Menurut Penelitian, Bekerja Terlalu Lama Bisa Membuatmu Mengalami Kebotakan
Dilansir dari NY Post, pria yang bekerja lebih dari 52 jam seminggu kehilangan rambut dua kali lebih cepat dibanding mereka yang bekerja kurang dari 40 ja. Temuan ini diketahui berdasar penelitian oleh Sungkyunkwan University School of Medicine, Seoul.
Kebotakan merupakan sebuah masalah yang jadi mimpi buruk banyak pria. Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan munculnya kebotakan pada diri seseorang.
Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan di Korea Selatan mengungkap bahwa terdapat hal mengejutkan yang jadi penyebab masalah ini. Diketahui bahwa bekerja dalam waktu lama bisa menggandakan peluangmu mengalami kebotakan.
-
Siapa yang melakukan penelitian mengenai keheningan? “Sejauh ini, sampai penelitian kami muncul, belum ada tes empiris utama untuk pertanyaan ini. Dan itulah yang ingin kami berikan,” kata Rui Zhe Goh, peneliti bidang Sains dan Filsafat dari Johns Hopkins University. Goh dan para profesornya mengerjakan ilusi sonik untuk memahami jika orang merasakan keheningan saat mereka memproses suara dari perspektif kognitif.
-
Di mana para astronot ini melakukan penelitian tentang sakit kepala? Tim peneliti melakukan penelitian terhadap 24 astronot yang pergi ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS) selama 26 minggu.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Kapan kerontokan rambut bisa dikatakan sebagai kebotakan? Dia menekankan bahwa kebotakan dapat terjadi ketika kerontokan rambut mencapai lebih dari 100-120 helai. Di bawah angka tersebut masih dianggap sebagai kerontokan yang normal."Kerontokan yang patologis, yang tidak normal ini, yang rambutnya lebih dari 100-120 helai itu bisa menyebabkan suatu keadaan yang sering disebut kebotakan. Jadi sebenarnya suatu kebotakan adalah suatu kondisi yang seharusnya tumbuh rambut itu tidak ada rambut," tutur Lili.
-
Bagaimana para ilmuwan membuktikan bahwa rambut keriting berpengaruh pada evolusi otak? Ilmuwan membuktikan hal ini dengan menciptakan kondisi-kondisi yang mungkin dialami oleh manusia awal, menggunakan berbagai jenis wig yang berbeda kepada model manusia. Setelah eksperimen ini selesai, para ilmuwan mendapati bahwa rambut keriting merupakan jenis yang paling efektif dalam menjaga kepala tetap sejuk dalam lingkungan dengan suhu 30 derajat celcius dan kelembaban 60 persen.
-
Di mana penelitian tentang dampak petir pada kulit manusia dilakukan? “Eksperimen kami pada contoh rupa kepala manusia,” tulis tim yang dipimpin oleh insinyur René Machts dari Universitas Teknologi Ilmenau di Jerman. "Ini memberikan bukti praktis mengenai efek yang dipostulatkan secara teoritis bahwa kulit yang basah karena hujan mungkin mempunyai sifat perlindungan sambaran petir yang lebih baik dibandingkan kulit kering,"
Dilansir dari NY Post, pria yang bekerja lebih dari 52 jam seminggu kehilangan rambut dua kali lebih cepat dibanding mereka yang bekerja kurang dari 40 ja. Temuan ini diketahui berdasar penelitian oleh Sungkyunkwan University School of Medicine, Seoul.
Peneliti mengungkap bahwa terjadi percepatan kebotakan yang disebabkan karena meningkatnya stres. Peningkatan stres ini disebabkan oleh bekerja terelalu banyak dan kurang liburan.
Lebih khusus, kecemasan memicu hormon yang memicu siklus aktif pertumbuhan rambut secara prematur. Karena tidak tumbuhnya folikel rambut baru yang muncul, rambut yang rontok ini tidak digantikan dan berdampak munculnya kebotakan.
Penelitian Dilakukan pada Pria Usia 20 hingga 59 Tahun
Penelitian terdahulu telah menunjukkan hubungan antara bekerja berlebihan serta kondisi seperti masalah jantung. Namun baru penelitian ini yang menghubungkan antara jam kerja yang panjang dengan kebotakan.
Hasil penelitian menghasilkan kesimpulan ini berdasar poling terhadap 13.000 pria yang tinggal di Korea Selatan yang bekerja lebih dari 40 jam seminggu. Subyek penelitian berusia antara 20 hingga 59 tahun.
Mereka diberi survei mengenai kebiasaan kerja mereka selama tahun 2013 hingga 2017. Selama jangka waktu penelitian ini, mereka dilarang menggunakan pengobatan anti kebotakan.
Jam Kerja Pendek Menurunkan Risiko kebotakan
Jam kerja dibagi menjadi tiga kategori yaitu pendek (kurang dari 40 jam seminggu, panjang (antara 40 hingga 52 jam seminggu), serta lebih panjang (lebih dari 52 jam). Peneliti juga mempertimbangkan beragam faktor seperti usia, status perkawinan, pendidikan, pendapatan bulanan, kebiasaan merokok, serta jadwal kerja.
Diketahui bahwa pada orang dengan jam kerja pendek, kebotakan hanya dua persen terjadi, pada kelompok jam kerja panjang kebotakan tiga persen terjadi, serta hampir empat persen pada jam kerja lebih panjang. Peneliti Kyung-Hun Son mengungkap bahwa terdapat hubungan antara jam kerja yang panjang dan kebotakan.
"Intervensi pencegahan untuk mendukung jam kerja yang layak dan tepat dibutuhkan oleh masyarakat," jelas Son.
(mdk/RWP)