Masjid Biru Soekarno dikelilingi simbol komunis
Rezim komunis yang menutup rapat pintu agama, menjadikan Masjid Biru ditinggalkan umat Islam.
Keahliannya dalam berpolitik dan bernegosiasi, menjadikan presiden pertama Indonesia Soekarno dikenal luas di dunia Internasional. Semangat membentuk pemerintahan yang merdeka dengan ideologi nasakom, membuatnya disegani para kolega. Maka tidak heran jika sederet penghargaan dan simbol kenangan lainnya dialamatkan kepada Soekarno, termasuk Masjid Biru Soekarno yang berada di pusat kota St Petersburg, Rusia.
Awalnya Masjid Biru Soekarno yang juga bernama central mosque atau masjid St Petersburg dibangun pada tahun 1910, setelah mendapat izin Tsar Rusia, Nicholas II. Lokasi Masjid Biru berada di seberang benteng Peter dan Paul. Tujuan pembangunan masjid sebagai tempat ibadah kepada 8.000 karyawan Muslim yang bekerja membangun kapal di galangan Sungai Neva. Umumnya mereka datang dari Dagestan, Kazakhstan, Tajikistan, dan Turkmenistan.
Karena runtuhnya kekaisaran Tsar Rusia oleh kekuatan komunis pada tahun 1917, menjadikan Masjid Biru tidak terawat. Rezim komunis yang menutup rapat pintu agama, menjadikan Masjid Biru ditinggalkan umat Islam. Bahkan pada tahun 1940, Masjid Biru beralih fungsi sebagai gudang medis oleh tentara komunis.
Dalam buku sahabat lama, era baru tulisan Tomi Lebang dikatakan, fungsi masjid berubah ketika pada tahun 1956, Soekarno bertemu dengan pemimpin Uni Soviet Nikita Kruschev untuk membicarakan isu internasional yang sedang panas saat itu, dan keberlanjutan hubungan bilateral Indonesia-Uni Soviet.
Namun sebelum acara perjamuan di Kremlin, Soekarno menyempatkan diri untuk melihat suasana kota St Petersburg. Soekarno takjub menyaksikan lanskap kota yang tidak kalah dengan kota-kota di Eropa semisal Paris. Banyak bangunan bersejarah dan cantik di St Petersburg, seperti istana musim panas Peterhof, istana musim dingin Heritage.
Saat melintasi jembatan kota Trinity Bridge, tiba-tiba pandangan Soekarno tertuju pada bayangan bangunan yang menyerupai masjid. Dari dalam mobil yang dinaikinya, Soekarno menaksir jika memang bangunan yang berkubah biru itu sebuah masjid, tidak kurang mampu menampung 3.000 jamaah.
Karena merasa penasaran, akhirnys Soekarno meminta untuk mengunjungi bangunan tersebut. Sesampainya di depan bangunan, begitu terkejut Soekarno mengetahui jika banguan tersebut adalah sebuah masjid yang dijadikan gudang oleh pemerintah komunis Uni Soviet.
Melihat kondisi masjid yang memprihatinkan, Soekarno memutuskan untuk membatalkan beberapa kunjungannya ke St Petersburg yang waktu itu masih bernama Leningrad. Dia lebih tertarik untuk mengupas sejarah dan seluk beluk masjid St Petersburg.
Setelah selesai mengunjungi masjid, Soekarno segera bertemu Nikita Kruschev dan menyampaikan protesnya terhadap kondisi Masjid St Petersburg. Soekarno kemudian meminta untuk mengembalikan fungsi masjid dan membebaskan umat Islam untuk menjalankan ibadah di masjid tersebut.
Setelah menyelesaikan urusannya di Uni Sovet, Soekarno bersama rombongan kemudian kembali ke Indonesia. Hanya 10 hari setelah kunjungan Presiden Soekarno, bangunan ini kembali menjadi masjid.
Kini, selain tempat ibadah, masjid St Petersburg juga menjadi pusat kegiatan bernuansa Islami Muslim kota St Petersburg. Atas jasa Presiden Soekarno yang mengembalikan fungsi masjid, penamaan masjid juga berganti menjadi Masjid Biru Soekarno.
Pada 2003 silam, Presiden Indonesia Megawati Soekarnoputri juga menyempatkan diri berkunjung ke Masjid Biru dalam lawatannya ke negeri beruang merah itu. Megawati memberikan ukiran kayu surah Al-Fatihah yang berasal dari Indonesia untuk di tempatkan pada salah satu sudut masjid.
Tidak hanya Megawati, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahkan menyempatkan salat sunnah di Masjid Biru saat kunjungannya ke Rusia pada tahun 2006.