Mengenal Tradisi Yasa Peksi Burak, Cara Unik Keraton Yogyakarta Peringati Isra Mikraj
Ada makna filosofis di balik penyelenggaraan tradisi ini.
Ada makna filosofis di balik penyelenggaraan tradisi ini.
Mengenal Tradisi Yasa Peksi Burak, Cara Unik Keraton Yogyakarta Peringati Isra Mikraj
Rabu malam (7/2) tepat pada malam peringatan Isra Mikraj, Keraton Yogyakarta menggelar pengajian yang berlangsung khidmat. Pengajian itu termasuk bagian dalam tradisi Yasa Peksi Burak.
Foto: Ig @humasjogja
-
Apa ciri khas Bir Pletok? Minuman ini memiliki ciri khas berwarna merah dan memiliki aroma yang harum. Aroma wangi ini dari campuran rempah-rempah, sangat enak dinikmati dikala hangat maupun ditambah dengan es batu.
-
Bagaimana Toprak Razgatlioglu menabrak pagar pembatas? Pembalap dari Rokit BMW Motorrad WorldSBK tersebut mengalami jatuh dengan kecepatan tinggi di Tikungan 14-15 dan terlempar dari motornya. Tubuh 'El Turco' pun menabrak pagar pembatas.
-
Bagaimana Pebanista yacuruna berburu? Pebanista yacuruna dan Platanista ini sama-sama memiliki jambul wajah yang khas, yakni struktur tulang khusus yang berhubungan dengan ekolokasi, kemampuan mereka untuk melihat dengan mengeluarkan suara berfrekuensi tinggi atau mendengarkan gemanya, yang sangat diandalkan saat berburu.
-
Apa yang ditemukan di Yeşilova Hoyuk, Turki? Dalam penggalian terbaru di Yeşilova Hoyuk, distrik Bornova, İzmir, Turki, ditemukan batu berangka berusia 8.000 tahun.
-
Apa yang diprotes bocah Turki itu? Dengan nada tinggi, bocah itu memprotes alasan penjual toko menjual produk Israel.
-
Apa yang ditemukan di tepi Waduk Yamula di Provinsi Kayseri, Turki? Para ahli berhasil menemukan fosil tengkorak lengkap berasal dari 7,5 juta tahun yang lalu di tepi Waduk Yamula di Provinsi Kayseri, Turki Tengah. Tengkorak ini merupakan milik Choerolophodon Pentelic, yang dikenal sebagai leluhur gajah.
Dilansir dari Kratonjogja.id, Yasa Peksi Burak sendiri merupakan tradisi yang diadakan setiap tanggal 27 Rejeb tahun Jawa. Acara tradisi ini penuh makna filosofis.
Secara harfiah, “Yasa” berarti mengadakan, “Peksi” berarti burung, dan “Burak” berarti Buraq, seekor burung yang menjadi kendaraan Nabi Muhammad SAW saat melakukan Isra Mikraj.
Hajat ini diawali dengan membuat Peksi Burak, pohon buah dan empat pohon bunga.
Peksi Burak dibuat menggunakan buah dan kulit jeruk bali. Kulit tersebut dibentuk dan diukir menyerupai badan, leher, kepala, dan sayap burung.
Burung Jantan diberi jengger (pial) untuk membedakannya dengan burung betina. Masing-masing Peksi Burak akan diletakkan di atas sebuah susuh atau sarang, kemudian dirangkai dengan daun kemuning sebagai tempat bertengger.
Tujuh macam buah yang dirangkai pada pohon tersebut adalah salak, sawo, apel malang, jeruk bali, rambutan, manggis, dan di paling bawah terdapat pisang raja. Terakhir, pohon buah ini akan diikat dengan untaian bunga Melati.
Foto: kratonjogja.id
Empat pohon bunga dibuat dari rangkaian dedaunan dan berbagai macam bunga dirangkai pada kerangka bambu. Pohon bung aini melambangkan taman bunga.
Keseluruhan hiasan ini menggambarkan sepasang burung Jantan dan betina yang sedang bertengger pada pohon buah-buahan pada taman surga.
- Mengenal Lebih Dekat Tradisi Sekaten, Warisan Budaya Penuh Makna dalam Menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW
- Mengenal Ulap Sarut, Tradisi Berpakaian Masyarakat Dayak Benuaq yang Kaya Nilai Filosofis
- Mengenal Keunikan Tradisi Megibung di Kampung Islam Kepaon Bali
- Mengulik Tradisi Bersyukur dengan Bubur Sumsum, Ternyata Punya Makna dan Filosofi Mendalam
Pekerjaan membuat atau merangkai Peksi Burak hanya boleh dilakukan oleh para kerabat dekat sultan.
Sementara pembuatan pohon bunga atau taman bunga dilakukan para abdi dalem wanita. Proses ini diselenggarakan sejak pagi hari sampai menjelang waktu salat Dhuhur di Bangsal Sekar Kedhaton.
Selepas Salat Ashar, Peksi Burak akan diarak menuju Masjid Gedhe. Sebelum diarak, Abdi Dalem Punokawan Kaji akan memimpin doa yang diikuti semua hadirin yang ada di Bangsal Sekar Kedhaton. Selesai doa bersama, Peksi Burak diarak menuju Masjid Gedhe.
Peringatan Isra Mikraj sendiri dilaksanakan malam hari setelah Salat Isya. Selain para abdi dalem, masyarakat juga turut hadir dalam acara ini. Para hadirin yang datang akan duduk melingkari Peksi Burak beserta segala perlengkapannya.
Setelah rangkaian acara selesai, abdi dalem akan membagikan buah-buahan yang akan dirangkaikan Peksi Burak kepada seluruh masyarakat yang hadir.
Dengan berakhirnya upacara peringatan Isra Mikraj, maka berakhir pula rangkaian Tradisi Yasa Peksi Burak di Keraton Yogyakarta.