Kemenkes Lakukan Upaya Cegah Patogen Menjadi Pandemi Baru
Sejumlah patogen dikhawatirkan bisa menjadi ancaman bagi munculnya pandemi baru sehingga jadi perhatian bagi Kemenkes.
Dalam upaya mencegah terjadinya pandemi baru yang disebabkan oleh patogen, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) terus memperkuat kesiapsiagaan nasional. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini memperbarui daftar patogen global yang berpotensi menyebabkan epidemi atau pandemi.
Dokumen tersebut, yang berjudul "WHO R&D Blueprint for Epidemics: Pathogens Prioritization, A Scientific Framework For Epidemic And Pandemic Research Preparedness", menekankan pentingnya kolaborasi dan kesiapsiagaan internasional untuk menghadapi ancaman pandemi di masa depan.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Kenapa Kemenkes memvaksinasi monkeypox? Kementerian Kesehatan juga akan melakukan vaksinasi monkeypox terutama pada populasi yang berisiko
-
Siapa korban dalam kejadian yang viral di Pati? Korban diketahui berinisial K (20), warga Desa Mojowalaran Gabus.
-
Apa yang menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia? Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
-
Apa penyebab kematian Pangeran Antasari? Saat menjadi Sultan Banjar, Pangeran Antasari terus melanjutkan perjuangannya melawan Belanda. Di tengah perlawanan tersebut, Pangeran Antasari jatuh sakit terserang penyakit cacar dan paru-paru hingga akhirnya wafat pada 11 Oktober 1862.
-
Kapan gejala gastroenteritis muncul? Gejala gastroenteritis biasanya akan muncul pada 1 sampai 3 hari setelah tubuh terinfeksi oleh virus atau bakteri.
Bonanza Perwira Taihitu, Kepala Pusat Kebijakan Kesehatan Global dan Teknologi Kesehatan Kemenkes RI, menjelaskan bahwa Indonesia aktif berperan dalam memperkuat sistem kesiapsiagaan global, terutama ketika memimpin G20.
“Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah melakukan identifikasi patogen prioritas yang berasal dari satwa liar. Proses ini melibatkan para pakar nasional dan internasional termasuk dari WHO, baik di tingkat regional maupun global,” ungkapnya.
Indonesia telah menyusun daftar patogen prioritas yang mencakup berbagai famili virus dan bakteri yang menjadi perhatian utama, disesuaikan dengan panduan global dari WHO. Beberapa famili virus yang menjadi patogen prioritas di Indonesia antara lain Coronaviridae (seperti SARS CoV), Orthomyxoviridae (termasuk Influenza H5N1), Paramyxoviridae (seperti Measles dan Nipah), dan Flaviviridae (misalnya, Dengue, Zika). Selain itu, terdapat juga famili Filoviridae (misalnya, Ebola, Marburg), Bunyaviridae (misalnya, Hanta), Togaviridae (misalnya, Chikungunya), Rhabdoviridae (misalnya, Rabies), Poxviridae (misalnya, Mpox), dan Retroviridae (misalnya, HIV).
Selain virus, beberapa famili bakteri juga masuk dalam daftar prioritas WHO, terutama yang berhubungan dengan resistensi antimikroba (Antimicrobial resistance/AMR). Beberapa di antaranya termasuk famili Enterobacteriaceae (misalnya, Salmonella, E. coli), Mycobacteriaceae (MTB Complex), Bacillaceae (Anthrax), Staphylococcaceae (Staphylococcus aureus), dan Neisseriaceae (N. Gonorrhoeae, N. Meningitidis). Bonanza menekankan bahwa patogen-patogen ini sering kali terkait dengan spesies satwa seperti kelelawar, primata, rodent, dan burung yang menjadi inang dan vektor penyebaran penyakit.
Kemenkes berkomitmen untuk mengoptimalkan daftar patogen prioritas ini sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesiapsiagaan nasional. Salah satu langkah yang diambil adalah memperkuat surveilans rutin, termasuk program ILI (Influenza-like Illness) dan SARI (Severe Acute Respiratory Infections). Pemanfaatan laboratorium kesehatan masyarakat (labkesmas) juga terus ditingkatkan. Saat ini, labkesmas tingkat 2 telah tersebar di 232 kabupaten/kota, sementara labkesmas tingkat 3 berada di 30 provinsi. Di tingkat nasional, terdapat dua labkesmas, salah satunya memiliki fasilitas Biosafety Level 3 (BSL-3) di Balai Besar Laboratorium Biologi Kesehatan, Jakarta.
- Peneliti Ungkap Penyebab Kecoa Semakin Banyak Ditemukan, Ternyata Akibat Ulah Manusia
- Kemenkes Sebut 94 Petugas Pemilu Meninggal Dunia, Mayoritas karena Penyakit Jantung
- Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya
- Empat Strategi Menkes Hadapi Potensi Pandemi Selanjutnya
Dengan adanya identifikasi dan pemantauan patogen prioritas ini, diharapkan kewaspadaan di berbagai pihak dapat meningkat, sehingga sistem peringatan dini terhadap ancaman penyakit dapat berfungsi lebih efektif. Pemerintah Indonesia juga menerapkan pendekatan One Health, yang menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor antara kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. Pendekatan ini bertujuan untuk mengatasi tantangan kesehatan secara komprehensif dan terpadu, sesuai dengan rekomendasi dari WHO, Food and Agriculture Organization (FAO), dan World Organisation for Animal Health (WOAH).
Direktur Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan, dr. Achmad Farchanny Tri Adryanto, M.K.M, menegaskan pentingnya pemetaan risiko penyakit infeksi emerging oleh pemerintah daerah.
“Dinas kesehatan bersama pemangku kepentingan yang terkait perlu melakukan pemetaan risiko dan membuat rekomendasi tindak lanjut yang perlu dilakukan bersama untuk meningkatkan kewaspadaan dan respons terhadap potensi risiko munculnya penyakit infeksi emerging di daerahnya,” tegasnya.