Menilik Sidoarjo sebagai Pusat Peradaban Islam di Jawa Timur, Pendiri NU Pernah Nyantri di Sini
Saat ini adalah lebih dari 1.000 masjid dan lebih dari 4.000 musala berdiri di Sidoarjo
Saat ini adalah lebih dari 1.000 masjid dan lebih dari 4.000 musala berdiri di Sidoarjo
Menilik Sidoarjo sebagai Pusat Peradaban Islam di Jawa Timur, Pendiri NU Pernah Nyantri di Sini
Keberadaan lebih dari 5.000 masjid dan musala di Kabupaten Sidoarjo menandakan bahwa daerah ini merupakan kawasan penting bagi perkembangan islam di Jawa Timur. Bahkan, Kiai Hasyim Asy'ari pernah nyantri di salah satu pondok pesantren di Kota Delta ini.
-
Apa yang menjadi pusat penyebaran Islam di Sidoarjo pada masa silam? Masjid Jami' Al Abror di Jalan Kauman Desa Pekauman merupakan salah satu saksi bisu sejarah berdirinya Kabupaten Sidoarjo. Masjid ini juga merupakan pusat penyebaran Islam di Sidoarjo pada masa silam.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Kenapa Masjid Nurul Islam Tuo Kayu Jao penting bagi sejarah Islam di Sumatra Barat? Masjid tertua di Sumatra Barat ini menjadi peninggalan dari penyebaran dan peradaban agama Islam.
-
Bagaimana Syekh Nurjati menyebarkan agama Islam di Cirebon? Mereka diterima baik oleh penguasa setempat bernama Ki Gendeng Tapa pada tahun 1420, dan diberikan izin untuk mendirikan permukiman di Pesambangan, Giri Amparan Jati (bukit kawasan Gunung Jati). Di sana ia bersama rombongan mulai giat berdakwah, dan mengenalkan Agam Islam secara baik, perlahan dan bijaksana.
-
Kenapa Mbah Muljadi mendirikan masjid di Sidoarjo? Mbah Muljadi merupakan ulama asal Mataram yang menyelamatkan diri dari pembantaian di Plered, Yogyakarta karena pemberontakan Trunojoyo sekitar tahun 1600-an. Saat itu, lebih dari 5.000 ulama dikumpulkan oleh Raja Amangkurat I atau Sunan Amarat I, putra Sultan Agung. Raja Amangkurat I mengira para kiai turut membantu adiknya dalam upaya kudeta terhadap dirinya. Dia pun marah berapi-api kepada para ulama tersebut dan bermaksud untuk membunuhnya. Demi menghindari dari amukan Raja Amangkurat I, para ulama melawan serta melarikan diri ke tempat-tempat terpencil yang aman bagi keselamatan mereka. Mbah Muljadi melarikan diri ke Desa Suko Kabupaten Sidoarjo.
-
Apa ciri khas Masjid Al Anshor yang menunjukan sejarahnya? Namun nuansa sejarahnya bisa dilihat di beberapa titik, salah satunya pada bagian jendela utama masjid.
Masuknya Islam
Sejarah masuknya Islam ke Sidoarjo tidak bisa dipisahkan dari perkembangan masuknya Islam ke Surabaya, yakni Ampel Denta.
Mengutip situs resmi Pemkab Sidoarjo, masuknya Islam ke Sidoarjo diperkirakan setelah kedatangan Sunan Ampel ke Ampel Denta Surabaya.
Lebih lanjut, melihat prasasti masjid Masjid Jami` Al Abror yang berdiri tahun 1678 masehi, maka Islam masuk ke Sidoarjo langsung ke pusat kota yakni Kauman. Pasalnya, sampai saat ini belum dijumpai masjid lain yang lebih tua dari Masjid Jami` Al Abror.
Pondok Pesantren
Pada abad 18-19 Sidoarjo mencapai puncak keemasannya dalam bidang pendidikan Islam. Sidoarjo menjadi salah satu pusat pendidikan Islam dan dikenal sebagai kota santri, khususnya di Jawa Timur.
Kiai Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama sekaligus Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang tercatat pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Sono, Kabupaten Sidoarjo.Selain Mbah Hasyim, sejumlah kiai besar lain juga pernah belajar mendalami Islam di Pesantren Sono. Di antaranya Kiai Abdul Karim (Mbah Manab), pendiri Pondok Pesantren Lirboyo Kediri; Kiai Djazuli Utsman, pendiri Pesantren Al Falah Ploso Kediri; dan sejumlah ulama lainnya.
Sementara itu, aktivis NU, Muhammad Mahbub melalui Instagramnya @em_mahbub menyebut Kiai Hasyim Asy'ari dulunya merupakan santri Pondok Pesantren Al-Hamdaniyah Siwalan Panji Sidoarjo.
Kondisi Terkini
Mengutip Instagram @pemkabsidoarjo, hingga tahun 2018 terdapat 1.143 masjid di kabupaten ini. Sementara jumlah musalanya mencapai 4.492.
Adapun berdasarkan data BPS, jumlah pondok pesantren di Sidoarjo mencapai 98 pesantren yang tersebar di 18 kecamatan.
Hingga tahun 2020, tercatat ada 14.992 santri yang belajar di Kabupaten Sidoarjo. Para santri tidak hanya berasal dari Sidoarjo, banyak juga yang berasal dari luar kota, seperti Gresik, Pasuruan, Madura, Kediri, dan kota-kota lain.
Berdirinya ribuan masjid dan musala menandakan bahwa mayoritas warga Kabupaten Sidoarjo beragama Islam.
- Pengurus Pesantren Dibakar Santrinya Hidup-Hidup di Dalam Masjid saat Lagi Tidur, Apa Motifnya?
- Didirikan pada Masa Awal Kerajaan Mataram Islam, Masjid Tua di Sleman Ini Telah Berusia 4 Abad
- Keunikan Masjid Merah Kedung Menjangan, Padukan Budaya Cirebon, Tiongkok dan Kudus
- Sisi Unik Masjid Jami Assuruur Kebon Jeruk, Bangunannya Khas Belanda Berhias Kayu Jepara
Sementara itu, berdasarkan data BPS tahun 2018, jumlah rumah ibadah agama lain di Sidoarjo sebagai berikut. Gereja sebanyak 32 bangunan, Pura sejumlah empat bangunan, dan Klenteng sebanyak dua bangunan.