Sejarah Desa Legetang di Dieng, Hilang dan Lenyap dalam Semalam
Hilangnya Desa Legetang menjadi cerita rakyat yang menarik untuk disimak.
Hilangnya Desa Legetang menjadi cerita rakyat yang menarik untuk disimak.
Sejarah Desa Legetang di Dieng, Hilang dan Lenyap dalam Semalam
Sebut saja legenda Sangkuriang dari Jawa Barat yang menceritakan kisah cinta tragis antara ibu dan anak tanpa mereka sadari, atau legenda asal-usul Danau Toba di Sumatra Utara yang berkaitan dengan cerita cinta sedih antara seorang pemuda yang menikah dengan gadis jelmaan seekor ikan.
Bukan hanya itu, legenda Desa Legetang di Dieng juga memiliki cerita sejarah yang menarik. Konon, desa ini hilang dan lenyap hanya dalam satu malam. Sejarah Desa Legetang ini sering dikaitkan dengan sebuah azab yang datang dari Tuhan.
Sebagian dari Anda mungkin belum pernah mendengar cerita ini, karena memang tidak sepopuler cerita rakyat lainnya. Bagi yang tertarik, Anda bisa menyimak rangkuman sejarah Desa Legetang Dieng berikut. Selain sejarah, terdapat pula penjelasan tentang penyebab hingga fakta menarik tentang Desa Legetang.
Berikut sejarah Desa Legetang dan berbagai faktanya yang bisa Anda simak.
Sejarah Hilangnya Desa Legetang
Pertama akan dijelaskan dahulu sejarah Desa Legetang di Dieng.
-
Apa yang ditemukan di situs sejarah di Desa Ngloram? Di tengah situs itu terdapat tumpukan batu yang berundak. Di sana terdapat makam yang tak diketahui pemiliknya. Di bawahnya terdapat tumpukan bata yang membatasi punden dengan bidang kosong. Di sebelah kiri agak ke bawah terdapat gundukan bata yang disebut dengan Punden Ngloram.
-
Di mana desa Tegal Wangi terletak? Desa Tegal Wangi di Jimbaran, Badung, Bali, kini menjadi hidden gem yang menawarkan keindahan pantai dengan suasana tenang.
-
Apa yang ditemukan di desa Abad Pertengahan tersebut? Tim juga menemukan benteng bukit kecil berbentuk oval yang dianggap sebagai kastil kaum bangsawan setempat. Dalam penggalian selama dua pekan tahun ini, kastil beserta parit dan tembok benteng di depannya diperiksa dengan cermat. Tim penggalian berhasil mendokumentasikan lebih dari 2.000 temuan, termasuk tapal kuda, paku besi, genteng, dan sejumlah pecahan tembikar.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Di mana Desa Pelemwatu terletak? Desa Pelemwatu di Kabupaten Gresik, Jawa Timur berhasil mengubah kesan tertinggal menjadi desa mandiri.
-
Apa yang menjadi ciri khas Desa Kedung Glantik? Di Desa Kedung Glantik, masih banyak dijumpai rumah tradisional yang terbuat dari kayu. Bahan kayu tersebut memudahkan warga jika sewaktu-waktu harus dipindahkan terutama saat musim penghujan tiba.
Kronologi hilangnya Desa Legetang bermula pada malam hari tanggal 17 April 1955. Di hari itu, Desa Legetang mengalami sebuah tragedi yang mengejutkan. Hujan deras mengguyur desa, menyebabkan banjir yang melanda wilayah itu. Suara gemuruh petir dan guntur memecah kesunyian malam. Penduduk desa terbangun oleh suara tersebut dan segera keluar dari rumah mereka.
Namun, seiring waktu, suara gemuruh tersebut semakin kuat dan membuat penduduk desa panik. Ketakutan pun merajalela, namun sebagian penduduk masih berusaha menjaga ketenangan dan saling membantu. Mereka mengungsi ke tempat-tempat yang aman, meninggalkan rumah-rumah mereka yang tengah terendam banjir.
Namun, proses tersebut menjadi sulit karena letak desa yang tertimbun di dalam lembah dan akses yang sulit. Tragedi tersebut tidak hanya menyebabkan kerugian materi namun juga mengubur keseluruhan desa dalam sekejap.
Penyebab Longsor Desa Legetang
Berikutnya akan dijelaskan apa yang menjadi penyebab longsor di Desa Legetang.
Longsor akibat hujan deras yang terjadi pada 17 April 1955, menyebabkan banyak korban tewas dan menjadi bencana alam yang menghancurkan sebagian besar desa tersebut.Salah satu penyebab utama longsor ini adalah jenis tanah vulkanik yang ada di daerah tersebut. Tanah vulkanik cenderung labil dan mudah longsor saat terjadi hujan deras atau gempa bumi. Di Desa Legetang, hujan yang mengguyur daerah tersebut beberapa hari sebelum peristiwa longsor terjadi, telah menyebabkan tanah vulkanik di lereng curam melepaskan diri.
Peristiwa longsor di Desa Legetang ini menelan banyak korban tewas. Meskipun angka pastinya tidak disebutkan secara eksplisit, diperkirakan bahwa puluhan atau mungkin ratusan orang tewas akibat bencana ini. Material yang longsor meliputi batuan, lumpur, dan material lainnya seperti pohon yang tumbang.
Peristiwa longsor di Desa Legetang tahun 1955 ini sangat menghancurkan bagi masyarakat di daerah tersebut. Kejadian ini juga memberikan pelajaran penting tentang pentingnya kewaspadaan dan langkah-langkah pencegahan dalam menghadapi potensi bencana alam seperti longsor di daerah dengan tanah vulkanik dan lereng yang curam.
Dikaitkan Azab Kaum Sodom
Di balik lenyapnya Desa Legetang Dieng akibat hujan dan longsor, ternyata cerita ini sering dikaitkan dengan sebuah azab dari Tuhan.
Dalam agama Islam, tepatnya pada zaman nabi, terkenal sebuah kisah dua kota yang jatuh ke dalam dosa-dosa seksual. Di mana Tuhan memberi pelajaran dengan menghancurkan dan menurunkan azab yang pedih. Perbuatan yang dilakukan oleh kaum Sodom-Gomorah termasuk pemerkosaan, homoseksualitas, maksiat, dan ketidaktaatan terhadap hukum Tuhan.
Masyarakat di Desa Legetang juga dikaitkan dengan cerita tersebut karena dianggap melakukan perbuatan maksiat yang serupa. Desa Legetang juga terkenal dengan kegiatan perjudian, pentas Lengger, perzinaan, dan berbagai bentuk kemaksiatan lainnya. Tindakan ini diyakini sebagai perbuatan dosa yang melanggar ajaran agama dan prinsip moral.
- Dulu Ditarik dengan Tenaga Kuda, Ini Sejarah Jalur Kereta Api Solo-Boyolali
- Ini yang Digali Kejagung Saat Periksa Airlangga Sebagai Saksi Kasus Korupsi Minyak Goreng
- Ganjar Cerita jadi Tertuduh Utama Kasus Wadas hingga Dapat Stempel Hitam
- Punya Jasa Besar untuk Bekasi, Begini Kisah Kecamatan Lemah Abang yang Terlupakan
Tersisa Pahatan Marmer
Pahatan marmer di pegunungan Dieng telah menjadi saksi bisu dari sejumlah bencana alam yang melanda Desa Legetang.
Dalam daftar bencana yang tertera pada pahatan marmer tersebut, terdapat informasi mengenai jumlah korban jiwa dan lokasi bencana-bencana tersebut.Pahatan marmer yang tersisa di pegunungan Dieng menyimpan catatan tentang beberapa bencana yang pernah terjadi di daerah ini. Salah satunya adalah letusan Gunung Sindoro pada tahun 1972 yang menewaskan sekitar 200 orang. Selain itu, dalam pahatan marmer ini juga terlihat keterangan tentang gempa bumi yang mengguncang Dieng pada tahun 1986, dengan korban jiwa mencapai sekitar 186 orang.
Jadi, pahatan marmer di pegunungan Dieng yang tersisa berisi daftar bencana alam yang pernah terjadi, termasuk informasi mengenai jumlah korban jiwa dan lokasi bencana tersebut.