Ahli Astronomi Jelaskan Dampak Fenomena Pergerakan Bulan Menjauhi Bumi, Durasi Waktu Sehari Bertambah Jadi 25 Jam
Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin menjelaskan, pergerakan Bulan menjauhi Bumi disebabkan interaksi antara Bumi, Bulan, dan Matahari.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan fenomena astronomi pergerakan Bulan menjauhi Bumi yang diprediksi akan menambah durasi waktu satu hari di Bumi.
Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin menjelaskan, pergerakan Bulan yang menjauhi Bumi disebabkan oleh interaksi antara Bumi, Bulan, dan Matahari.
- Ahli Astronomi Ungkap Sinyal Misterius yang Dipancarkan ke Bumi dari Bintang Mati Berjarak 6.200 Tahun Cahaya
- Ahli Astronomi Ungkap 'Sosok' Raksasa Merah Berusia 7 Miliar Tahun, Berada Dekat dengan Matahari
- Peneliti: Ilmu Astronomi Sudah Dipahami Masyarakat Sunda Sejak Zaman Dulu
- Fenomena 'Bulan Kembar' Bikin Heboh Media Sosial, Begini Penjelasan Ahli Astronomi BRIN
"Akibatnya rotasi Bumi akan melambat, Bulan menjauh, dan revolusi Bulan melambat atau periodenya makin panjang," kata Thomas saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat (30/8).
Thomas menjelaskan, setiap tahunnya Bulan bergerak 3,5 centimeter menjauh dari Bumi. Hal ini membuat rotasi Bumi melambat 0,002 detik per abad. Dengan kata lain, setiap 100.000 tahun durasi satu hari di Bumi hanya bertambah dua detik. Sedangkan penambahan waktu satu hari di Bumi hingga menjadi 25 jam, Thomas memperkirakan hal tersebut baru terjadi 180 juta tahun mendatang.
Oleh karenanya, menurut Thomas dampak pergeseran Bulan menjauhi Bumi baru terasa oleh manusia dalam jangka waktu yang sangat panjang.
"Dampaknya baru terasa itu miliaran tahun mendatang. Manusia sekarang tidak akan merasakan. Suatu saat nanti, satu hari di Bumi sama dengan satu bulan, satu kali Bulan mengitari Bumi, atau sekitar 48 hari menurut hitungan sekarang," paparnya.
Tiga Planet Terlihat di Langit Indonesia
Beberapa waktu yang lalu, langit Indonesia menampakkan suatu fenomena astronomi unik yakni parade planet, di mana sebanyak enam planet terlihat berada dalam posisi sejajar.
Adapun planet yang bisa disaksikan di langit Indonesia antara lain Jupiter, Mars, dan Saturnus sebagai planet terang. Lalu ada Merkurius yang nampak sebagai planet redup.
"Ada tiga planet terang yang bisa dilihat pagi pukul 05.00 yakni Jupiter, Mars, dan Saturnus. Plus planet redup Merkurius," kata Thomas.
Thomas menjelaskan, hanya planet Mars, Jupiter, dan Saturnus yang dapat dilihat dengan mata telanjang.