Yuk, berkunjung ke Candi Muara Takus
Keberadaan BPCB ini semakin menyulitkan, pasalnya BPCB berada di Batu Sangkar, Sumatera Barat sementara inti dari cagar budaya itu adalah Candi Muara Takus.
Pemerintah Provinsi Riau terus menyelesaikan pembangunan infrastruktur penunjang sebagai akses menuju pusat-pusat yang dikunjungi para wisatawan.
Selain jalan dan fasilitas penunjang lainnya, Pemprov Riau melalui Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf), Fahmizal Usman meminta kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemedikbud) untuk mendirikan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) di Provinsi Riau.
Kata Fahmizal, BPCB dianggap masih kurang fokus untuk melakukan fungsinya terutama untuk melestarikan bernagai situs cagar budaya yang ada di Riau seperti Candi Muara Takus. Keberadaan BPCB ini semakin menyulitkan, pasalnya BPCB berada di Batu Sangkar, Sumatera Barat sementara inti dari cagar budaya itu adalah Candi Muara Takus.
"BPCB saat ini menaungi 4 provinsi. Tentu ini kurang efektif dan kurang untuk bisa fokus. Kami ingin ada penambahan BPCB lagi di Riau supaya fokus mengurusi berbagai situs peninggalan sejarah lainnya," ucap Famizal beberapa waktu lalu.
Bicara tentang Candi Muara Takus, Candi Muara Takus ini merupakan cagar budaya nasional ini sudah dikenal hingga ke mancanegara, dan selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan dalam dan luar negeri.
-
Kenapa Embung Bansari menjadi spot wisata baru? Namun tempat itu justru berkembang menjadi kawasan wisata.
-
Siapa yang menemukan situs candi di Batang? Pada tahun 2019, seorang arkeolog asal Prancis bernama Veronique de Groot menemukan sebuah situs diduga candi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang di Desa Sawangan, Kecamatan Gringsing, Batang.
-
Mengapa Candi Gebang direncanakan menjadi kawasan wisata? Rencananya Candi Gebang akan dijadikan sebuah kawasan wisata. Hal ini ditandai dengan rencana pelebaran jalan menuju lokasi. Pada bagian depan candi juga akan dibangun sebuah kebun binatang mini.
-
Kapan Wisata Perahu Kalimas diresmikan? Bertepatan dengan Hari Jadi Kota Surabaya ke-729, pada Selasa (31/5/2022) malam, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meresmikan wisata “Perahu Kalimas Reborn”.
-
Apa yang menjadi ciri khas wisata Cadas Ngampar? Aliran jernih dengan bebatuan besar menjadi ciri khas wisata Cadas Ngampar di Desa Gunungsari, Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis.
-
Kapan situs candi itu ditemukan? Pada tahun 2019, seorang arkeolog asal Prancis bernama Veronique de Groot menemukan sebuah situs diduga candi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang di Desa Sawangan, Kecamatan Gringsing, Batang.
Candi Muara Takus terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Candi Budha ini merupakan peninggalan sejarah yang hingga kini masih terus didalami tentang sejarahnya. Candi Muara Takus terletak tak jauh dari perbatasan Provinsi Riau dan Sumatera Barat.
Candi Muara Takus berada lebih kurang 128 Kilometer dari Pekanbaru atau menempuh perjalanan menggunakan mobil lebih kurang 2 jam. Dari Pekanbaru, para pengunjung menempuh jalan lintas Riau-Sumbar.
Dilihat dari bentuknya, candi memiliki stupa berwarna kuning, ketinggian candi bervariasi. Candi ini berdiri kokoh di atas lahan lebih kurang 74x74 meter. Ada pendapat yang mengatakan bahwa candi ini merupakan campuran dari bentuk candi Buddha dan Syiwa.
Pada candi ini, ada beberapa bangunan sesuai dengan fungsinya pertama adalah yang disebut Candi Tua. Candi ini berukuran 32,80 m x 21,80 m dan merupakan candi bangunan terbesar di antara bangunan yang ada. Letaknya di sebelah utara Candi Bungsu. Di sebelah Timur dan Barat terdapat tangga yang menurut perkiraan aslinya dihiasi stupa.
Bangunan kedua dinamakan Candi Mahligai. Bangunan ini berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10,44 m x 10,60 m. Tingginya sampai ke puncak 14,30 meter.
Bangunan ketiga disebut Candi Palangka, yang terletak 3,85 m sebelah timur Candi Mahligai. Bangunan ini terdiri dari batu bata merah yang tidak dicetak. Candi Palangka merupakan candi terkecil. Relung-relung batu yang tersusun tidak sama dengan dinding Candi Mahligai. Dulu, sebelum dipugar, bagian kakinya terbenam sekitar satu meter.
Bangunan keempat dinamakan Candi Bungsu. Candi Bungsu terletak di sebelah Barat Candi Mahligai. Bangunannya terbuat dari dua jenis batu, yaitu batu pasir. Selain bangunan-bangunan ini, di sebelah Utara atau tepat di depan gerbang Candi Tua terdapat onggokan tanah yang mempunyai dua lubang. Tempat ini diperkirakan tempat pembakaran jenazah.
Lubang yang satu untuk memasukkan jenazah dan yang satunya lagi untuk mengeluarkan abunya. Tempat pembakaran jenazah ini termasuk dalam pemeliharaan karena berada dalam komplek percandian. Di dalam onggokan tanah tersebut terdapat batu-batu kerikil yang berasal dari Sungai Kampar.
Bila hendak berkunjung ke Candi Muara Takus, kawasan ini dibuka mulai pukul 08.00WIB hingga pukul 17.00WIB. Tiket untuk masuk ke kawasan candi tergolong murah, yakni hanya Rp 5.000 per orang. Pengunjung tidak perlu khawatir bila membutuhkan makanan dan minuman, karena di perjalanan dan sekitar candi banyak masyarakat yang berjualan makanan dan minuman. Pengunjung sebaiknya membawa topi untuk melindungi kepala dari terik matahari.
Selain melihat-lihat setiap sisi bangunan candi, umumnya wisatawan berfoto-foto mengambil momen dari berbagai sisi Candi untuk dijadikan kenang-kenangan sebagai pertanda pernah berkunjung ke candi ini.
Namun bagi Umat Budha, candi ini bukan sekedar dikunjungi untuk berwisata, Candi Muara Takus dijadikan sebagai daerah tujuan beribadah Umat Budha yang berasal dari berbagai Negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan bahkan dari Tibet.
Kawasan Candi Muara Takus sangat ramai dikunjungi umat Budha ketika merayakan Hari Raya Waisak. Prosesi perayaan tersebut dipimpin biksu Budha dari Tibet dan biasanya diikuti ratusan umat Budha yang tergabung dalam Yayasan Sandup Cho` Korling dan berasal dari beberapa negara.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau memutuskan untuk melakukan pengembangan kawasan candi. Pengembangan dimaksud yaitu untuk membangun beberapa fasilitas pendukung di sekitar candi serta membangun jalan menuju candi. Dengan demikian, wisatawan yang berkunjung menjadi lebih nyaman untuk menikmati keindahan Candi Muara Takus.
Sementara itu, untuk melestarikan alam di sekitar candi, berbagai kegiatan penghijauan sudah pernah dilakukan. Kegiatan penghijauan dilakukan tidak hanya oleh unsur pemerintah saja, tetapi juga didukung oleh berbagai perusahaan yang beroperasi di Riau, serta komunitas pecinta alam yang berada di Riau.
Melalui upaya pelestarian yang dilakukan oleh berbagai pihak ini, semoga saja candi Muara Takus tetap menjadi destinasi wisata yang tak lekang oleh waktu.