Serunya Berkunjung ke Kampung Flora di Kota Semarang, Dulunya Tempat Pembuangan Sampah Liar
Berkat kekompakan warga, mereka berhasil menyulap area kumuh itu menjadi kawasan wisata
Berkat kekompakan warga, mereka berhasil menyulap area kumuh itu menjadi kawasan wisata
Serunya Berkunjung ke Kampung Flora di Kota Semarang, Dulunya Tempat Pembuangan Sampah Liar
Dulunya sebuah pekarangan di Kampung Sumbersari, Kelurahan Wonolopo, Kota Semarang, dijadikan tempat pembuangan sampah liar oleh warga.
Berkat kekompakan warga, mereka menyulap tempat pembuangan itu menjadi sebuah taman yang indah. Perlahan namun pasti, taman di perkampungan itu menjadi destinasi wisata baru yang kemudian dinamakan “Kampung Flora”.
-
Apa yang ditemukan di Kota Lama Semarang? Dari ekskavasi itu, tim peneliti tidak hanya menemukan struktur bata yang diduga merupakan bagian dari benteng Kota Lama. Namun juga ditemukan artefak berupa fragmen keramik, botol, kaca, tembikar, serta ekofak berupa gigi, tulang, tanduk hewan, dan fragmen Batubara yang jumlahnya mencapai 9.191 fragmen.
-
Kapan wabah kelaparan terjadi di Semarang? Pada tahun 1901, muncul wabah kelaparan di Semarang dan Demak.
-
Apa yang terjadi pada bocah 8 tahun di Semarang? Seorang bocah berusia 8 tahun di Semarang diduga dibakar teman sepermainannya. Dia mengalami luka bakar cukup parah di punggung hingga kaki. Kini korban hanya bisa merintih kesakitan sembari terbaring lemah di atas tempat tidurnya.
-
Di mana Kota Semarang berada? Kota Semarang terletak berbatasan dengan Laut Jawa di bagian utara, Kabupaten Demak di bagian timur, Kabupaten Semarang di bagian selatan, dan Kabupaten Kendal pada bagian barat.
-
Kapan angin kencang menerjang Desa Watuagung, Kabupaten Semarang? Di Desa Watuagung, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, hujan yang turun disertai angin kencang pada Selasa (9/1) sore menyebabkan pohon dan sebuah kendang ayam roboh.
-
Di mana Desa Sembungan berada? Desa Sembungan sendiri merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa. Menurut data dari Kemenparekraf, desa tersebut berada di ketinggian 2.300 meter di atas permukaan laut.
Eko Susanto, salah seorang warga yang juga perintis Kampung Flora, mengatakan bahwa sentra tanaman hias itu mulai dirintis pada tahun 2018 oleh 20 warga pecinta tanaman hias.
“Kami punya tujuan sama yaitu mengembangkan wilayah Wonopolo menjadi pusat tanaman hias di Kota Semarang,” kata Eko dikutip dari Semarangkota.go.id pada 13 Agustus 2021 lalu.
Di Kampung Flora, terdapat ratusan jenis tanaman hias yang terpajang rapi di sepanjang jalan kampung sejauh 100 meter. Dulunya tepian jalan tersebut merupakan tempat kumuh karena pembuangan sampah liar.
Keresahan terhadap keberadaan tempat pembuangan sampah liar itulah yang memicu munculnya ide dari salah seorang warga pecinta tanaman hias untuk mengubah tempat tersebut menjadi tempat budidaya dan penjualan tanaman hias.
Perlahan namun pasti, warga yang dulunya tidak menyukai tanaman hias mulai menyukainya dan tidak lagi membuang sampah sembarangan. Kini setidaknya ada 30 orang yang tergabung ke dalam kelompok tani untuk mengembangkan kampung wisata itu.
Dilansir dari kanal YouTube Liputan6 pada Jumat (19/1), tanaman hias tak hanya dijual di kios, namun juga dijual di setiap rumah-rumah warga.
Tanaman hias itu dijual mulai harga Rp5.000 hingga jutaan rupiah tergantung jenis tanaman dan ukurannya. Dalam sebulan warga di sana rata-rata bisa mendapatkan Rp1 juta dari penjualan tanaman hias tersebut.
“Variatif. Kalau dulu waktu COVID-19 pendapatannya luar biasa. Bisa sampai 5-10 juta. Sekarang harga sudah mulai stabil, cuma sudah banyak orang melihat bahwa kita menjual tanaman maupun alat pertanian. Tapi pendapatannya sekarang tidak seperti dulu,”
kata Eko dikutip dari kanal YouTube Liputan6.
Pada tahun 2021, keberhasilan Kampung Flora Semarang mengundang Wakil Wali Kota Semarang saat itu yang kini telah menjadi Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, untuk datang berkunjung. Ia berharap adanya kampung wisata itu bisa semakin menggeliatkan perekonomian warga sekitar.
“Sebenarnya pariwisata itu tidak harus yang besar sekali. Seperti di Kampung Flora ini, ketika orang datang ke Semarang, mereka bisa datang ke spot-spot alam yang ada di sini,” kata perempuan yang akrab disapa Ita itu, dikutip dari Semarangkota.go.id.