Kenali Kondisi Leukemia atau Kanker Darah yang Bisa Diderita oleh Anak
Pada anak penderita kanker, kondisi leukimia atau kanker darah bisa menunjukkan sejumlah tanda yang perlu dikenali.
Leukemia, atau yang lebih dikenal dengan kanker darah, adalah salah satu jenis kanker yang paling sering menyerang anak-anak. Penyakit ini dapat terjadi pada usia berapa pun, bahkan sejak bayi baru lahir. Meskipun menakutkan, penting bagi orang tua untuk memahami gejala, penyebab, dan risiko leukemia agar dapat melakukan deteksi dini dan mendapatkan perawatan yang tepat.
Leukemia pada Anak: Usia Berapa Anak Bisa Terkena Kanker Darah?
-
Kenapa kanker bisa menyerang anak-anak? Penyebab kanker pada anak-anak belum sepenuhnya diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang diduga berperan dalam memicu perkembangan sel kanker pada anak-anak.
-
Apa saja jenis kanker yang umum dialami anak? Kanker pada anak dapat dikelompokkan menjadi dua kategori utama, yaitu kanker darah dan kanker padat (tumor).
-
Dimana kanker padat dapat muncul pada anak? Tumor padat ini dapat muncul di berbagai bagian tubuh seperti otak, mata, kepala dan leher, ginjal, tulang, dan hati.
-
Kenapa kanker otak sering menyerang anak-anak? Salah satu jenis kanker yang sering menyerang anak-anak adalah kanker otak. Diperkirakan sekitar 25 persen kasus penyakit kanker pada anak merupakan anak. Tanda-tanda kanker otak pada anak bisa berbeda-beda, tergantung ukuran, letak, dan tingkat perkembangan sel kanker atau stadium kanker.
-
Bagaimana cara mengenali gejala kanker darah pada anak? Anak yang menderita kanker darah dapat menunjukkan gejala seperti demam, infeksi, pendarahan, nyeri tulang, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
-
Apa itu kanker sarkoma? Kanker sarkoma adalah salah satu jenis kanker yang berasal dari jaringan ikat tubuh, seperti otot, tulang rawan, lemak, pembuluh darah, atau jaringan yang mendukung organ-organ tubuh.
Menurut Profesor Pustika A. Wahidiyat, seorang dokter spesialis anak subspesialis hematologi onkologi, leukemia pada anak bisa terjadi pada usia berapa saja, mulai dari bayi hingga remaja. Bahkan, bayi yang baru lahir bisa terkena leukemia, yang disebut dengan leukemia kongenital.
"Bahkan bayi baru lahir bisa terkena leukemia atau disebut dengan leukemia bawaan atau leukemia kongenital," ungkap Prof. Pustika dalam sebuah wawancara daring.
Leukemia kongenital ini lebih sering ditemukan pada bayi dengan kondisi down syndrome. Anak dengan down syndrome memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena leukemia kongenital dibandingkan anak-anak lainnya. Namun, bagi anak yang tidak memiliki down syndrome, leukemia akut biasanya terdiagnosis saat mereka berusia antara 2 hingga 6 tahun. Jenis leukemia yang paling umum ditemukan pada anak adalah Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) dan Leukemia Mieloblastik Akut (LMA).
Sementara itu, leukemia kronik lebih jarang terjadi pada anak-anak dan biasanya baru terdeteksi pada usia yang lebih tua, di atas 10 tahun.
Gejala Leukemia pada Anak
Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang. Anak-anak yang menderita leukemia dapat menunjukkan berbagai gejala, yang sering kali disalahartikan sebagai penyakit lain. Berikut adalah beberapa gejala umum leukemia pada anak:
Pucat: Anak-anak yang menderita leukemia sering kali tampak pucat akibat rendahnya jumlah sel darah merah.
Demam berkepanjangan: Demam yang berlangsung tanpa penyebab yang jelas bisa menjadi salah satu tanda bahwa anak mengalami infeksi akibat leukemia.
Pendarahan: Anak dengan leukemia cenderung lebih mudah mengalami pendarahan, baik pada kulit, saluran pencernaan, lebam, atau mimisan. Bahkan, bisa muncul bintik-bintik merah di kulit yang sering disalahartikan sebagai demam berdarah.
Mengingat gejalanya bisa menyerupai penyakit lain, seperti anemia atau demam berdarah, orang tua perlu waspada dan segera membawa anak ke dokter jika gejala-gejala tersebut muncul.
Kenapa Anak Bisa Terkena Kanker?
Hingga saat ini, penyebab pasti leukemia pada anak-anak masih belum diketahui dengan jelas. Menurut Prof. Pustika, ada banyak faktor yang berperan, dan sering kali bersifat multifaktorial.
Salah satu faktor yang paling dominan adalah faktor genetik, di mana terjadi perubahan atau mutasi pada gen dalam tubuh. Selain itu, riwayat kanker dalam keluarga juga bisa meningkatkan risiko seorang anak terkena kanker.
"Jika dalam keluarga, seperti orang tua, kakek, nenek, atau buyut memiliki riwayat kanker, maka keturunannya lebih mungkin terkena kanker dibandingkan keluarga lain yang 'bersih' dari kanker," jelas Prof. Pustika.
Paparan sinar X atau zat kimia juga disebut sebagai faktor risiko yang dapat memicu terjadinya mutasi genetik dan menyebabkan kanker pada anak.
Jenis Kanker Lain yang Menyerang Anak
Selain leukemia, ada beberapa jenis kanker lain yang umum menyerang anak-anak. Di antaranya adalah:
Retinoblastoma: Ini adalah jenis kanker mata yang bisa menyerang satu mata (unilateral) atau kedua mata (bilateral). Retinoblastoma terjadi akibat mutasi genetik pada sel-sel saraf di dalam retina mata. Gejala awalnya biasanya berupa adanya bintik putih di mata atau refleks mata yang tidak normal.
Tumor Otak: Menurut data yang ada, sekitar 1-2 dari 100 anak menderita tumor otak. Tumor otak pada anak bisa menyebabkan gejala seperti sakit kepala hebat, muntah tanpa sebab, atau masalah penglihatan.
Kanker Kelenjar Getah Bening: Kanker ini ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening yang terjadi secara cepat dan tidak wajar. Biasanya, anak dengan kanker kelenjar getah bening mengalami pembengkakan di leher, ketiak, atau selangkangan yang tidak menimbulkan rasa sakit.
Pentingnya Deteksi Dini
Mendeteksi kanker pada anak sejak dini sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan. Prof. Pustika menjelaskan bahwa deteksi dini dan penanganan yang cepat adalah kunci utama dalam mengatasi kanker anak. Anak-anak memiliki peluang lebih besar untuk sembuh jika kanker terdeteksi pada stadium awal.
"Deteksi dini juga berlaku pada anak, apa saja penyebabnya, bagaimana kanker akan berkembang jika tidak segera ditangani, stadium berapa yang diderita anak. Kalau deteksi dini dan pemeriksaan lebih cepat, kemungkinan anak sembuh lebih besar dibanding orang dewasa," jelas Prof. Djajadiman Gatot, seorang ahli kanker anak.