Mengenal Kirab Fosil Manyarejo, Bentuk Nyata Pelestarian Warga terhadap Warisan Purbakala Situs Sangiran
Fosil-fosil yang dikirab merupakan hasil penemuan dari masyarakat setempat secara tidak sengaja
Fosil-fosil yang dikirab merupakan hasil penemuan dari masyarakat setempat secara tidak sengaja
Foto: YouTube Sangirankita
Mengenal Kirab Fosil Manyarejo, Bentuk Nyata Pelestarian Warga terhadap Warisan Purbakala Situs Sangiran
Sangiran merupakan sebuah situs warisan dunia yang sudah diakui UNESCO. Maka tak heran, pemerintah Republik Indonesia berupaya serius menjaga situs ini. Tak hanya pemerintah, masyarakat setempat pun juga ikut menjaga kelestarian situs Sangiran.
Salah satu upaya tersebut adalah dengan mengadakan acara budaya yang dinamakan “Kirab Fosil Manyarejo”. Acara budaya itu diselenggarakan oleh masyarakat Desa Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen.
-
Apa temuan terbaik fosil purbakala di Sangiran? Temuan terbaik fosil purbakala di Sangiran adalah fosil Sangiran 17. Disebut-sebut bahwa Sangiran 17 merupakan fosil tengkorak Homo Erectus terlengkap di dunia.
-
Apa yang ditemukan di Situs Sangiran selain fosil manusia purba? Selain fosil manusia purba, situs Sangiran juga menyimpan fosil-fosil hewan dan tumbuhan purba, yang memberikan gambaran tentang lingkungan hidup manusia purba tersebut.
-
Apa isi dari Prasasti Sangguran? Dua baris pertama isi Prasasti Sangguran ditulis dalam bahasa Sansekerta. Sedangkan seluruh bagian lainnya menggunakan bahasa Jawa Kuno.
-
Bagaimana fosil manusia purba di Sangiran ditemukan? Fosil ini pertama kali ditemukan oleh Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald pada tahun 1934 dengan bantuan penduduk setempat.
-
Apa yang diceritakan dalam Wawacan Pangandaran? Wawacan merupakan sebuah kesenian berbentuk sastra lawas khas wilayah Pangandaran. Sesuai namanya, wawacan atau bacaan ini merupakan teks berisi pesan tertentu yang dibacakan oleh tokoh setempat. Di daerah asalnya, wawacan biasanya bertema alam dan lingkungan, serta dibacakan kepada generasi muda agar mereka bisa menjaga kelestariannya.
-
Di mana Situ Sangiang berada? Yuk, kenalan lebih dekat dengan Situ Sangiang yang terletak persis di Desa Sangiang, Kecamatan Banjaran.
Dalam acara kirab tersebut, para sesepuh desa setempat membawa beberapa sampel fosil di Sangiran yang kemudian diletakkan ke dalam nampan yang terbuat dari bambu.
Fosil-fosil dari tempat lain juga dikumpulkan dari tempat berbeda dan dimasukkan pula dalam nampan yang lain.
Setelah beberapa nampan berisi fosil terkumpul, kemudian nampan itu diarak keliling desa. Arak-arakan itu sebenarnya tidak berlangsung meriah.
Para pesertanya hanya terdiri dari bapak-bapak yang mengenakan pakaian adat Jawa, ibu-ibu yang mengikutinya dari belakang, serta para anak sekolah didampingi oleh guru-guru mereka.
Setelah itu mereka mengadakan upacara sebentar di halaman museum Sangiran Klaster Bukuran. Baru kemudian acara serah terima fosil dari pihak warga kepada pihak pengelola Museum Sangiran.
Rute kirab fosil ini terbagi menjadi dua tempat. Pertama yaitu dari Rumah Joglo Mbah Tugi yang merupakan pusat kegiatan festival budaya dan dari tempat ekskavasi di Manyarejo. Kirab dilakukan dengan berjalan mengitari desa hingga kemudian berakhir di Museum Manusia Purba Klaster Bukuran yang terletak di Kecamatan Kalijambe, Sragen.
Fosil-fosil yang dikirab merupakan hasil penemuan dari masyarakat setempat antara lain fosil gigi dan gading. Biasanya hasil temuan oleh masyarakat itu merupakan ketidaksengajaan.
- Ilmuwan Temukan Sayatan Pada Fosil Mamut Berusia 39.000 Tahun, Ungkap Jejak Manusia Pertama di Kutub Utara
- Berkat Fosil Batang Kayu Berusia 30 Juta Tahun, Ilmuwan Temukan Hutan Purba Tersembunyi di Pulau Tanpa Pohon
- Menguak Jejak Kehidupan Gajah Purba di Situs Sangiran, Beranak Pinak Hingga Ratusan Ribu Tahun Lamanya
- Menguak Fakta Fosil Utuh Gajah Purba di Patiayam Kudus, Diperkirakan Usianya Capai Jutaan Tahun
Mereka menemukan fosil itu saat kegiatan bertani atau berkebun. Setelah itu, fosil-fosil tersebut akan ditindak lebih lanjut oleh Badan Pelestari Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran.
Dikutip dari Goodnewsfromindonesia.id, acara tersebut digelar untuk menarik kunjungan wisatawan dan memajukan kawasan Situs Sangiran. Acara itu juga merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam menjaga dan melestarikan hasil temuan fosil yang masih sangat memungkinkan adanya penemuan baru. Apalagi Situs Sangiran sudah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO dan sayang apabila keberadaannya dibiarkan begitu saja.