Demi Kelabui Petugas, Ini Trik Licik Digunakan Warga Saat Bakar Hutan untuk Buka Lahan
Kondisi sebagian lahan di Sumsel mulai mengalami kekeringan. Hal ini sangat rawan terbakar saat kondisi panas yang diakibatkan musim kemarau.
Setiap musim kemarau, wilayah Sumatera Selatan mulai terjadi kebakaran hutan dan lahan yang menimbulkan asap dan berdampak pada kesehatan. Karhutla terjadi mayoritas disengaja dan sebagian lain karena faktor tertentu.
- Pegawai Kehutanan Temukan 10 Butir Telur Paling Langka, Mirip Batu dengan Warna Hijau Gelap
- Bikin Warga Gemetar dan Takut Jatuh ke Sungai, Jembatan Gantung Desa di Lebak Ini Kondisinya Memprihatinkan
- Kondisi 12 Korban Tewas Kecelakaan Maut Tol Japek KM 58 Alami Luka Bakar 90-100%
- Kondisinya Terbengkalai di Tengah Hutan, Begini Cerita Makam Sinden Berusia Ratusan Tahun di Kebumen
Hampir seluruh daerah di provinsi itu rentan terjadi karhutla. Namun paling tidak ada empat kabupaten yang menjadi sorotan karena kerap terjadi kebakaran hebat lantaran memiliki gambut yang luas.
Keempat daerah itu adalah Kabupaten Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Banyuasin, dan Musi Banyuasin. Daerah-daerah itu menjadi langganan terbakar dengan sebaran areal yang luas.
Untuk mencegah karhutla, setiap tahun Kapolda Sumsel menerbitkan maklumat tentang larangan membakar dengan sanksi pidana penjara yang cukup tinggi. Sementara instansi pemerintah sejak jauh hari gencar mensosialisasikan dampak buruk akibat karhutla sehingga masyarakat paham dan meninggalkan kebiasaan membakar untuk membuka lahan. Sayangnya praktik serupa masih terus terjadi.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel M Iqbal Alisyahbana mengungkapkan, karhutla di Sumsel disebabkan banyak faktor, ada tak disengaja, sengaja, dan faktor cuaca. Faktor tak sengaja cenderung masih berkaitan dengan kelalaian manusia saat beraktivitas.
Mereka membuat api atau membuang puntung rokok ketika masuk ke hutan untuk mencari kayu, berkebun, memancing ikan atau lainnya. Sayangnya mereka lalai tidak memadamkan api sebelum meninggalkan lokasi.
Api yang awalnya kecil mudah membesar dengan tiupan angin ditambah banyaknya bahan bakar di sekitar yang kering. Alhasil, api merambat dan meluas sepeninggal pergi warga tersebut.
"Musim panas, bahan bakar banyak, api yang kecil tidak benar-benar dipadamkan cepat membesar. Ini faktor kelalaian atau tidak sengaja," ungkap Kalaksa BPBD Sumsel M Iqbal Alisyahbana, Senin (29/7).
Banyak juga karhutla akibat kesengajaan berupa membakar untuk membuka lahan. Cara itu dianggap lebih ekonomis ketimbang pola lain sehingga dipilih masyarakat dan akhirnya menjadi kebiasaan setiap akan berkebun.
Berdasarkan evaluasi dari temuan karhutla tahun lalu, ada perubahan modus yang dilakukan warga dalam membakar. Siasat ini dilakukan karena banyaknya warga yang berhadapan dengan hukum akibat ketahuan membakar lahan.
Jika biasanya kayu di lahan ditebang terlebih dahulu, dikumpulkan, lalu dibakar di saat musim panas, kebiasaan itu mulai ditinggalkan meski masih banyak petani tetap melakukannya.
Alasannya saat terdeteksi dan didatangi polisi, pemilik lahan tak bisa mengelak lagi sehingga harus berhadapan dengan hukum karena terbukti membakar lahan. Cara itu dianggap petani dan membahayakan mereka.
Modus yang digunakan saat ini adalah membakar lahan sedemikian rupa agar seolah-olah atau tidak terkesan sengaja dibakar. Caranya membakar dengan jeda waktu atau tidak spontan, semisal menggunakan obat nyamuk bakar atau juga sumbu api.
Mereka menaruh alat bakar di tengah atau pinggir lahan lalu pulang ke rumah dan secara berangsur api merambat lalu membakar seisi lahan. Modus ini digunakan baik pada lahan yang sudah ditebang atau belum.
Jika datang polisi ke lokasi kebakaran, warga bisa mengelak dengan beragam alasan. Hal inilah menjadi tugas berat polisi dalam menyelidikinya.
"Itu modus yang sudah ada sejak tahun lalu dan dikhawatirkan terjadi lagi di tahun ini," kata Iqbal.
Terlepas itu, pemerintah semakin gencar melakukan sosialisasi larangan membakar lahan kepada masyarakat. Pemasangan spanduk maklumat Kapolda Sumsel juga dilakukan di daerah-daerah rawan karhutla.
"Terus kita sosialisasikan sebagai upaya pencegahan," kata Iqbal.
Kepala Pengendalian Perubahan Iklim Kebakaran Hutan dan Lahan (BPPIKHL) Wilayah Sumatera Ferdian Kritianto mengatakan, pihakny masih mendata luasan lahan yang terbakar di Sumsel. Hampir daerah rawan karhutla sudah terjadi kebakaran, termasuk di daerah-daerah lain.
"Kemarin karhutla di PALI dan Ogan Ilir, tepatnya di Sungai Rambutan. Untuk di PALI hari ini masih dilakukan pemadaman," kata Ferdian.
Ferdian mengatakan, kondisi sebagian lahan di Sumsel mulai mengalami kekeringan. Hal ini sangat rawan terbakar saat kondisi panas yang diakibatkan musim kemarau.
"Bahan bakaran tinggi-tinggi dan sangat rawan, jika terbakar mudah membesar dan merambat. Ini perlu diwaspadai," kata Ferdian.