Berselisih dengan Pemkab, raja Gowa ke-37 terancam batal dinobatkan
Penobatan raja ini mengundang raja-raja se-nusantara bahkan mancanegara.
Penobatan I Maddusila Daeng Mannyonri Karaeng Katangka Sultan Alauddin II, gelaran dari Andi Maddusila Andi Idjo sebagai Raja Gowa ke 37 yang rencananya digelar di rumah adat Balla Lompoa (Rumah Besar), Jl Andi Mallombasang, Minggu pagi besok, (29/5), sekira 10 kilometer dari Makassar, terancam batal. Masalahnya, Pemerintah Gowa (Pemkab) ngotot belum keluarkan izin sehingga pihak kepolisian pun belum berani keluarkan izin keramaian.
Padahal sebagian undangan raja-raja dari panitia penobatan, sudah berdatangan malam ini, Sabtu, (28/5). Penobatan raja ini, oleh panitia memang mengundang raja-raja se-nusantara bahkan mancanegara.
"Malam ini akan tiba raja dari Lampung, Jawa Barat dan Kalimantan Barat juga Singapura," kata Andi Baso Mahmud, ketua panitia penyelenggaraan penobatan Raja Gowa ke -37 ini saat dikonfirmasi, Sabtu, (28/5).
Dijelaskan, Jumat kemarin, (27/5), panitia hendak masuk ke kawasan rumah adat Balla Lompoa untuk mempersiapkan segala sesuatunya tetapi dialang-alangi oleh anggota Satpol PP yang berjaga di tiap pintu masuk.
Padahal, kata Andi Baso Mahmud, perizinan menyangkut pelaksanaan kegiatan ini telah dikantongi yakni izin kegiatan dari unit pemberian izin di Pemprov Sulsel. Jadi menurutnya, tidak ada lagi alasan bagi Satpol PP sebagai perpanjang tangan Pemkab Gowa untuk mengalangi kegiatan untuk melestarikan tradisi adat dan budaya Kerajaan Gowa ini.
Jika sekiranya, Pemkab Gowa masih mengalang-alangi kegiatan ini, kata Andi Baso Mahmud, pihaknya hanya bisa memberikan pemahaman kepada para tamu undangan tentang situasi yang sebenarnya terjadi. Tapi itupun masih akan dirembukkan dengan keluarga.
"Kita sebenarnya bisa ngotot tapi pasti akan terjadi pertumpahan darah dan itu kita tidak mau terjadi. Karena masyarakat yang akan jadi korban dan orang lain yang akan ambil keuntungan," kata Andi Baso Mahmud seraya menambahkan, perkembangan akan dilihat malam ini.
-
Apa makna dari budaya mencium tangan di Indonesia? Biasanya, budaya cium tangan atau salim tangan ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada yang lebih tua sebagai tanda hormat dan sopan santun.
-
Apa makna dari tema "Nusantara Baru, Indonesia Maju"? Makna dari tema ini adalah bahwa tahun 2024, yang bertepatan dengan HUT ke-79 Kemerdekaan RI akan menjadi momen pembuka bagi beberapa transisi besar di Indonesia.
-
Kapan Muhibah Budaya dalam rangkaian Banyuwangi Ethno Carnival digelar? Muhibah Budaya yang digelar Jumat malam (7/7/2023) tersebut menampilkan berbagai atraksi tari dari sejumlah daerah.
-
Apa yang dilakukan Banyuwangi untuk melestarikan budaya asli bangsa? Ini salah satu bentuk pengejawantahan nasionalisme di masa sekarang. Bagaimana kita semua bisa melestarikan budaya asli bangsa kita.
-
Apa tujuan utama Ekspedisi Atap Bumi Bersujud yang dilakukan oleh Mapala Kapakata Instiper Yogyakarta? Ekspedisi yang dilakukan di Tebing Baturaya, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan itu dilakukan guna merintis jalur panjat menuju puncak tebing tersebut.
-
Apa makna budaya dari bubur candil bagi masyarakat Indonesia? Bubur candil memiliki makna budaya yang dalam dalam masyarakat Indonesia. Selain sebagai hidangan penutup yang lezat, bubur candil juga memiliki makna filosofis yang melambangkan harmonisasi kehidupan yang berbeda.
Diketahui, antara Pemkab Gowa yang saat ini dijabat oleh Adnan Puritcha Ichsan Yasin Limpo selaku Bupati selama ini kerap berselisih dengan keluarga kerajaan. Terakhir, bupati Gowa yang tidak lain putra dari Ichsan Yasin Limpo, Bupati sebelumnya, sekaligus keponakan Gubernur Syahrul Yasin Limpo ini, merancang Raperda Lembaga adat yang di antaranya memuat tentang jabatan bupati dengan sendirinya akan jadi raja.
Andi Maddusila Andi Ijo yang bakal dinobatkan menjadi Raja Gowa ke 37 ini sudah berkali-kali berhadap-hadapan dengan Ichsan Yasin Limpo, bahkan terakhir pada Pilkada tahun dengan Adnan Purictha Ichsan Yasin Limpo sebagai sesama calon Bupati. Namun nasib baik belum berpihak ke pemilik trah kerajaan ini. Berkali-kali mencalonkan diri namun selalu gagal terpilih.
Menyangkut kawasan rumah adat Balla Lompoa yang tidak bisa dimasuki oleh keluarga kerajaan ini, Kepala Satpol PP Kabupaten Gowa, Alimuddin yang dikonfirmasi via ponselnya membantah jika larangan itu terkait politik.
Dijelaskan, anggotanya melarang panitia penobatan itu masuk ke kawasan rumah adat karena pihaknya sementara menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) di tempat yang sama. Diikuti 225 anggota Satpol PP, sejak Rabu, (25/5) dan akan berakhir 30 Mei mendatang.
Kata Alimuddin, kegiatan Bimtek Satpol PP ini dirancang sejak setahun lalu. Salah satu area yang digunakan di kawasan rumah adat itu adalah di bawah rumah panggung istana tamalatea. Lalu di halaman yang luas digunakan untuk simulasi antihuru-hara dan kegiatan baris berbaris. Dilengkapi dengan musala dan ruang untuk tidur karena peserta Bimtek diinapkan selama enam hari.
"Tentunya kita larang panitia penobatan ini masuk karena kita sementara bikin kegiatan di dalam. Lagi pula, panitia tersebut tidak mengantongi izin lokasi kegiatan dari Pemkab Gowa sehingga kita sebagai penegak aturan harus menegakkannya," dalih Alimuddin.
Baca juga:
Membuka catatan sejarah Gunung Agung yang bikin Soekarno kagum
Membuka catatan pengembaraan jagoan betawi Bang Pitung
Harkitnas, JK minta perjuangan Budi Utomo dilanjutkan
Ketua KPK ingin RI tiru Amerika, rutin putar film dokumenter sejarah
Prijanto setuju film G30SPKI diputar kembali secara rutin