Mengubah tradisi ospek lebih humanis
Ospek yang baik adalah yang bebas perpeloncoan, pembodohan, serta penyesatan intelektual.
Orientasi studi dan pengenalan kampus (Ospek) sebenarnya sudah lama dipraktikkan di berbagai perguruan tinggi. Kegiatan dirancang untuk mensosialisasikan dunia kampus agar kegiatan civitas akademika diketahui oleh mahasiswa baru. Namun apakah kegiatan ini sudah dilaksanakan dengan baik?
Pelaksanaan kegiatan ini banyak yang berasumsi negatif. Ospek lekat dekat budaya kekerasan senior kepada junior. Seharusnya Ospek adalah edukasi untuk mengembangkan tradisi diskusi agar mahasiswa baru dapat mengerti dunia baru kampus.
Menciptakan format Ospek yang lebih humanis adalah salah satu solusi yang harus digagas oleh panitia pelaksana yang nantinya menghapus tradisi kekerasan. Hal ini bisa diaplikasikan dengan membuat lebih banyak format kegiatan diskusi, debat, tukar pikiran dan dialog antarmahasiswa, dosen dan unsur civitas akademika lainnya.
Banyak kaum akademis berpendapat bahwa logika perpeloncoan didasarkan untuk membina mental mahasiswa baru. Padahal, Ospek di kampus mana saja menjadi pintu gerbang mahasiswa baru memasuki dunia kemahasiswaan. Di sana, mereka dikenalkan dengan dunia akademik, intelektual, serta dunia aktivis. Maka, dengan spirit pembaharuan, Ospek harus sehat, edukatif, dan humanis.
Inovasi baru, pertama menyeleksi panitia Ospek agar tidak salah orang karena itu menjadi kunci suksesnya agenda sakral tersebut. Kedua, waktu pelaksanaan Ospek harus efektif dan tidak terlalu lama. Selama ini, banyak waktu terbuang dengan diisi agenda yang kurang bermanfaat.
Ketiga, mengutamakan orientasi akademik, pengenalan struktural kepemimpinan kampus, pengenalan mekanisme/regulasi kampus, bukan malah diisi kegiatan terkesan tak mendidik mahasiswa menjadi buruh dan bermental budak.
Keempat, meningkatkan orientasi keagamaan, kepustakaan, dan pengenalan/memotivasi mahasiswa untuk aktif di kampus organisasi mahasiswa. Selanjutnya, melibatkan pihak dosen sebagai pengawas/pembimbing. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Sehingga, seluruh kegiatan bisa terarah dengan baik, dan bebas dari perpeloncoan.
Semoga dengan format itu, Ospek berjalan tanpa kekerasan. Ospek yang baik adalah yang bebas perpeloncoan, pembodohan, anarkisme serta penyesatan intelektual. Jika ingin membenahi pendidikan kita, maka harus dimulai sejak dini dari hal terkecil, salah satunya adalah format Ospek. Kalau tidak dimulai saat ini, lalu kapan?
Baca juga:
4 Hukuman unik Ospek di Indonesia
STPDN kini, setelah populer karena perpeloncoan kejam
Evolusi perpeloncoan, kezaliman yang terlembaga
Asal usul Ospek, benarkah sejak dulu penuh kekerasan?
Ospek dan rantai kekerasan di dunia pendidikan kita
-
Kenapa NISN penting? Nomor tersebut menjadi pembeda antara satu siswa dengan siswa lainnya di seluruh sekolah Indonesia maupun Sekolah Indonesia di Luar Negeri.
-
Bagaimana prajurit TNI ini bertemu dengan calon istrinya? Lebih lanjut ia menceritakan bahwa awal perkenalan keduanya bermula dari media sosial. Menariknya selama berpacaran 3 tahun mereka hanya bertemu satu kali saja di kehidupan nyata.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Apa yang dilakukan mahasiswa UGM dalam KKN mereka di Sulawesi Barat? Mahasiswa adalah agen perubahan. Tak sedikit mahasiswa yang melakukan inovasi untuk memberikan perubahan di tengah masyarakat. Bentuk inovasi itu bisa dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya saat program Kuliah Kerja Nyata atau KKN. Melalui program KKN, Mahasiswa Universitas Gadjah Mada bakal memasang teknologi pemanen air hujan, tepatnya di Pulau Karampuang, Mamuju, Sulawesi Barat.
-
Bagaimana cara pantun ini menghibur mahasiswa? Pantun mahasiswa lucu ini bisa jadi pelepas stres di tengah sibuknya kuliah.
-
Bagaimana cara para mahasiswa mengurai isi naskah kuno tersebut? Mengutip BBC, Jumat (9/2), mahasiswa itu menggunakan artificial intelligence (AI) untuk “membuka” isi teks yang terbakar itu. Teks tersebut diperkirakan milik ayah mertua Julius Caesar yang berisi tentang musik dan makanan. Para ahli menyebut terobosan ini sebagai “revolusi” dalam filsafat Yunani.