Ketahui Makanan yang Cocok Dikonsumsi Bersamaan dengan Antibiotik untuk Cegah Masalah Lebih Lanjut
Kombinasi antara antibiotik dengan makanan yang tepat sangat penting untuk menjaga kesehatan usus.
Antibiotik telah menjadi penemuan revolusioner sejak ditemukannya penisilin pada tahun 1928, mengubah infeksi yang dulunya mematikan menjadi kondisi yang bisa diobati. Namun, meskipun antibiotik efektif dalam memerangi bakteri jahat, obat ini juga bisa merusak bakteri baik di dalam tubuh kita, khususnya yang ada di usus. Bagi banyak orang, dampak negatif ini sifatnya sementara, tetapi ada langkah-langkah yang bisa diambil untuk membantu pemulihan usus yang lebih cepat dan mengurangi kerusakan lebih lanjut.
Bagaimana Antibiotik Mempengaruhi Kesehatan Usus?
Antibiotik bekerja dengan cara membasmi bakteri penyebab penyakit, tetapi tak jarang bakteri baik di dalam usus juga ikut terkikis. Dilansir dari CNA, Dr. Tien Dong, seorang gastroenterolog di UCLA Health, mengibaratkan efek antibiotik pada mikroba usus seperti kebakaran hutan yang menghancurkan ekosistem di dalamnya. Setelah kebakaran, tumbuh kembali tanaman-tanaman yang cepat berkembang, namun lebih homogen dan kurang beragam. Hal serupa terjadi pada usus setelah antibiotik: bakteri baik yang bertahan akan terbatas, dan mikrobioma yang terbentuk menjadi kurang beragam dan kurang sehat.
-
Siapa yang menemukan antibiotik? Antibiotik pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 yang membawa perubahan besar pada dunia kesehatan saat itu.
-
Bagaimana antibiotik bekerja untuk mengobati infeksi? Saat sistem imun tidak dapat menangkal bakteri yang masuk dan berkembang biak di dalam tubuh, inilah waktu yang tepat untuk minum antibiotik. Obat tersebut akan bekerja untuk menghancurkan bakteri.
-
Kenapa antibiotik harus dihabiskan? Bakteri penyebab penyakit tersebut belum tentu hilang sepenuhnya meskipun saat gejala sudah menghilang. Minum antibiotik sampai habis juga bisa mencegah resistensi bakteri atau bakteri yang jadi kebal terhadap obat-obatan tersebut. Jadi, penyakit bisa benar-benar sembuh dan infeksi pun tidak datang kembali.
-
Bagaimana antioksidan melindungi kita? Dirangkum dari siloamhospitals.com, Rabu (17/4) fungsi antioksidan di antaranya melindungi sel-sel tubuh dari efek radikal bebas yang berpotensi menimbulkan beragam penyakit.
-
Mengapa antioksidan penting bagi kesehatan tubuh? Antioksidan adalah senyawa yang dapat melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif dan dapat menyebabkan penuaan dini, peradangan, dan berbagai penyakit kronis, termasuk kanker.
-
Kenapa Antioksidan penting bagi kesehatan kulit? Jika asupan antioksidan dalam tubuh tidak terpenuhi secara optimal, akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, baik di luar atau pun di dalam tubuh, termasuk kulit.
Namun, Dr. Dong menjelaskan bahwa meskipun antibiotik bisa mengurangi keanekaragaman mikroba di usus, sebagian bakteri baik tetap bisa bertahan di bagian usus yang tidak dijangkau oleh antibiotik.
“Kami mengandalkan bakteri-bakteri tersebut untuk mengisi kembali usus,” katanya. Proses pemulihan ini bisa memakan waktu, terutama bagi anak-anak kecil, orang lanjut usia, atau mereka yang sering mengonsumsi antibiotik. Namun, bagi sebagian besar orang dewasa yang sehat, usus mereka akan pulih dalam beberapa bulan.
Makanan yang Membantu Pemulihan Usus Setelah Mengonsumsi Antibiotik
Diet memainkan peranan penting dalam proses pemulihan usus setelah mengonsumsi antibiotik. Menurut Pawel Kiela, seorang imunobiolog dari University of Arizona, makanan yang tepat dapat mendukung pertumbuhan bakteri baik dan menghambat pertumbuhan bakteri jahat.
Salah satu jenis makanan yang sangat disukai oleh bakteri baik adalah serat. Dalam sebuah studi tahun 2021, ilmuwan melakukan transplantasi bakteri feses manusia ke dalam dua kelompok tikus: satu kelompok diberi diet rendah serat dan kelompok lainnya diberi diet standar yang mengandung serat tinggi. Hasilnya, kelompok tikus yang mengonsumsi diet rendah serat mengalami pemulihan keberagaman mikroba yang lebih lambat setelah diberi antibiotik, bahkan beberapa bakteri baik tidak kembali tumbuh.
Badan Kesehatan Federal merekomendasikan agar setiap orang mengonsumsi serat sebanyak 21 hingga 38 gram per hari, tergantung usia dan jenis kelamin. Dr. Kiela menyarankan untuk mengonsumsi berbagai sumber serat, seperti bawang, bawang putih, daun bawang, pisang, asparagus, artichoke, oat, dan legum. Makanan-makanan ini tidak hanya kaya serat, tetapi juga berfungsi sebagai prebiotik, yang membantu mempercepat pemulihan mikrobioma usus.
Namun, bagi sebagian orang, antibiotik bisa menyebabkan diare, perut kembung, dan kram. Konsumsi makanan tinggi serat bisa memperburuk gejala seperti perut kembung dan gas. Dr. Dong menyarankan untuk menunggu hingga gejala-gejala ini mereda sebelum mencoba makan makanan berserat tinggi seperti salad atau sayuran.
Manfaat Makanan Fermentasi dan Jahe
Selain makanan berserat, makanan fermentasi seperti kimchi dan kefir yang mengandung komunitas bakteri yang beragam, dapat membantu menggantikan bakteri baik yang hilang akibat penggunaan antibiotik. Makanan ini tidak hanya menambah keberagaman mikroba, tetapi juga membantu pemulihan lebih cepat dari kerusakan yang disebabkan antibiotik. Dr. Kiela mengatakan bahwa makanan fermentasi adalah pilihan yang sangat baik untuk memperbaiki keseimbangan mikrobioma usus.
Dr. Amy Langdon, seorang ahli mikrobioma, juga menyarankan agar jahe dimasukkan dalam diet Anda. Jahe terbukti dapat mengurangi beberapa gejala yang sering terjadi akibat konsumsi antibiotik, seperti mual, perut kembung, dan gas. Anda bisa mencoba membuat teh jahe dengan merebus irisan jahe segar atau menambahkan satu sendok makan jahe parut ke dalam smoothie untuk mendapatkan manfaatnya.
Apakah Mengonsumsi Probiotik Dapat Membantu?
Beberapa tahun lalu, riset awal menunjukkan bahwa suplemen probiotik bisa membantu meredakan efek samping langsung dari penggunaan antibiotik, seperti diare dan kram. Hal ini mendorong banyak dokter untuk mulai merekomendasikan probiotik bersamaan dengan antibiotik. Namun, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa suplemen probiotik tidak memberikan manfaat signifikan dalam pemulihan mikrobioma usus setelah penggunaan antibiotik.
Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa probiotik justru dapat memperlambat pemulihan usus. Dr. Kiela menjelaskan bahwa ketika suplemen probiotik memasukkan spesies mikroba terbatas ke dalam usus, mereka akan bersaing untuk mendapatkan ruang dan nutrisi, yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri baik asli kita.
Meskipun mengonsumsi probiotik tidak akan merugikan, hasil penelitian menunjukkan bahwa probiotik tidak akan membantu mikrobioma usus kembali seperti semula. “Apakah ini akan mempercepat pemulihan? Jawabannya tidak,” jelas Dr. Kiela.
Mengonsumsi antibiotik memang dapat memberikan dampak negatif pada mikrobioma usus, namun dengan perhatian yang tepat terhadap pola makan, kita bisa mendukung pemulihan usus secara efektif. Makanan berserat tinggi, makanan fermentasi, serta jahe adalah pilihan terbaik untuk membantu tubuh memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan antibiotik. Sementara itu, penggunaan probiotik mungkin tidak memberikan manfaat yang diharapkan, sehingga penting untuk lebih fokus pada pola makan yang sehat untuk mendukung kesehatan usus.