Diterima STAN tapi Tak Kuliah, Perempuan Asal Malang Ungkap Kisahnya Pilih Rintis Bisnis dan Bangkrut Berulang kali
Ia pernah menjalani berbagai pekerjaan dan membuka sejumlah bisnis
Ia pernah menjalani berbagai pekerjaan dan membuka sejumlah bisnis
Diterima STAN tapi Tak Kuliah, Perempuan Asal Malang Ungkap Kisahnya Pilih Rintis Bisnis dan Bangkrut Berulang kali
Mulyani Hadiwijaya, menjalani masa muda dengan penuh tantangan. Lulus SMA, ia diterima di STAN, namun dia memilih tak kuliah karena keterbatasan ekonomi. Mulyani memilih menjalani berbagai pekerjaan hingga merintis bisnis kecil-kecilan.
-
Apa yang membuat kisah ini menjadi inspiratif? Kisah anak sopir berhasil lolos seleksi anggota Polri ini sontak mencuri perhatian publik.
-
Kapan kata-kata inspiratif menjadi tren? Kumpulan kata-kata hari ini penuh inspirasi dan makna mendalam.
-
Bagaimana cara kata-kata inspiratif memotivasi seseorang? Kata-kata inspiratif singkat umumnya berupa kalimat sederhana. Namun di balik kalimat-kalimat sederhana itu, terdapat makna yang mendalam.
-
Apa itu inspirasi? Inspirasi adalah tindakan atau kekuatan untuk melatih pengaruh yang mengangkat atau menstimulasi kecerdasan atau emosi.
-
Kapan seseorang membutuhkan kata-kata inspiratif? Oleh karena itu, kata-kata inspiratif ini sangat cocok dibaca saat seseorang tengah butuh penyemangat hidup.
-
Bagaimana kata-kata indah bisa menginspirasi kita? Dengan keindahan makna dan ucapan, kata-kata Bahasa Indonesia yang bermakna indah bisa menjadi inspirasi dalam menulis karya hingga pemberian nama.
Latar Belakang
Mulyani lahir dan besar di Jakarta. Ia lahir dari keluarga dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah.
"Saya berasal dari keluarga yang cukup, cukup susah maksudnya," ujarnya sambil terkekeh, dikutip dari YouTube PecahTelur, Sabtu (4/5/2024).
Pilih Tak Kuliah
Mulyani menuturkan ia sempat bercita-cita menjadi insinyur teknik sipil, namun cita-citanya tak disetujui keluarga. Orang tuanya menginginkan Mulyani jadi dokter.
"Saya juga sempat diterima di STAN, tapi pilih tak kuliah," tuturnya, dikutip dari YouTube PecahTelur.
Alih-alih kuliah, Mulyani memutuskan bekerja. Ia pernah menjadi pelayan toko, kasir, mengajar les, dan masih banyak lagi.
"Gaji sebulan Rp20 ribu, Rp25 ribu, terus Rp30 ribu juga pernah," tuturnya.
Perjuangan Orang Tua Tunggal
Demi mendapatkan penghasilan, Mulyani pergi merantau ke sejumlah kota, seperti Riau dan Medan. Bahkan, Mulyani pernah menjalani peran sebagai orang tua tunggal dengan tiga anak di Medan.
"Lima tahun single parent, saya bawa anak tiga. Ya cari uang sendiri untuk hidup," tuturnya.
Sebelum Dea Bakery, Mulyani pernah menjalankan delapan bisnis yang seluruhnya berakhir bangkrut. Mulai dari bisnis ikan asin, mi ayam, pengepul pinang, kredit alat rumah tangga, hingga jual kue bikinan orang lain.
"Awalnya jual kue bikinan orang, dapat pesanan sampai 50 kotak, tetap belum bisa bikin kue sendiri. Akhirnya belajar bikin kue di Medan," jelas Mulyani.
- Tinggalkan Pekerjaan Mapan, Pasutri Asal Kediri Pilih Jualan Bawang Merah, Kini Omzetnya Capai Ratusan Juta Rupiah per Bulan
- 2 Tahun Rintis Bisnis, Perempuan Ini Terpaksa Kembali Mulai dari 0 Lantaran Usahanya Terdampak Banjir
- Jalankan Bisnis Bareng Sejak Kuliah, Pasutri Asal Malang Mengaku Rezekinya Mengalir Deras setelah Punya Anak
- Banyak Sedekah Jadi Kunci Sukses Adibayu Bisnis Kentang, Kantongi Omzet Rp2,5 Miliar
Babak Baru
Lima tahun menjanda, Mulyani kemudian dipertemukan dengan suaminya saat ini.
Keduanya menikah lalu pindah ke Kota Malang, Jawa Timur. Sebagai perempuan mandiri, Mulyani tak bisa jika hanya berdiam diri di rumah.
"Saya buka toko bahan roti. Saat itu modalnya hanya Rp24 juta, yang Rp12 juta untuk sewa toko," ujar Mulyani, dikutip dari YouTube PecahTelur.
Toko bahan roti milik Mulyani saat itu terbilang kecil, dagangannya pun sedikit. Hal ini membuat toko tersebut sepi pembeli.
"Omzet pertama Rp15 ribu, hari kedua Rp30 ribu. Setiap ada pembeli saya ajak ngobrol lama-lama biar kelihatan toko saya ada pembelinya, tidak sepi," imbuhnya.
Seiring waktu, Mulyani mulai berbagi resep kue kepada pelanggan di tokonya. Beberapa pelanggan tertarik belajar membuat kue pada dirinya.
"Lalu mulai berbayar Rp5 ribu, kemudian belajar bikin macem-macem roti jadi bayar Rp10 ribu," jelasnya.
Kelas membuat roti ini menjadi cikal bakal munculnya ide merintis bisnis Dea Bakery. Saat ini, bisnis kue milik Dea terbilang sukses.
"Sekarang ada 36 cabang, karyawannya ratusan orang," ujar Mulyani, dikutip dari YouTube PecahTelur.