Tradisi Kupatan Jolosutro Asal Bantul Diakui Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Ini Keunikannya
Kupatan Jolosutro merupakan tradisi yang telah berlangsung lama di daerah Piyungan, Bantul..
Kupatan Jolosutro merupakan tradisi yang telah berlangsung lama di daerah Piyungan, Bantul. (Foto : budaya.blog.unisbank.ac.id)
Tradisi Kupatan Jolosutro Asal Bantul Diakui Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Ini Keunikannya
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, Nugroho Eko Setyanto mengungkapkan, Upacara Kupatan Jolosutro merupakan warisan budaya tak benda yang diakui secara nasional sejak tahun 2021.
(Foto : bantulkab.go.id)
Dikutip dari bantulkab.go.id
-
Apa itu tradisi Dudus di Banten? Dudus jadi tradisi unik yang dimiliki warga Karundang Tengah, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten.Gambar: YouTube SCTV Banten Sesuai namanya, Dudus berarti tradisi mandi kembang dan sudah jadi warisan turun temurun dari leluhur di Cipocok Jaya.
-
Mengapa warga Bantul melakukan tradisi umbah-umbah kloso? Di Pandak, Bantul, ada tradisi unik dalam menyambut Bulan Suci Ramadan. Tradisi itu bernama umbah-umbah kloso.
-
Bagaimana warga Bantul membersihkan tikar masjid dalam tradisi umbah-umbah kloso? Tikar tersebut dicuci di sebuah saluran irigasi. Tikar tersebut dicuci dengan sabun cuci seadanya.
-
Apa yang dilakukan Banyuwangi untuk melestarikan budaya asli bangsa? Ini salah satu bentuk pengejawantahan nasionalisme di masa sekarang. Bagaimana kita semua bisa melestarikan budaya asli bangsa kita.
-
Apa yang dimaksud dengan tradisi Tutunggulan? Tradisi Tutunggulan Mengutip Instagram @napakjagatpasundan, seni Tutunggulan merupakan tradisi memukul alat lesung dengan alu. Alu merupakan alat penumbuk berbahan kayu atau bambu, sedangkan lesung merupakan wadah mirip perahu yang terbuat dari batang kayu utuh untuk wadah padi.
-
Mengapa tari tradisional disebut sebagai wujud budaya daerah? Tari tradisional adalah wujud sebuah budaya di suatu daerah.
Kupatan Jolosutro
Kupatan Jolosutro adalah tradisi yang unik, dilihat dari asal-usul dan makna yang terkandung di dalamnya. Berikut keunikan tradisi ini.
Sejarah Kupatan Jolosutro
Melansir dari budaya.blog.unisbank.ac.id, tradisi Kupatan Jolosutro ini bermula dari legenda rakyat setempat yang menceritakan tentang permaisuri Pangeran Sedo Krapyak (Mas Jalang) yang sedang mengandung dan ngidam ikan yang memiliki sisik emas atau sering disebut wader neng sisik kencana. Namun, saat itu ikan tersebut sulit didapatkan, sehingga Pangeran Sedo Krapyak mengadakan sayembara untuk memenuhi keinginan istrinya itu.
Tak lama kemudian ada seseorang bernama Sunan Geseng yang menyanggupi sayembara tersebut. Ia memberikan syarat kepada Pangeran Sedo untuk menyediakan benang sutra yang akan digunakan sebagai jala penangkap ikan tersebut. Pada akhirnya, sayembara tersebut dimenangi oleh Sunan Geseng, sehingga tempat yang menjadi saksi penangkapan ikan wader sisik kencan diberi nama Jolosutro. Sebagai tanda terima kasih kepada Sunan Geseng, akhirnya Pangeran Sedo Krapyak mengangkat Sunan Geseng menjadi sesepuh kerajaan. Akan tetapi, usulan itu ditolak Sunan Geseng karena lebih memilih untuk tetap tinggal di Jolosutro.
Keunikan Kupatan Jolosutro
Melansir dari budaya.jogjaprov.go.id, terdapat keunikan yang membedakan ketupat Jolosutro dengan ketupat-ketupat pada umumnya. Ketupat Jolosutro dikemas dengan daun gebang yang ukurannya mulai dari 15 x 15 cm hingga 35 x 35 cm. (Foto : bantulkab.go.id)
Tradisi Kupatan Jolosutro saat ini juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan kesenian seperti jathilan, tarian tradisional daerah, keroncong hingga kirab.. Setelah sambutan dan acara pembuka lainnya, dilakukan pembacaan ikrar oleh Juru Kunci Makam Sunan Geseng. (Foto : bantulkab.go.id)
Setelah semua rangkaian acara hingga acara inti telah usai, tradisi Kupatan Jolosutro diakhiri dengan makan secara bersama-sama dengan sesaji kenduri yang berisi nasi ameng, nasi gurih, dan bermacam lauk pauk hasil dari berkah bumi. (Foto : imagebank)
Filosofi Kupatan Jolosutro
Filosofi atau makna yang terkandung dari tradisi Kupatan Jolosutro adalah wujud rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan keberkahan serta karunia-Nya, sehingga hasil dari panen tani bisa berhasil dan memberikan hasil yang terbaik. Selain itu, tradisi ini juga bertujuan untuk mendoakan Nabi Muhammad SAW serta para leluhur juga termasuk Sunan Geseng.