Muncul Beriringan dengan Hadirnya Listrik, Ini Sejarah Warung Angkringan di Kota Solo
Mulai dari Solo, keberadaan angkringan muncul di kota-kota lain.
Mulai dari Solo, keberadaan angkringan muncul di kota-kota lain.
Muncul Beriringan dengan Hadirnya Listrik, Ini Sejarah Warung Angkringan di Kota Solo
Keberadaan warung Angkringan begitu menjamur pada setiap daerah di Pulau Jawa, mulai dari pedesaan hingga kawasan perkotaan hampir mudah dijumpai warung angkringan. Keberadaan warung angkringan juga menjamur di Kota Solo.
-
Bagaimana bentuk Rangkiang? Dari segi arsitektur, secara kasat mata terlihat jelas pada bagian atapnya menyerupai rumah gadang. Atap Rangkiang berbentuk gonjong dan terbuat dari bahan ijuk. Untuk dindingnya, Rangkiang terbuat dari anyaman bambu tanpa diberi jendela maupun pintu.
-
Kenapa Rumah Kentang di Bandung disebut angker? Keangkeran Rumah Kentang terkenal hingga seantero nusantara, bahkan banyak yang tidak berani jika harus melewatinya di kala malam.
-
Apa itu Rangkiang? Di Sumatera Barat, kelompok etnis Minang yang juga tidak lepas dari aktivitas pertanian juga memiliki lumbung padi sendiri bernama Rangkiang. Sebuah rumah kecil dengan atap menyerupai rumah gadang ini menjadi tempat untuk menyimpan hasil panen padi masyarakat setempat.
-
Apa arti nama "Angke" dalam bahasa Sansekerta? Menurut Budayawan Betawi, Ridwan Saidi, Angke yang dimaksud berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya sungai yang dalam.
-
Apa yang membedakan anjing dan serigala secara perilaku? “Serigala masih memiliki semua perilaku berburu alami yang tidak dimiliki anjing," kata Kathryn Lord, ilmuwan yang mempelajari evolusi perilaku.
-
Mengapa Kali Angke sering banjir? Sayangnya, Kali Angke masih kerap tak kuat menahan luapan air sehingga sering menyebabkan banjir.
Dilansir dari Narasisejarah, keberadaan angkringan di Kota Solo muncul beriringan dengan hadirnya listrik. Dibanding nama “angkringan”, warga Solo lebih mengenalnya dengan nama “hik”. Sebutan “hik” muncul akibat dari teriakan yang dilakukan penjual ketika menjajakan dagangannya.
Pada awalnya, sebutan “hik” bukan merupakan suatu singkatan atau apapun. Namun dalam perkembangannya “hik” diartikan sebagai singkatan dari Hidangan Istimewa Kampung. Pengertian ini merupakan gambaran dari dagangan yang dijual para pedagang hik.
Meski nama “hik” lebih populer di kalangan masyarakat Solo, namun terminologi “angkringan muncul lebih dulu.
Dalam buku “Jejak Listrik di Tanah Raja” karangan Eko Sulistyo, diwartakan dalam koran Djawi Hiswara tahun 1918 tentang adanya maling yang bersembunyi di “angkring” (keranjang pikul yang digunakan untuk tempat makanan dan kopi).
Diketahui pada waktu itu para pedagang angkringan harus memikul dagangannya keluar masuk kampung demi mencari pembeli.
Pada 12 Maret 1901, Kota Solo resmi dialiri listrik. Kebiasaan masyarakat untuk beraktivitas pada malam hari mulai terbentuk. Berbagai hiburan malam bermunculan seperti pertemuan malam hari di restoran, bioskop, layar tancap di alun-alun, dan sebagainya.
Kesempatan ini diambil masyarakat kelas bawah untuk mengambil peluang. Mereka mencoba peruntungan menjajakan makanan bagi masyarakat yang beraktivitas pada malam hari. Mereka menjual makanan dengan bakul angkringan di titik-titik keramaian.
- Dulu Ditarik dengan Tenaga Kuda, Ini Sejarah Jalur Kereta Api Solo-Boyolali
- Mobil Rombongan Rumah Yatim Piatu Kecelakaan di Jalur Puncak, Empat Orang Meninggal
- Jelang Putusan MK, Ratusan Warga Solo Bakar Kemenyan di Depan Rumah Dinas Gibran
- Gudang Rosok di Solo Terbakar Hebat, Puluhan Warga Mengungsi Akibat Api Merembet ke Pemukiman Padat
Mulai dari Kota Solo, keberadaan angkringan menyebar ke berbagai daerah. Menu yang khas yaitu nasi dengan tempe.
Seiring berjalannya waktu, warung angkringan semakin modern dengan menu yang semakin bervariasi.