Kenali Apa Itu FOMO, Bahayanya bagi Kesehatan Mental dan Cara Menghindarinya
Perilaku FOMO menjadi rentan muncul di era media sosial. Menyadari apa yang dimiliki jadi cara mengatasinya.
FOMO merupakan perilaku yang bisa muncul ketika seseorang merasa tidak ingin tertinggal pada hal yang sedang trend.
Kenali Apa Itu FOMO, Bahayanya bagi Kesehatan Mental dan Cara Menghindarinya
Dilansir dari Verywell Mind, FOMO adalah singkatan dari "Fear of Missing Out", yang bisa diterjemahkan secara bebas sebagai ketakutan tertinggal terhadap sesuatu. Ketakutan ini bisa pada sesuatu yang sedang tren di lingkungan pergaulan.
-
Apa yang dimaksud dengan "FOMO" dalam konteks kesehatan mental? FOMO adalah rasa takut ketinggalan atau merasa bahwa orang lain memiliki pengalaman yang lebih baik atau lebih menyenangkan.
-
Apa pengertian FOMO? FOMO adalah singkatan dari istilah Fear of Missing Out. FOMO adalah sebuah kondisi di mana Anda mengalami perasaan khawatir karena tidak mengetahui atau melewatkan informasi, peristiwa, tren, atau pengalaman yang sedang ada di masyarakat.
-
Apa itu FOMO dan bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan mental? Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) merujuk pada rasa takut tertinggal pengalaman, acara, atau aktivitas yang sedang terjadi di sekitarnya. Fear of missing out (FoMO) adalah istilah unik yang diperkenalkan pada tahun 2004 dan kemudian digunakan secara luas sejak tahun 2010 untuk menggambarkan fenomena yang diamati di situs jejaring sosial.
-
Bagaimana FOMO bisa mempengaruhi kesehatan mental? Beberapa dampak FOMO adalah sebagai berikut: • FOMO dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang berhubungan dengan perasaan tertinggal atau tidak bisa "mengikuti" perkembangan yang terjadi di media sosial. • Orang yang terlalu khawatir karena merasa ketinggalan dapat merasa tidak puas dengan diri sendiri dan hidupnya. • FOMO dapat menyebabkan isolasi sosial di dunia nyata. Orang yang terlalu fokus pada media sosial mungkin mengabaikan interaksi langsung dengan teman dan keluarga. • FOMO dapat memperburuk ketergantungan pada teknologi, di mana seseorang mungkin merasa terjebak dalam siklus penggunaan perangkat digital tanpa henti. • Pada kasus yang lebih parah, FOMO dapat berkontribusi pada perkembangan gejala depresi dan masalah kesehatan mental lainnya. Perasaan konstan bahwa kebahagiaan atau kesuksesan tergantung pada apa yang dilihat di media sosial bisa merusak keseimbangan emosional.
-
Apa arti dari FOMO? Fear of missing out (fomo) menjadi istilah yang tidak asing lagi di kalangan milenial maupun Gen Z. Kata itu diartikan sebagai perasaan takut ketinggalan tren, update-an, atau potensi untuk terkoneksi dengan orang lain yang muncul dalam diri seseorang.
-
Kenapa FOMO bisa menimbulkan perasaan tidak nyaman? FOMO juga mengacu pada perasaan bahwa orang lain di luar lebih bersenang-senang, mendapatkan pengalaman yang lebih baik atau menarik daripada yang Anda alami.
FOMO merujuk pada perasaan cemas atau kekhawatiran seseorang akan melewatkan suatu pengalaman atau kegiatan yang dianggap penting atau menyenangkan oleh orang lain. Maraknya penggunaan media sosial juga membuat perilaku ini lebih kerap terjadi.
FOMO dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang dengan menyebabkan stres, kecemasan, dan perasaan rendah diri. Seseorang yang mengalami FOMO cenderung merasa tertekan untuk terus mengikuti berbagai aktivitas, bahkan jika hal tersebut tidak sesuai dengan minat atau kebutuhan pribadi mereka.
Istilah FOMO pertama kali dimunculkan pada tahun 1996 oleh pakar strategi pemasaran, Dan Herman. Walau telah ada sejak dekade 90-an, perilaku FOMO baru benar-benar kita kenali sejak maraknya penggunaan media sosial.
Media sosial menjadi ajang pamer membuat seseorang kerap membandingkan diri dengan orang lain.
Media sosial bagi beberapa orang kini menjadi ajang untuk memamerkan pencapaian. Ketika seseorang merasa tidak mau kalah dan ingin memamerkan apa yang ingin dicapai terhadap pencapaian orang lain, hal inilah yang dinamakan FOMO.
Sejumlah penelitian mengungkap bahwa FOMO bisa dialami siapa saja. Faktor yang paling berperan diketahui bukanlah usia atau jenis kelamin namun seberapa besar penggunaan media sosial dan smartphone.
Dampak FOMO ini mungkin lebih rentan dialami remaja dan anak muda. Melihat postingan dari teman atau orang lain di media sosial bisa menimbulkan rasa ingin membandingkan diri dan takut bahwa mereka tidak bisa mengalami pengalaman yang sama.
Cara Hindari FOMO
Penelitian menunjukkan bahwa FOMO bisa muncul dari rasa tidak bahagia dan ketidakpuasan terhadap hidup. Oleh karena itu untuk menghindari dan mencegah munculnya masalah ini, sejumlah hal yang bisa kita lakukan adalah:
Ubah Fokus
Alih-alih memikirkan apa yang kamu tidak miliki, perhatikan apa yang sudah kamu miliki. Hindari membandingkan dirimu dengan orang lain di media sosial dan tambahkan lebih banyak konten positif yang membuatmu bahagia.
Lakukan Detoks Digital
Kurangi penggunaan ponsel dan media sosial atau lakukan "detoks" dengan mengambil jeda dari perangkat digital. Batasi penggunaan aplikasi media sosial yang membuatmu merasa ketinggalan. Hapus konten yang membuatmu merasa buruk dan tambahkan lebih banyak hal yang positif dalam kehidupanmu.
Tulis Jurnal
Buat catatan pribadi tentang momen-momen berharga dalam hidupmu, baik secara online maupun dengan pena dan kertas. Fokus pada apresiasi pribadi terhadap hal-hal yang membuatmu bahagia daripada mengandalkan validasi publik.
Temui teman
Ketika merasa cemas atau kesepian, cari koneksi dan temui orang lain secara langsung daripada hanya terhubung melalui media sosial. Mengatur pertemuan dengan teman atau berkomunikasi secara langsung dapat memberikan rasa kepemilikan yang lebih kuat dan menghilangkan perasaan ketinggalan.
Syukuri Apa yang Ada
Menghargai apa yang sudah kamu miliki akan membuatmu merasa lebih baik dan mengurangi perasaan yang mendorong FOMO.
Untuk membuatmu lebih bersyukur, kamu bisa menyanyikan lagu ini: