Pernah Coba Berbagai Bisnis tapi Gagal Semua, Begini Kisah Pasutri Asal Kediri Bangkit hingga Jadi Juragan Plafon
Pasutri ini pernah memiliki utang bank ratusan juta rupiah gara-gara bisnisnya gagal.
Kisah di balik perjalanan bisnis pengusaha sukses sering kali menarik untuk disimak, termasuk kisah pasutri asal Kabupaten Kediri, Jawa Timur yang kini dikenal sebagai juragan plafon.
Muhammad Ali Khusnun, lulusan program studi akuntansi Uniska Kediri menceritakan jatuh bangun bisnisnya. Saat lulus kuliah dan menyandang gelar sarjana akuntansi, Ali pertama kali diterima bekerja ada sebuah perusahaan produk kopi ternama di Indonesia. Pekerjaan tersebut hanya dijalaninya selama satu tahun karena berbagai pertimbangan.
- Terlilit Utang Ratusan Juta, Sosok Pria Ini Bangkit dan Sukses Bangun Usaha Plafon PVC
- Kisah Pasutri Asal Tulungagung Nekat Tinggalkan Pekerjaan dan Pilih Jualan Baju, Modal Rp1 Juta Hasilkan Rp2 Miliar
- Jalankan Bisnis Bareng Sejak Kuliah, Pasutri Asal Malang Mengaku Rezekinya Mengalir Deras setelah Punya Anak
- Bisnis Tambang Pasir Gagal & Terlilit Utang Rp2 Miliar, Dwi Bangkit Lewat Dagang Bakso dan Restu Orang Tua
Ali kemudian bergabung dengan sebuah perusahaan di pusat Kabupaten Kediri sebagai staf akuntan. Kali ini ia bekerja cukup lama pada satu perusahaan yakni sekitar 10 tahun.
"Saya sudah mengajukan resign sejak sebelum pandemi, tapi diundur-undur terus oleh pemiliknya. Baru saat pandemi tiga kali saya tes PCR masih positif Covid-19, saya memutuskan mempercepat resign dan diperbolehkan (pemilik perusahaan)," ungkap Ali, dikutip dari YouTube PecahTelur, Rabu (4/9/2024).
Rintis Bisnis
Sebelum fokus berbinis plafon, Ali dan istrinya sama-sama pekerja. Sang istri merupakan pegawai sebuah bank BUMN dan bertugas di Kabupaten Tulungagung.
Sang istri akhirnya mantap memilih resign karena ingin memiliki lebih banyak waktu bersama anak dan suaminya.
"Saya dan istri pernah bisnis baju dan ditipu orang jutaan rupiah, budi daya lele dan gurame tapi gagal karena kalah saing. Bahkan, saya pernah mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di dua bank untuk investasi udang Cilacap tapi gagal juga," tutur Ali.
Saat sudah sama-sama tidak memiliki pekerjaan tetap, keduanya masih memiliki uang bank hingga ratusan juta rupiah.
Tidak Ambisius
Uang senilai ratusan juta di dua bank itu menjadi titik balik Ali dan sang istri dalam berbisnis. Awalnya, Ali mengaku selalu ambisius menjalankan bisnis. Sejak insiden investasi udang senilai ratusan juta rupiah gagal, Ali menjadi sosok pengusaha yang tidak ambisius, tetapi tetap melakukan segala upaya dengan usaha terbaik.
Ia juga menerapkan sistem bisnis yang tidak hanya menguntungkan dirinya sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitarnya.
"Saya merekrut lulusan SMA yang tidak punya skill sama sekali, di sini saya ajari akhirnya bisa punya kemampuan. Dulu lulusan SMA susah dapat kerja di sini, sekarang ada usaha saya alhamdulillah sedikit-sedikit bisa menyerap tenaga kerja, mereka enggak perlu jauh-jauh cari pekerjaan ke daerah lain," ungkap Ali, dikutip dari YouTube PecahTelur.
Kunci lain kesuksesan bisnis plafon Ali yakni kejujuran dan pelayanan maksimal kepada konsumen, bahkan meskipun harus mengorbankan keuntungannya sendiri. Ali percaya bahwa niat baik dan fokus memberikan manfaat akan membuat usahanya terus berkembang dan membawa kebaikan bagi orang di sekitarnya.
Menolak Utang
Pengalaman buruk memiliki utang di bank hingga ratusan juta rupiah sementara bisnisnya gagal, hingga pengetahuan sang istri tentang seluk beluk praktik KUR membuat pasutri asal Kediri ini tidak lagi mau berutang untuk mengembangkan bisnisnya.
"Akhirnya kami sepakat kalau mau apa-apa harus nabung dulu," tutur Ali.
Sejak saat itu, ia dan sang istri merasa hidupnya lebih tenteram. Ali percaya rezekinya tetap mengalir selama ia terus berupaya menjaga relasi baik dengan para konsumennya.
"Secara pikiran juga lebih tenang, istri bisa mengasuh anak, saya dekat dengan istri," ungkap Ali.
Meski tanpa utang bank, kini Ali dikenal sebagai juragan plafon di Kediri. Bahkan, bisnisnya tidak hanya terkenal di Kediri tetapi juga di wilayah lain seperti Tulungagung dan Trenggalek.