Tarmizi A Hamid penjaga manuskrip kuno Aceh
Tarmizi Abdul Hamid tanpa bantuan dana dari siapapun, sudah berhasil mengoleksi sebanyak 482 manuskrip kuno.
Kitab kuno bertuliskan bahasa arab dan arab jawi berjejeran di atas meja ruang tamu. Beragam ukuran dengan warna sudah kusam dimakan usia. Ada juga sebagian yang telah sobek, hilang dan sebagian dituliskan dengan tangan.
Ada beragam koleksi manuskrip kuno bukti sejarah peradaban Aceh sejak abad 17 lalu, saat Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda. Salah satunya manuskrip kuno yang masih utuh dan bisa dibaca adalah Alquran Mushab dengan ukuran 32/31 centimeter terbuat kertas diimpor dari Eropa pada abad 17.
Ini bisa dibuktikan bila diterawang melalui pencahayaan terdapat watermark (cap air) bulan sabit bersusun tiga yang berasal dari Venecia (Itali) yang dicetak tahun 1696 masehi.
Tulisan bahwa Arab Alquran ini masih sangat jelas dan mudah dibaca dengan adanya hiasan dan bingkai di samping. Alquran ini yang terbuat dari kertas berkualitas biasanya ini pesanan khusus Sultan masa itu.
"Biasanya yang seperti ini khusus pesanan dari Sultan," kata Tarmizi Abdul Hamid, kolektor naskah kuno di kediamannya, di Aceh, Rabu (15/4).
Koleksi manuskrip kuno milik Tarmizi ini bukanlah di sebuah museum atau perpustakaan yang dikelola oleh pemerintah. Akan tetapi koleksi manuskrip kuno ini hanya disimpan secara pribadi dalam lemari milik Tarmizi Abdul Hamid. Dia bukanlah ahli naskah kuno, bukan ahli sejarah, dia bukan siapa-siapa, tetapi hanya ingin menyelamatkan bukti sejarah Aceh yang kian banyak diburu para kolektor.
-
Apa saja tempat wisata di Banda Aceh yang terkenal dengan sejarahnya? Banda Aceh menyimpan khazanah budaya, monumen, tempat-tempat bersejarah, dan makam raja-raja seperti makan Sultan Iskandar Muda dan makam Syekh Abdurrauf Syiah Kuala.
-
Siapa Abu Bakar Aceh? Abu Bakar Aceh, seorang tokoh intelektual tersohor asal Aceh yang telah melahirkan banyak karya di bidang keagamaan, filsafat, dan kebudayaan.
-
Apa yang dilakukan di Aceh saat Meugang? Mereka pastinya tidak ketinggalan untuk melaksanakan Meugang bersama keluarga, kerabat, bahkan yatim piatu. Tak hanya itu, hampir seluruh daerah Aceh menggelar tradisi tersebut sehingga sudah mengakar dalam masyarakatnya.
-
Bagaimana ciri khas bangunan Gedung Bank Indonesia di Aceh? Ciri khas bangunan ini yaitu terdapat 3 bagian gedung, bangunan induk berada di tengah lalu diapit oleh dua bangunan di sebelah kiri dan kanannya.
-
Dimana letak Rambat di dalam Rumoh Aceh? Rumah ini terdiri dari tiga sampai lima ruang dengan satu ruang utama yang disebut Rambat.
-
Kapan Gedung Bank Indonesia di Aceh didirikan? Gedung ini didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1916 yang sampai detik ini masih digunakan sebagai Gedung Bank Indonesia.
Tarmizi Abdul Hamid hanya warga biasa yang saat ini menjadi pegawai menengah di Balai Pengembangan Teknologi Pertanian Aceh dan juga bekerja di lembaga Majelis Adat Aceh (MAA). Namun keinginannya mengoleksi manuskrip muncul sejak tahun 1995 saat melihat banyak naskah kuno Aceh banyak sudah sudah berpindah tangan ke negara lain.
Setelah pulang dari Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam, dia melihat di negara tersebut sangat dihargai setiap ada naskah kuno dan bahkan memburu manuskrip negara lain untuk menambah koleksi museum mereka.
Sejak itu dia mulai jatuh cinta dengan naskah kuno. Sehingga saat itulah muncul niatnya untuk menyelamatkan naskah langka ini. Saat itu dia berusia 28 tahun dan mulailah bergerilya memburu manuskrip kuno tersebut ke setiap sudut pelosok Aceh.
Tak tanggung-tanggung, saat ini Tarmizi Abdul Hamid tanpa bantuan dana dari siapapun, sudah berhasil mengoleksi sebanyak 482 manuskrip kuno. Semua itu dibeli dengan menggunakan dana pribadinya sejak 20 tahun lalu.
Manuskripnya sekarang hanya disimpan dalam lemari khusus miliknya yang terletak di desa Ie Masen Kayee Adang, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Tidak ada fasilitas modern tempat menyimpannya, karena memang keterbatasan dana yang dia miliki.
Sembari membersihkan manuskrip kuno yang diperlihatkan sebagian di atas meja di ruang tamu rumahnya. Ada sekitar 10 manuskrip yang diperlihatkan, secara perlahan dia membuka setiap lembar naskah kuno yang berharga itu.
"Kalau mau kita buka, mau melihat isinya, harus pelan-pelan, karena manuskrip ini ada yang sudah berusia 400 tahun," jelasnya.
Dari semua koleksinya, ada 20 manuskrip yang belum bisa dibaca karena kondisi naskah kuno tersebut sudah usang dan tulisannya sudah tak terlihat. Akan tetapi dia memastikan naskah kuno ini menggunakan bahasa melayu, bahasa Aceh dan Arab.
Baca juga:
Menjaga eksistensi di tanah Cornelis
Jejak taipan di Kota Cyber
Nasib tragis situs rumah tua Pondok Cina
Meratapi bangunan bersejarah Islam yang tersisa di Mali
Prasasti Lucem, pesan dari zaman Jawa kuno supaya jaga lingkungan
Prasasti Lucem, pesan dari zaman Jawa kuno supaya menjaga lingkungan
Mengenang hancurnya Jepang akibat bom atom AS di museum Hiroshima