Konsumsi Kafein dan Stres Bisa Jadi Pemicu Gangguan Irama Jantung
Sejumlah kebiasaan kita sehari-hari seperti konsumsi kafein dan stres yang tak terobati bisa jadi penyebab masalah gangguan irama jantung.
Sejumlah kebiasaan kita sehari-hari seperti konsumsi kafein dan stres yang tak terobati bisa jadi penyebab masalah gangguan irama jantung.
-
Apa yang dapat dilakukan kopi untuk mengurangi stres? Kopi bisa membantu mengurangi stres dengan beberapa cara, antara lain: Meningkatkan Rasa Bahagia Kopi mengandung kafein yang bisa meningkatkan produksi hormon serotonin dan dopamin. Hormon-hormon ini bisa membuat seseorang merasa lebih bahagia, percaya diri, dan termotivasi.
-
Kapan kopi bisa membantu meredakan stres? Kopi bisa membantu mengurangi stres dengan beberapa cara, antara lain: Meningkatkan Rasa Bahagia Kopi mengandung kafein yang bisa meningkatkan produksi hormon serotonin dan dopamin.
-
Mengapa kopi dapat menyebabkan masalah jantung? "Sebagian besar orang yang menikmati kopi di Indonesia juga merokok. Ini sebenarnya menjadi salah satu faktor penyebab (masalah jantung), bukan dari kafein, tetapi dari rokok yang dikonsumsi bersamaan," ungkap Rita.
-
Apa kaitan antara kopi dan penyakit jantung? "Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsumsi kopi dan risiko serangan jantung. Namun, hal ini semakin diperkuat oleh kebiasaan masyarakat Indonesia yang sering menambahkan gula dalam kopi mereka. Ini yang berpotensi menyebabkan masalah jantung, bukan kopinya, melainkan tingginya kadar gula," jelas Rita dalam sebuah konferensi pers daring bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).
-
Kenapa jengkol direndam dengan kopi? Rendaman ini akan membantu mengurangi bau jengkol yang menyengat.
-
Bagaimana ular sowo kopi berburu mangsanya? Ular sowo kopi merupakan ular tidak berbisa. Mereka cenderung mengandalkan gigitan dan lilitannya untuk berburu mangsa.
Konsumsi Kafein dan Stres Bisa Jadi Pemicu Gangguan Irama Jantung
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan kondisi medis yang sering kali disebabkan oleh berbagai faktor. Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah lulusan Universitas Indonesia, dr. Alexandra Gabriella Sp.J.P FIHA, menyatakan bahwa stres dan konsumsi kafein merupakan dua faktor utama yang dapat memicu aritmia.
Stres dapat mempengaruhi irama jantung melalui mekanisme hormonal.
“Jadi kalau ada gangguan hormonal itu juga bisa menyebabkan gangguan detak jantungnya jadi cepat atau aritmia, salah satu yang memicu kalau stres memicu detang jantung tambahan,” kata dokter yang disapa Gabi ini dalam diskusi kesehatan tentang gangguan irama jantung aritmia beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Hormon diproduksi dalam tubuh dan disirkulasikan melalui darah oleh jantung. Ketika seseorang mengalami stres, hormon-hormon ini bisa menjadi tidak stabil, mengganggu kelistrikan jantung, dan menyebabkan detak jantung menjadi tidak teratur serta terasa ada detak tambahan yang tidak wajar.
Gabi menambahkan bahwa hormon yang tidak stabil karena stres dapat mengganggu kelistrikan di jantung, mengakibatkan detak jantung yang tidak stabil. Jika ada gangguan hormonal, detak jantung bisa menjadi lebih cepat dan aritmia dapat terjadi.
Selain stres, konsumsi kafein juga dapat mempengaruhi irama jantung. Kafein mengandung zat simpatomimetik yang dapat memicu peningkatan tekanan darah dan mempercepat detak jantung.
"Kafein itu membawa agen simpatomimetik, artinya zat tersebut memicu saraf simpatis yang menyebabkan tubuh kita mengalami peningkatan tensi dan detak jantung menjadi lebih cepat," jelas dr. Gabi.
Untuk individu dengan riwayat hipertensi atau gangguan irama jantung, dr. Gabi menyarankan untuk menghindari konsumsi kafein secara berlebihan. Jika tidak memiliki riwayat masalah aritmia, konsumsi kafein sebaiknya dibatasi dan hanya untuk menghilangkan kantuk saja.
Irama jantung yang sehat dan normal berkisar antara 60-100 kali per menit. Jika detak jantung terasa lebih cepat dari biasanya atau terdapat detak tambahan yang tidak teratur, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan medis.
"Detak jantung dalam kondisi istirahat seharusnya 60-100 kali per menit. Jika detak jantung cepat saat istirahat, perlu diperiksa hormon tiroid atau ada sesuatu yang salah dengan jantungnya," kata dr. Gabi.
Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) dan tes hormon dapat membantu mendeteksi adanya kelainan pada irama jantung. Pemeriksaan ini penting untuk memastikan apakah detak jantung yang tidak normal disebabkan oleh gangguan hormonal atau faktor lainnya.