Gurindam Dua Belas, Karya Sastra Melayu Berisi Nasihat Keagamaan dari Pulau Penyengat
Karya sastra Raja Ali Haji ini menjadi salah satu warisan nasihat yang masih cukup relevan sampai sekarang.
Karya sastra Raja Ali Haji ini menjadi salah satu warisan nasihat yang masih cukup relevan sampai sekarang.
Gurindam Dua Belas, Karya Sastra Melayu Berisi Nasihat Keagamaan dari Pulau Penyengat
Indonesia terkenal dengan ragam jenis karya sastra yang sampai sekarang menjadi bagian dari warisan budaya. Lebih dari itu, karya tersebut berisikan sebuah nasihat lalu dikemas dengan konsep keagamaan yang mungkin relevan sampai sekarang.
Salah satu karya sastra legendaris di Indonesia itu lahir di Pulau Penyengat, sebuah pulau kecil yang berada di wilayah Kepulauan Riau bernama Gurindam Dua Belas. Karya sastra ini dibuat oleh Raja Ali Haji, seorang sejarawan, pujangga, dan juga ulama. (Foto: Wikipedia)
-
Apa saja yang menjadi ciri khas Pulau Jawa dalam hal budaya? Secara budaya pun, Pulau Jawa adalah pusat peradaban dengan sejarah panjang yang mencakup kerajaan-kerajaan besar seperti Majapahit dan Mataram. Jejak-jejak kejayaan masa lalu masih bisa dilihat dari berbagai situs bersejarah seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Selain itu, Jawa adalah pusat perkembangan seni tradisional Indonesia, termasuk wayang kulit, batik, dan gamelan. Masyarakat Jawa juga dikenal dengan adat dan tradisi yang kaya, termasuk upacara-upacara adat dan berbagai festival yang masih dipertahankan hingga kini.
-
Siapa Raja Ali Haji? Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau dikenal dengan nama pena Raja Ali Haji lahir di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau pada tahun 1808 silam.
-
Apa yang bisa dinikmati di Pulau Penyengat selain wisata budaya dan sejarah? Di Pulau Penyengat ini, wisatawan bisa menikmati pesona alam seperti indahnya senja sore hari dari pinggir pantai.
-
Bagaimana cara penduduk pulau-pulau di Indonesia saling bertukar budaya? "Kemungkinan besar populasi di pulau-pulau ini memiliki budaya khas yang berbeda, saling bertukar gaya, barang, teknologi, dan gen sampai melintasi lautan.”
-
Apa yang dirancang Sri Sultan Hamengku Buwono I di Keraton Yogyakarta? Arsitektur dari Keraton Yogyakarta juga sepenuhnya dirancang oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I. Bahkan, semua hiasan dan juga tumbuh-tumbuhan yang ditanam di kompleks keraton dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki nilai filosofis dan spiritual yang tinggi.
-
Di mana Raja Ali Haji dimakamkan? RAH mengembuskan napas terakhirnya pada tahun 1873 di Pulau Penyengat. Makamnya berada di kompleks pemakaman Engku Putri Raja Hamidah. Persisnya, terletak di luar bangunan utama Makam Engku Putri.
Gurindam Dua Belas ini menggunakan bahasa Melayu Kuno dengan ciri khas banyak istilah Tasawuf, kata-kata kiasan hingga metafora. Penamaan karya sastra itu juga berangkat dari isi dua belas pasal yang berisikan penjelasan kehidupan manusia atau nasihat hidup.
Selain itu, Gurindam Dua Belas menjadi akar dari penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa serta perekat utama setiap masyarakat.
Siapa Raja Ali Haji?
Mengutip dari kanal Antara dan beberapa sumber lain, Raja Ali Haji sang pencipta Gurindam Dua Belas ini merupakan tokoh nasional yang lahir di Pulau Penyengat pada tahun 1809 dari pasangan putri Selangor bernama Hamida dan Raja Ahmad.
Sang ayah merupakan putra mahkota Kesultanan Johor Riau yang terlibat peperangan dengan penjajah di Teluk Ketapang. Lalu ia gugur tahun 1748 dan kemudian diangkat menjadi pahlawan nasional Indonesia.
Raja Ali Haji sudah cinta dengan dunia sastra sejak kecil. Bahkan, ia dikenal sebagai pujangga kerajaan karena gemar sekali menulis. Kemudian, Raja Ali Haji dinobatkan sebagai tokoh pertama yang melakukan pencatatan pedoman bahasa Melayu baku yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia. (Foto: Liputan6.com)
Kebijaksanaan Lokal
Gurindam Dua Belas yang ditulis pada tahun 1847 ini merupakan kebijkasanaan lokal atau local wisdom masyarakat Melayu-Bugis. Akar penulisan karya sastra ini mengarah ke akidah dan tasawuf, syariat Islam, rukun Islam, budi pekerti, dan konsep pemerintahan.
- Kisah di Balik Arca Manjusri Karya Seni Logam Perak Terbaik di Pulau Jawa, Bodhisatwa yang Punya Pengetahuan Tertinggi
- 30 Contoh Gurindam Lucu yang Menghibur dan Bikin Ngakak
- Melihat Keseruan Tradisi Sedekah Bumi di Demak, Kaya Hasil Tangkapan Laut
- Mengenal Tradisi Sarafal Anam, Kesenian Khas Bengkulu yang Kental dengan Nuansa Islam
Berisikan dua belas pasal, tiap pasalnya membahas soal nasihat-nasihat hidup bagi manusia yang sampai sekarang masih cukup relevan. Penyampaian nasihat tersebut ditulis dengan penuh rasa yang menyentuh jiwa dan kesadaran masyarakat.
Kemudian, Raja Ali Haji cenderung menekankan pentingnya agama menjadi pedoman bagi tiap seseorang. Hanya orang-orang beragama saja yang namanya pantas disebutkan.
Isi Gurindam Dua Belas
Berikut isi Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji yang dikutip langsung dari situs resmi pemerintah provinsi Riau:
GURINDAM I
Barang siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari.
Barang siapa mengenal dunia,
Tahulah ia barang yang terpedaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah ia dunia mudarat.
GURINDAM II
Barang siapa mengenal yang tersebut,
tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang,
seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa,
tidaklah mendapat dua temasya.
Barang siapa meninggalkan zakat,
tiadalah hartanya beroleh berkat.
Barang siapa meninggalkan haji,
tiadalah ia menyempurnakan janji.
GURINDAM III
Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping,
khabar yang jahat tiadalah
damping.
Apabila terpelihara lidah,
nescaya dapat daripadanya faedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh,
keluarlah fi’il yang tiada senonoh.
Anggota tengah hendaklah ingat,
di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki,
daripada berjalan yang membawa rugi.
GURINDAM IV
Hati kerajaan di dalam tubuh,
jikalau zalim segala anggota pun roboh.
Apabila dengki sudah bertanah,
datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
di situlah banyak orang yang tergelincir.
Pekerjaan marah jangan dibela,
nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikitpun berbuat bohong,
boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.
Tanda orang yang amat celaka,
aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil jangan diberi singgah,
itupun perampok yang amat gagah.
Barang siapa yang sudah besar,
janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barang siapa perkataan kotor,
mulutnya itu umpama ketur.
Di mana tahu salah diri,
jika tidak orang lain yang berperi.
GURINDAM V
Jika hendak mengenal orang berbangsa,
lihat kepada budi dan bahasa,
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Jika hendak mengenal orang yang berakal,
di dalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,
lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.
GURINDAM VI
Cahari olehmu akan sahabat,
yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru,
yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari olehmu akan isteri,
yang boleh menyerahkan diri.
Cahari olehmu akan kawan,
pilih segala orang yang setiawan.
Cahari olehmu akan abdi,
yang ada baik sedikit budi,
GURINDAM VII
Apabila banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuk dusta.
Apabila banyak berlebih-lebihan suka,
itulah tanda hampir duka.
Apabila kita kurang siasat,
itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
Apabila anak tidak dilatih,
jika besar bapanya letih.
Apabila banyak mencela orang,
itulah tanda dirinya kurang.
Apabila orang yang banyak tidur,
sia-sia sahajalah umur.
Apabila mendengar akan khabar,
menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila menengar akan aduan,
membicarakannya itu hendaklah cemburuan.
Apabila perkataan yang lemah-lembut,
lekaslah segala orang mengikut.
Apabila perkataan yang amat kasar,
lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila pekerjaan yang amat benar,
tidak boleh orang berbuat onar.
GURINDAM VIII
Barang siapa khianat akan dirinya,
apalagi kepada lainnya.
Kepada dirinya ia aniaya,
orang itu jangan engkau percaya.
Lidah yang suka membenarkan dirinya,
daripada yang lain dapat kesalahannya.
Daripada memuji diri hendaklah sabar,
biar pada orang datangnya khabar.
Orang yang suka menampakkan jasa,
setengah daripada syirik mengaku kuasa.
Kejahatan diri sembunyikan,
kebaikan diri diamkan.
Keaiban orang jangan dibuka,
keaiban diri hendaklah sangka.
GURINDAM IX
Tahu pekerjaan tak baik,
tetapi dikerjakan,
bukannya manusia yaituiah syaitan.
Kejahatan seorang perempuan tua,
itulah iblis punya penggawa.
Kepada segaia hamba-hamba raja,
di situlah syaitan tempatnya manja.
Kebanyakan orang yang muda-muda,
di situlah syaitan tempat berkuda.
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,
di situlah syaitan punya jamuan.
Adapun orang tua yang hemat,
syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru,
dengan syaitan jadi berseteru.
GURINDAM X
Dengan bapak jangan durhaka
supaya Allah tidak murka.
Dengan ibu hendaklah hormat
supaya badan dapat selamat.
Dengan anak janganlah lalai
supaya dapat naik ke tengah balai.
Dengan istri dan gundik janganlah alpa
supaya kemaluan jangan menerpa.
Dengan kawan hendaklah adil
supaya tangannya jadi kapil.
GURINDAM XI
Hendaklah berjasa,
kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala,
buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat,
buanglah khianat.
Hendak marah,
dahulukan hujjah.
Hendak dimalui,
jangan memalui.
Hendak ramai,
murahkan perangai.
GURINDAM XII
Gurindam Dua Belas, pasal yang ke 11 dan ke 12
Raja mufakat dengan menteri,
seperti kebun berpagarkan duri.
Betul hati kepada raja,
tanda jadi sebarang kerja.
Hukum adil atas rakyat,
tanda raja beroleh inayat.
Kasihkan orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.
Hormat akan orang yang pandai,
tanda mengenal kasa dan cindai.
Ingatkan dirinya mati,
itulah asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu nyata,
Akhirat itu terlalu nyata,
Kepada hati yang tidak buta.