6 Fakta serbuk penambal tulang yang diteliti pakar UGM 15 tahun
Serbuk obat yang diciptakan Ika Dewi Ana ini dinamakan Gama-CHA.
Mungkin ini sungguh jadi kabar gembira untuk dunia medis Indonesia. Sebabnya, seorang dokter gigi dan dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Ika Dewi Ana DDS., Ph.D, menemukan formula obat baru bernama Gama-CHA.
Ika mengatakan, penemuannya ini berhasil setelah melakukan penelitian selama 15 tahun. Wanita yang sudah bisa disebut sebagai pakar ini pertama kalinya memamerkan karyanya di Hotel Borobudur Jakarta, Senin (18/8).
Bagaimana ceritanya? Berikut beberapa fakta serbuk penambal tulang dan gigi karya lulusan UGM, seperti dirangkum merdeka.com, Selasa (19/8) pagi:
-
Apa yang ditemukan di Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Kota Medan? Kepolisian menemukan lima mayat di Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Kota Medan usai menggeledah kampus swasta tersebut.
-
Kapan mahasiswa UGM melakukan penelitian di Kasepuhan Ciptagelar? Mereka mengadakan penelitian selama empat hari yaitu pada 24-27 Juli 2023 lalu di desa tersebut.
-
Bagaimana Ilham diterima di UGM? Ilham berhasil diterima di UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berdasar Prestasi (SNPB) 2023 di Prodi Hubungan Internasional.
-
Apa yang diluncurkan oleh Fakultas Teknik UGM? "Tentunya pesawat tanpa awak ini bisa diaplikasikan ke banyak hal. BPBD salah satunya yang akan memanfaatkannya karena pesawat ini bisa memantau bila telah terjadi bencana, misalnya gempa bumi," kata Dekat Fakultas Teknik UGM Prof. Selo pada Rabu (3/9).
-
Siapa saja mahasiswa UGM yang melakukan penelitian di Kasepuhan Ciptagelar? Keunikan pemanfaatan teknologi pada masyarakat Ciptagelar menarik lima mahasiswa UGM, Dimas Aji Saputra (Filsafat), Berliana Intan Maharani (Sosiologi), Ilham Pahlawi (Antropologi), Gita Dewi Aprilia (Psikologi), dan Masiroh (Ilmu Komunikasi) untuk mengadakan penelitian di desa tersebut.
-
Kapan UGM diresmikan? Universitas Gadjah Mada (UGM) didirikan pada 19 Desember 1949 di Yogyakarta, Indonesia.
Bisa perbaiki jaringan tulang dan gigi
Saat memamerkan serbuk karyanya itu, Ika menegaskan, obat yang dinamakan Gama-CHA itu mampu memperbaiki jaringan tulang dan gigi hingga identik seperti sedia kala.
"Mengapa dia identik? Jadi produk-produk ini memakai campuran keramik dan polimer. Gama-CHA, diproses sesuai suhu tubuh. Kristalisasinya sesuai dengan tulang. Produk ini seperti bubuk," kata Ika.
Dijual Rp 500 ribu dan bisa digunakan para dokter gigi
Ika yang juga berprofesi sebagai dokter gigi itu juga ingin menerapkan obat buatannya kepada para dokter gigi seluruh Indonesia. Bahkan obat yang berupa serbuk ini akan dijual dengan harga yang terjangkau, yakni Rp 500 ribu.
"Ini tujuan kita, agar lebih terjangkau di masyarakat. Nantinya para dokter gigi juga akan diterapkan produk ini," ujarnya mantap.
Lebih cepat memacu perkembangan sel dalam tubuh
Wanita yang pernah meraih gelar Ph.D dari Universitas Kyushu Jepang ini menjelaskan, produk temuannya ini lebih cepat memicu berkembangnya sel. Sebab, selama dua bulan sudah bisa terbentuk.
"Kalau penelitian ini, dua bulan sudah terbentuk asli. Memicu regenerasinya lebih cepat," kata dia.
Belum temukan efek samping pada tubuh
Selama penelitian, kata Ika, obat ini sudah diuji coba kepada binatang dan manusia. Maka dari itu, mahasiswa Kedokteran Gigi UGM angkatan 1987 ini yakin tidak ada efek samping dalam produknya ini.
"Secara teori belum ada. Ini kan sudah dicoba ke binatang kecil, besar seperti kambing dan manusia," ujar dia.
Ingin menembus target penjualan Rp 5 miliar perbulan
Menurut Ika, rencananya obatnya itu akan dipasarkan oleh perusahaan BUMN Kimia Farma. Direktur Riset dan Pengembangan Bisnis Kimia Farma, Rusdi Rosman mengatakan, pihaknya optimistis dan menargetkan penjualan hingga Rp 5 miliar per bulan.
"Target kita awal, dari Gama-CHA ini targetnya sebulan Rp 5 miliar. Paling strategis pakai jaringan Kimia Farma. Karena di sini ada dokter giginya," ucap Rusdi.
Senada dengan Ika, Rusdi menganggap obat ini akan membantu program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) oleh pemerintah. Sebab harganya yang terjangkau dibandingkan produk lain.
"Ini akan membantu BPJS. Harga yang kita launching Rp 500 ribu," ujarnya.
Sudah halal dan diminati sampai negara di Timur Tengah
Direktur Riset dan Pengembangan Bisnis Kimia Farma, Rusdi Rosman mengatakan bahwa produk ini sudah diminati banyak negara di Timur Tengah. Sebabnya, negara-negara Arab tersebut meyakini kadar halal dalam produk temuan Ika ini.
"Ini sudah halal," kata Rusdi Rosman di lokasi yang sama.