Orang yang Hidup Sendiri Cenderung Mudah Alami Depresi
Tinggal sendirian memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami depresi.
Bagi orang yang suka menyendiri, tinggal sendiri adalah sebuah kesenangan. Namun, tahukah kalian bahwa orang yang hidup sendiri akan cenderung mengalami depresi dengan mudah?
Orang yang Hidup Sendiri Cenderung Mudah Alami Depresi
Penelitian menunjukkan bahwa tinggal sendirian dalam waktu yang lama dapat meningkatkan risiko gangguan mental.
-
Bagaimana depresi situasional terjadi? Depresi situasional adalah contoh depresi yang tidak menentu. Biasanya, kondisi ini ditandai dengan munculnya gejala murung, perubahan pola tidur dan makan, ketika ada kejadian yang memberi tekanan mental yang cukup tinggi. Gejala depresi situasional muncul akibat respons otak terhadap stres.
-
Bagaimana mengatasi depresi terselubung? Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan tanda-tanda depresi terselubung, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Depresi terselubung bisa diobati dengan terapi, obat-obatan, atau perubahan gaya hidup. Dengan bantuan yang tepat, Anda atau orang yang Anda kenal bisa pulih dan menikmati hidup yang lebih bahagia.
-
Siapa yang bisa mengalami depresi terselubung? Ada beberapa orang yang mencoba menyembunyikan atau menyangkal perasaan depresinya, baik karena malu, takut, atau tidak menyadari kondisinya. Orang-orang ini disebut mengalami depresi terselubung, yaitu depresi yang tidak tampak secara luar, tetapi tetap berdampak negatif pada diri mereka.
-
Mengapa distimia dianggap sebagai contoh depresi? Distimia Salah satu contoh depresi adalah distimia. Kondisi ini bisa berlangsung selama dua tahun lebih. Akan tetapi, tingkat keparahan gejalanya bisa lebih ringan ataupun lebih berat dibanding jenis depresi sebelumnya.
-
Mengapa depresi terselubung bisa terjadi? Penyebab depresi terselubung bisa bermacam-macam, tergantung pada faktor individu dan lingkungan. Beberapa faktor yang bisa memicu depresi terselubung adalah: • Stres berkepanjangan. Stres adalah reaksi tubuh dan pikiran terhadap tekanan yang dihadapi. Stres yang sesekali terjadi bisa membantu kita untuk beradaptasi dan berkembang. Namun, stres yang berlangsung terus-menerus bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental, termasuk depresi terselubung. • Trauma psikologis. Trauma psikologis adalah pengalaman yang menyebabkan luka batin, seperti kekerasan, pelecehan, bencana, perang, atau kematian orang tercinta. Trauma psikologis bisa menimbulkan perasaan takut, marah, sedih, bersalah, atau malu yang berlebihan. • Konflik interpersonal. Konflik interpersonal adalah ketidaksesuaian atau ketegangan antara dua orang atau lebih. Konflik interpersonal bisa terjadi dalam hubungan keluarga, persahabatan, percintaan, atau pekerjaan. Konflik interpersonal bisa menyebabkan perasaan tidak nyaman, tidak dihargai, tidak dipercaya, atau tidak dicintai. • Masalah keuangan. Masalah keuangan adalah kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup atau membayar utang. Masalah keuangan bisa disebabkan oleh pengeluaran yang melebihi pendapatan, pengangguran, kehilangan sumber penghasilan, atau bencana alam. Masalah ini bisa menyebabkan rasa cemas, khawatir, hingga putus asa. • Pekerjaan yang menekan. Pekerjaan yang menekan adalah pekerjaan yang menimbulkan beban fisik atau mental yang berat. Pekerjaan yang menekan bisa disebabkan oleh tuntutan tinggi, lingkungan tidak nyaman, atasan yang otoriter, atau rekan kerja tidak kooperatif. Hal ini bisa menyebabkan perasaan lelah, bosan, jenuh, frustasi, atau marah. • Kurangnya dukungan sosial. Dukungan sosial adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar kita, seperti keluarga, teman, komunitas, atau profesional. Dukungan sosial bisa berupa dukungan emosional, instrumental, informasional, atau apresiatif. Kurangnya dukungan sosial bisa menyebabkan perasaan kesepian, terisolasi, tidak peduli, atau tidak berharga.
-
Bagaimana cara mengatasi depresi terselubung? Jika Anda merasa mengalami gejala-gejala depresi terselubung, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Selain itu, Anda juga bisa melakukan beberapa hal untuk mengatasi depresi terselubung, seperti: • Berolahraga. Olahraga bisa membantu meningkatkan mood Anda dengan melepaskan hormon endorfin yang bisa membuat Anda merasa lebih bahagia. Olahraga juga bisa meningkatkan kesehatan fisik Anda dan membuat Anda lebih percaya diri. • Berpikir positif. Coba cegah setiap pikiran negatif yang datang dengan menggunakan logika. Jangan biarkan pikiran-pikiran seperti “saya tidak berharga”, “saya tidak berdaya”, “saya tidak berbakat”, atau “saya tidak dicintai” menguasai diri Anda. Gantilah pikiran-pikiran tersebut dengan pikiran-pikiran yang lebih realistis, optimis, dan konstruktif. • Mencari teman curhat. Berbagi perasaan Anda dengan orang-orang yang Anda percayai dan peduli bisa membantu Anda merasa lebih lega dan didukung. Teman curhat bisa menjadi keluarga, teman, komunitas, atau profesional yang bisa memberikan Anda saran, masukan, atau sekadar mendengarkan. • Perlahan menyelesaikan masalah. Jika ada masalah yang menjadi penyebab depresi Anda, jangan menghindarinya atau menundanya. Hadapi masalah tersebut dengan cara yang bijak dan bertanggung jawab. Tentukan prioritas masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu, kemudian cari solusi yang paling efektif dan efisien. • Atur asupan makan. Makanlah makanan yang sehat dan bergizi untuk menjaga keseimbangan tubuh dan pikiran Anda. Hindari makanan yang mengandung gula, kafein, alkohol, atau zat aditif lainnya yang bisa memperburuk depresi Anda. • Membuat buku harian atau diary. Menulis perasaan Anda di buku harian atau diary bisa menjadi cara untuk mengekspresikan emosi Anda secara sehat. Anda juga bisa menulis hal-hal positif yang terjadi dalam hidup Anda sebagai pengingat bahwa hidup tidak selalu buruk. • Tidur cukup. Tidur cukup bisa membantu tubuh dan pikiran Anda untuk beristirahat dan meregenerasi diri. Tidur juga bisa mempengaruhi mood, konsentrasi, daya ingat, dan kesehatan secara keseluruhan. • Melakukan hal baru. Cobalah untuk melakukan hal-hal baru yang bisa memberikan Anda rasa puas dan percaya diri. Misalnya, belajar sesuatu yang baru, mengembangkan hobi atau minat Anda, melakukan perjalanan ke tempat baru, atau bergabung dengan organisasi atau komunitas yang positif.
NCHS mengumpulkan data selama National Health Interview Survey 2021, dengan mewawancarai lebih dari 29.400 orang
Pada penelitian tahun 2021 itu, jumlah orang dewasa di Amerika Serikat yang tinggal sendiri mencapai 16%, angka ini mengalami peningkatan yang signifikan dalam lima dekade terakhir.
Penelitian dilakukan oleh CDC’s National Center for Health Statistics (NCHS).
Lalu, apakah hidup sendiri dapat berdampak bagi kondisi depresi.
Penjelasan mengenai hubungan hidup sendiri dengan risiko depresi pada artikel ini dikutip dari Theguardian.com (27/2).
Hidup Sendiri Meningkatkan Depresi
Beberapa orang memilih hidup sendiri dengan berbagai alasan, seperti bisa jadi karena pilihannya, perpisahan dalam hubungan, atau karena kehilangan pasangan.
Menurut laporan terbaru dari CDC’s National Center for Health Statistics (NCHS), individu dewasa yang tinggal sendirian memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami depresi dibandingkan dengan mereka yang tinggal bersama orang lain.
6,4% dari individu dewasa yang hidup seorang diri mengalami perasaan depresi.
Sementara itu, hanya 4,1% dari individu dewasa yang tinggal bersama orang lain yang melaporkan hal serupa.
Variasi ini diamati berdasarkan semua kategori kelompok, seperti gender, usia, tingkat pendapatan, serta mayoritas kelompok etnis.
Penelitian CDC’s National Center for Health Statistics (NCHS)
Dalam beberapa konteks, faktor ekonomi menjadi penyebab meningkatkan gejala depresi, terutama di kalangan individu yang tinggal sendiri.
Orang dewasa dengan penghasilan rendah cenderung lebih sering melaporkan mengalami tekanan emosional.
Interaksi Sosial dan Dampaknya Terhadap Emosional
Studi tersebut juga menanyakan tentang, “seberapa sering dukungan sosial dan emosional yang dibutuhkan didapatkan?”.
Hasilnya, dewasa yang hidup sendiri dan mengaku jarang mendapatkan dukungan sosial dan emosional cenderung mengalami tingkat depresi hampir dua kali lipat lebih tinggi daripada mereka yang menghadapi situasi serupa, tetapi tinggal bersama orang lain.
Lalu, bagaimana cara berinteraksi orang yang hidup sendirian?
Individu yang tinggal sendiri terlibat aktif dalam aktivitas pekerjaan atau kegiatan komunitas, aktif dalam media sosial, dan dukungan emosional yang membantu menjaga kesehatan mental mereka.
Tinggal Bersama Orang Lain Bukan Berarti Tidak Depresi
Tinggal bersama orang lain pun tak menjamin kesehatan mental.
Penelitian sebelumnya mencatat bahwa orang dewasa yang lebih tua dan tinggal bersama anggota keluarga atau bukan memiliki kemungkinan lebih besar mengalami dampak negatif terhadap kesehatan mental.
Hal ini apabila dibandingkan dengan mereka yang tinggal bersama pasangan.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kesepian sebagai "masalah kesehatan masyarakat global".
Kesepian dan isolasi sosial tidak hanya berpotensi menyebabkan depresi, namun juga meningkatkan risiko masalah kesehatan lainnya.
Hidup sendiri dapat meningkatkan risiko demensia hingga 50%, risiko penyakit jantung hingga 29%, dan risiko stroke hingga 32%.
Sebaliknya, hubungan persahabatan yang erat terbukti dapat meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan serta berpotensi memperpanjang usia.
Laporan CDC’s National Center for Health Statistics (NCHS)