu.
Young kemudian membatalkan pencarian abu dan menjalani hidup sebagai seorang penjaga candi bersama Ganda.
Pada film tersebut Olive Young dibayar sebesar 2.000 gulden per bulan. Jumlah itu sangat besar pada masanya. Namun jumlah itu berbanding terbalik dengan kesuksesan filmnya.
Film ini gagal di pasaran dianggap tidak logis dan kualitas gambarnya sangat buruk. Para penontonnya juga mengecap buruk film itu karena dipenuhi adegan sensual.
Seorang kritikus film saat itu, Kwee Tek Hoy, menyebut banyak adegan yang tidak realistis dan masuk akal dalam film tersebut.
Dia mempertanyakan bagaimana seorang Young bisa berkomunikasi dengan orang Jawa yang tidak bisa berbahasa mandarin.
Film Resia Borobudur menjadi yang pertama dan terakhir bagi Nancing Film Corp. Setelah rilis film tersebut, perusahaan itu bangkrut karena hasil pendapatan film tidak mampu menutupi biaya produksi.
Honor Olive yang sangat besar begitu memberatkan. Belum lagi perusahaan itu juga membangun sebuah studio film yang sangat besar di Mangga Besar, Batavia.