Sipafa, 'tangan ajaib' bagi difabel agar bisa operasikan komputer
Alat tersebut berfungsi sebagai 'tangan ajaib' yang bisa memberi perintah layaknya klik atau double klik di komputer.
Komputer sudah menjadi kebutuhan mendasar bagi umat manusia. Secara mudah orang bisa mengoperasikannya untuk segala kebutuhan. Tetapi karena sebuah keterbatasan, beberapa penyandang cacat atau difabel mengalami kendala pengoperasian.
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menciptakan sebuah sistem komputer untuk membantu penyandang difabel. Alat tersebut diciptakan khusus bagi mereka yang tidak memiliki tangan.
-
Apa saja wisata di Malang yang cocok untuk wisata edukasi? Jatim Park 1 adalah obyek wisata yang memadukan unsur edukasi dengan pariwisata yang menarik. Jika Anda tertarik dengan wisata edukasi seperti teknologi, fisika, kimia, matematika, dan biologi, maka Jawa Timur Park 1 bisa menjadi pilihan yang cocok untuk dikunjungi.
-
Siapa yang menjadi sasaran dari seminar Pendidikan Budi Pekerti di Malang? Seminar dengan tema Pendidikan Budi Pekerti Bagi Anak dan Remaja ini dilakukan di dua tempat di Kota Malang."IIDI memilih dua sekolah, yang di SMP 27 sudah dilaksanakan pada 2 Mei lalu pada waktu Hardiknas, sedangkan yang di SMA 2 dilaksanakan hari ini tanggal 14 Mei," terang Ketua IIDI Cabang Malang, Ny. Diyah Himawati Santosa, SE.
-
Mengapa Kota Pekanbaru disebut sebagai kota pendidikan? Pekanbaru dikenal sebagai salah satu sentra ekonomi terbesar di Pulau Sumatra.
-
Siapa yang diduga melakukan pelecehan di sekolah? Korban diduga telah melakukan pelecehan terhadap para siswi di sekolah.
-
Apa yang diajarkan di sekolah pencuri? Pendidikan kriminal mencakup serangkaian pelajaran yang menghasilkan gangster 'profesional' setelah 'lulus'.
-
Di mana Laskar Pelangi bersekolah? Novel Laskar Pelangimenceritakan tentang kehidupan 10 anak di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Mereka berasal dari keluarga miskin yang menempuh pendidikan di suatu sekolah yang penuh dengan keterbatasan.
Sipafa ©2016 Merdeka.com/Darmadi Sasongko
Alat tersebut berfungsi sebagai 'tangan ajaib' yang bisa memberi perintah layaknya klik atau double klik di komputer. Sehingga membantu para difable yang tidak memiliki tangan untuk tetap mampu mengoperasikan komputer dengan mudah dan nyaman.
Teknologi tersebut diberi nama oleh penemunya, Sipafa singkatan dari Sistem Perangkat Komputer untuk difabel yang tidak mempunyai tangan.
Konsep kerjanya dengan mengimplementasikan sensor gyroscope yang berfungsi merekam setiap gerakan kepala penggunanya. Gerakan tersebut kemudian diolah sedemikian rupa sehingga dapat dipahami oleh alat dan menjadi perintah untuk menggerakkan kursor di layar.
"Pada bagian kepala selain layar kita tanamkan juga sensor gyroscope yang berfungsi membaca pergerakan pada sumbu X, Y, Z atau Yaw, Pitch, Roll," kata Mochammad Wahyu Imam Santosa, selaku Ketua Tim penemu Sipafa di Universitas Brawijaya, Minggu (12/6).
Sipafa sendiri, dijelaskan Wahyu, hanya membutuhkan pergerakan pada sumbu X dan Y saja. Hasil data dari gyroscope kemudian ditransmisikan melalui wireless ke dalam bagian processing yang pada akhirnya dapat menggerakan kursor seperti fungsi mouse pada komputer pada umumnya.
Sipafa terdiri dari tiga alat yang dipasang di kepala, tubuh dan sejenis pedal untuk dioperasikan dengan kaki. Alat di kepala dilengkapi layar yang berfungsi untuk segala aktivitas yang terjadi pada komputer layaknya monitor komputer.
"Pada alat di kepala sensor gyroscope diletakkan. Berat alat di bagian kepala tidak lebih dari 700 gram," kata mahasiswa Jurusan Teknik Informatika 2014 itu.
Alat yang dipasang di tubuh berisi Rasberry pi yaitu mini personal computer (PC) serta baterai isi ulang. Fungsinya sebagai CPU yang berfungsi memproses setiap pergerakan yang terjadi pada bagian alat di kepala. Alat tersebut disertai baterai lithium polymer 3 cell berkapasitas 2200mAh yang mampu menghidupkan Sipafa hingga tiga jam.
Sementara alat yang dioperasikan dengan kaki atau pedal berfungsi sebagai pengganti klik kanan atau klik kiri layaknya fungsi mouse di komputer.
Ketiga bagian alat tersebut saling terhubung satu sama lain dalam pengoperasiannya. Penghubung yang digunakan adalah sistem wireless yang tidak membutuhkan kabel. Sehingga pengguna dapat menggunakan alat dengan nyaman tanpa terganggu pergerakannya oleh rangkaian kabel.
Novia Ulfa Nuraini, salah satu anggota tim mengungkapkan, ke depan Sipafa dapat digabungkan dengan teknologi mengenali suara penggunanya yang diolah menjadi tulisan. Sehingga saat mengetik tidak perlu susah payah lagi.
"Saat ini pengguna dapat mengetik tulisan pada layar dengan memilih satu per satu karakter pada virtual keyboard yang ditampilkan. Kemudian merangkainya hingga menjadi kata atau kalimat," kata mahasiswa jurusan Teknik Komputer angkatan 2013 itu.
Harapannya Sipafa dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh penyandang difabel yang membutuhkan. Karena data dari International Labour Organization (ILO), sekitar 15% penduduk dunia adalah difabel.
Sekitar 785 juta jiwa diantaranya berada pada usia produktif namun mayoritas tidak bekerja. Hal tersebut menyebabkan difabel lebih rentan akan kemiskinan.
Selain Wahyu dan Ulfa, tim lain adalah Harry Mulya (Teknik Komputer/2013), Ihsannurahim (Teknik Komputer/2013) dan Ragilda Rachma (Pendidikan Dokter 2014). Mereka di bawah dosen bimbingan Gembong Edhi Setyawan.
Karya tersebut mendapat dukungan pendanaan dari Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI) melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2015. Selain itu juga pernah juara 3 di kompetisi UNY-National Innovation Technology (Unitech) 2016 di Yogyakarta 13 – 14 Mei 2016.
Kini sedang dalam pengurusan izin kerja sama untuk dapat dimanfaatkan oleh penyandang difabel yang tergabung dalam Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya (PSLD UB).
Baca juga:
[Video] Saat tulang robot bantu anak lumpuh berjalan pertama kali
[Video] Tanpa remot, pria ini kendalikan drone pakai tangan
[Video] Lihat hasil rekaman drone terbaik sepanjang masa!
Menkominfo ingin netizen makin cerdas manfaatkan teknologi
Pas buat Indonesia, alat ini bisa deteksi malaria dalam 5 detik!