Potret Telaga Polaman Malang, Kolam Suci Saksi Runtuhnya Kerajaan Singasari
Kolam ini juga saksi berdirinya Kerajaan Majapahit.
Kolam ini juga saksi berdirinya Kerajaan Majapahit.
Potret Telaga Polaman Malang, Kolam Suci Saksi Runtuhnya Kerajaan Singasari
Malang merupakan salah satu daerah wisata andalan di Jawa Timur. Kota ini memiliki beragam daya tarik wisata, baik wisata alam maupun wisata buatan. Salah satu objek wisata alam yang patut dikunjungi ialah Telaga Polaman.
-
Di mana letak Telaga Sarangan? Kota Magetan memiliki Telaga Sarangan yang pesonanya siap memanjakan mata Anda. Terletak di Kaki Gunung Lawu Julukan The Nice of Java Kabupaten ini memiliki tempat wisata yang mendunia yaitu Telaga Sarangan yang sudah lama menjadi destinasi wisata utama.
-
Bagaimana Telaga Sarangan terbentuk? Menurut legenda, terbentuknya telaga ini bermula dari sepasang suami istri bernama Kyai Pasir dan Nyai Pasir yang tinggal di lereng Gunung Lawu.
-
Apa keistimewaan Telaga Menjer? Telaga Menjer memiliki panorama alam yang indah dan memukau. Telaga itu dikelilingi pohon-pohon pinus yang tinggi dan daunnya lebat, serta hamparan bukit yang menjulang.
-
Dimana letak Telaga Sarangan? Telaga Sarangan adalah sebuah danau alami yang terletak di lereng Gunung Lawu, Magetan, Jawa Timur.
-
Di mana Telaga Menjer berada? Telaga Menjer merupakan telaga terluas di Kabupaten Wonosobo yang terletak di kaki kawasan Dataran Tinggi Dieng. Secara administratif, Telaga Menjer terletak di Desa Maron, Kecamatan Garung, atau 12 kilometer di sebelah utara Kabupaten Wonosobo.
-
Kenapa Pavlopetri tenggelam? Penyebab tenggelamnya Pavlopetri masih belum diketahui. Meskipun demikian, beberapa ahli meyakini kota itu mungkin tenggelam akibat gempa bumi yang terjadi sekitar tahun 1000 SM atau 375 M.
Telaga Polaman
Pemandian Sumber Polaman atau Telaga Polaman terletak di Desa Kalirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Konon, air di telaga ini berasal dari Gunung Arjuno.
Mengutip Liputan6.com, Telaga Polaman berada di ketinggian 3.339 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tak heran jika kawasan ini sangat asri. Banyak dijumpai pohon-pohon besar di sekitar telaga.
Nuansa Sejarah
Kitab Negarakertagama, Pararaton dan Kidung Harsawijaya menyebut Polaman sebagai tempat pembuangan dan pengasingan Jayakatwang.
Saat terjadi pemberontakan, pasukan Mongol dalam perjalanan menuju Jawa untuk menghukum Kertanegara. Raja Singasari itu dianggap menghina utusan Kaisar Kubilai Khan, penguasa Kekaisaran Mongol.
Begitu tiba di Jawa, pasukan Mongol diberitahu Raden Wijaya, menantu Kertanegara bahwa telah terjadi pergantian kekuasaan. Raden Wijaya lalu bersekutu dengan pasukan Mongol untuk menyerang Daha, Kediri.
Gabungan pasukan Raden Wijaya dan pasukan Mongol berhasil menghancurkan Keraton Daha Kediri pada tahun 1293 Masehi.
Jayakatwang lalu ditawan di sebuah tempat yang memiliki danau kecil dengan penjagaan ketat pasukan Mongol. Danau ini dikenal dengan nama Polaman.
Konon, Jayakatwang hidup sampai tua dan meninggal di tempat pengasingannya di Polaman.
Versi lain menyebut Jayakatwang dieksekusi di atas kapal Pasukan Mongol sebelum pergi meninggalkan Jawa, setelah diserang balik oleh Raden Wijaya dan mendirikan Majapahit.
Mitos
Sumber Polaman diyakini tidak akan pernah habis airnya sepanjang masa. Mengutip laman Repository Universitas Brawijaya, setiap malam Jumat Legi, masyarakat menggelar tumpengan dan membakar dupa serta kemenyan di atas sumber air ini.
Pada 1 Suro yang disebut hari suci, pengunjung datang sejak sore sampai dini hari untuk mensucikan diri.
Menariknya, pengunjung tidak dikenai biaya saat berkunjung ke Sumber Polaman.