Kisah warga Sidrap, gagal ke Tanah Suci dan sawah terlanjur dijual
"Nenek jual sawah seluas 1 hektare seharga Rp 200 juta kemudian ditambah tabungan untuk biaya haji lewat Filipina."
Maksud hati ingin beribadah tanpa harus menunggu lama hingga puluhan tahun, jalan pintas dipilih namun akhirnya gagal juga. Tertahan di Filipina dan akhirnya dideportasi, padahal sawah sudah melayang, dijual untuk membiayai perjalanan ke Tanah Suci.
Demikian yang dialami pasangan suami istri yang tergolong sudah lanjut usia, La Marola, (70 thn) dan I Coma, (70 thn), warga Desa Mojong, Kecamatan Watang Sidenreng, Kabupaten Sidrap, Sulsel. Untuk diketahui, daerah terlama calon jamaah haji menunggu di Sulsel adalah dari Kabupaten Sidrap. Daftar tunggu haji mencapai 40 tahun, sedangkan daerah lain di Sulsel rata-rata 29 tahun.
-
Kapan Hasjim Ning lahir? Lahir pada 22 Agustus 1916, Hasjim memang dikenal sebagai pengusaha dengan julukan Raja Mobil Indonesia.
-
Apa yang dimaksud dengan haji mabrur? "Kata 'mabrur' sendiri merujuk pada haji yang diterima dan diberkahi dengan segala kebaikan. Ucapan ini mencerminkan harapan agar setiap amal ibadah yang dilakukan selama di tanah suci membawa dampak positif dan perubahan yang lebih baik pada diri sang haji."
-
Kapan Mahalini resmi menjadi mualaf? Mahalini memeluk agama Islam bulan ini, langsung setelah acara pamit kemarin.
-
Kapan kepala ular raksasa tersebut ditemukan? Pasca kejadian gempa bumi yang berkekuatan 7,6 skala richter ini telah merusak beberapa bangunan dan salah satu sekolah hukum di kota ini. Pada proses pembongkaran ternyata pada pondasi bangunan ini ditemukan sebuah patung yang berasal dari zaman Aztec 500 tahun lalu.
-
Siapa Raja Ali Haji? Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau dikenal dengan nama pena Raja Ali Haji lahir di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau pada tahun 1808 silam.
Linda, (17 thn), cucu dari kakek dan nenek ini menunggu kedatangan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, Minggu, (4/9). La Marola dan I Coma berangkat 16 Agustus lalu melalui PT Aulad Amin, mendaftar di Kabupaten Sidrap dan akhirnya dipulangkan hari ini dari Filipina.
"Nenek jual sawah seluas 1 hektare seharga Rp 200 juta kemudian ditambah tabungan untuk mencukupi biaya haji yang disetor ke travel itu sebesar Rp 250 juta. Jadi masing-masing kakek dan nenek Rp 125 juta," tutur Linda.
Linda mengaku, keluarganya tidak tahu menahu kalau berangkat haji melalui travel itu akan bermasalah. Dia masih beranggapan itu adalah jalur resmi. "Apalagi kakek sama nenek sudah tua jadi langsung saja daftar ke travel itu," ujar Linda.
Selain Linda, ada lagi Nurhaeda, (39 thn), warga Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru yang menunggu kedatangan suaminya, Andi Azis.
Suaminya berangkat dengan menggunakan travel Taskiyah melalui penghubung Haji Mahmud. Setoran pertama sebesar Rp 90 juta kemudian tiba di Filipina pelunasan Rp 50 juta sehingga total setoran Rp 150 juta.
"Bapak Andi Azis sempat dua kali bolak balik ke Filipina mengurus paspor. Pilih lewat travel Taskiyah karena ada dua orang tetangga sukses berangkat haji tahun lalu, tanpa ada masalah," tutur Nurhaeda.
Baca juga:
Keluarga WNI kasus haji Filipina padati Bandara Sultan Hasanuddin
158 WNI jemaah haji Filipina akan tiba di Bandara Sultan Hasanuddin
Desak pulangkan 177 WNI calon haji, Kemlu temui Kemenkumham Filipina
Duterte perintahkan pemulangan 177 calon haji WNI berpaspor Filipina
177 WNI calon jemaah haji berpaspor Filipina segera dipulangkan
168 WNI calon haji paspor Filipina boleh pulang, 9 masih ditahan
Besok, calon haji yang ditahan di Filipina dipulangkan