Eksotisme Candi Ngetos Saksi Peradaban Majapahit di Nganjuk, Tempat Ibadah yang Dikelilingi Sawah dan Air Terjun
Candi yang diduga makam Raja Hayam Wuruk ini masih difungsikan masyarakat sebagai objek wisata dan tempat ibadah hingga kini
Candi Ngetos yang terletak di Desa/Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu saksi bisu peradaban Kerajaan Majapahit. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-15 masehi.
Mengutip laman digilib.uinkhas.ac.id, batu bata penyusun Candi Ngetos masih sanggup menopang satu sama lain, meskipun pada beberapa sisi mengalami kerusakan. Hingga kini, candi ini masih difungsikan masyarakat sebagai objek wisata, pembelajaran, dan tempat ibadah.
-
Apa yang digambarkan Candi Tingkip? Orang zaman dahulu menganggap jika Candi Tingkip ini digambarkan sebagai replika Gunung Meru. Kemudian, di sekeliling candi terdapat aliran sungai yang disimbolkan sebagai sebuah samudra yang memutarinya.
-
Bagaimana Candi Gebang ditemukan? Candi ini pertama kali ditemukan oleh penduduk lokal pada bulan November 1936. Waktu itu yang ditemukan adalah arca Ganesha.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Apa yang menjadi keunikan Candi Jago? Keunikan Keunggulan Candi Jago yakni bangunan yang digunakan untukmemuja dewa Buddha, namun memiliki relief bernapaskan Hindu.
-
Di mana Candi Jabung terletak? Candi Jabung terletak di Desa Candi, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
-
Bagaimana Candi Jago direnovasi? Renovasi tersebut merupakan bentuk bakti Adityawarman terhadap nenek moyangnya, Wisnuwarddhana.
Candi ini terbuat dari batu bata merah khas Majapahitan, proposisinya cukup tebal dan besar sehingga bisa bertahan hingga saat ini.
Pemilihan material batu bata merah dilatarbelakangi oleh ketersediaan bahan bangunan di sekitar area pembangunan candi. Batu-bata itu kemudian disusun bertingkat semakin ke atas semakin mengecut.
Profil
Candi Ngetos terdiri dari tiga bagian yakni berupa kaki, tubuh, dan atap. Membentuk denah bujur sangkar.
Candi ini mempunyai panjang 9,1 meter, tinggi tubuh 5,43 meter, tinggi keseluruhan 10 meter, subbasment 3,25 meter, luas tangga luar 3,75 meter, luas pintu masuk 0,65 meter, tinggi punden undak hingga mncapai ruang candi 2, 47 meter, dan ruang dalam 2,4 meter.
Relung-relung candi memiliki tinggi 2 meter dan lebar 0,65 meter, masing-masing relung atasnya diperindah oleh kala dengan besar 2 x 1,8 meter. Terdapat dua pintu bilik utama yang hanya cukup dilewati satu orang, apabila ingin masuk harus bergantian. Sementara atap candi telah hancur hanya tersisa puing-puing di bawah badan dan kaki.
- Eksotisme Pantai Kedung Tumpang Tulungagung, Ada Kolam Jernih Dikelilingi Karang hingga Mitos Tak Boleh Bawa Jeruk
- Eksotisme Kedaton Kutai Kartanegara, Istana Mewah dan Megah di Tepi Sungai Mahakam
- Sudah Ada Jauh dari Sebelum Majapahit Berdiri, Candi ini Selalu Terendam Air Hanya Bisa Dilihat Tiap 1 Suro
- Eksotisme Telaga Madiredo Malang, Konon Danau Ini Muncul setelah Seorang Putri Menjatuhkan Pusaka Sakti ke Jurang
Mengutip laman lib.ui.ac.id, Candi Ngetos yang berlatar belakang agama Hindu diperkirakan berasal dari periode antara pembangunan Candi Kalicilik (1349 M) sampai masa pembangunan Candi Angka Tahun Panataran (1369 M).
Keindahan
Candi yang terletak di lereng Gunung Wilis ini dikelilingi areal persawahan sehingga suasana di sekitarnya masih sangat sejuk. Tak jauh dari candi ini juga terdapat air terjun yang indah.
Candi Ngentos didirikan dengan meniru dasar bangunan sakral di India. Lebih lanjut, penemuan arca Siwa dan Wisnu membuktikan bahwa kala itu penduduk melaksanakan ritual pemujaan terhadap Sang Hyang di Candi Ngetos.
Arca Siwa dan Wisnu berkaitan dengan agama Prabu Hayam Wuruk. Oleh karena itu, candi ini diyakini sebagai makam Raja Hayam Wuruk.
Kondisi Terkini
Berdasarkan hasil evaluasi pasca konservasi pada tahun 2020 diketahui bahwa Candi Ngetos banyak ditumbuhi mikroorganisme dari jenis Lumut, Alga dan lichen sehingga diperlukan tindakan konservasi.
Saat ini, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI tengah melakukan konservasi Candi Ngetos dengan mengendalikan organisme terutama tumbuhan tingkat rendah dan tingkat tinggi.
Kegiatan pembersihan mikroorganisme diawali dengan penyemprotan larutan emulsi minyak atsiri jenis sereh wangi pada permukaan material cagar budaya yang terdapat pertumbuhan tumbuhan tingkat rendah.
Penyemprotan dilakukan untuk membunuh tumbuhan tingkat rendah agar spora dari alga, lichen dan lumut tidak menyebar pada waktu dibersihkan. Selanjutnya, dilakukan pembersihan dengan mekanis kering menggunakan sikat ijuk dan sikat nylon.
Pembersihan mekanis basah dilakukan menggunakan air dengan bantuan alat power sprayer. Penggunaan alat power spayer ini diatur tekanannya agar tidak merusak objek.
Setelah pembersihan dirasa cukup maksimal, lalu dilakukan penyemprotan minyak atsiri kembali untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Aplikasi bahan dilakukan dengan menggunakan hand sprayer agar hasil merata di seluruh permukaan cagar budaya.