Kisah Benteng Van Der Capellen, Dibangun saat Pecahnya Perang Rakyat di Sumatra Barat
Provinsi Sumatra Barat dulunya salah satu wilayah yang menjadi incaran Kolonial Belanda.
Provinsi Sumatra Barat dulunya salah satu wilayah yang menjadi incaran Kolonial Belanda.
Kisah Benteng Van Der Capellen, Dibangun Saat Pecahnya Perang Rakyat di Sumatra Barat
Pada masa kolonial Belanda, wilayah Sumatra Barat dikenal dengan wilayah yang memiliki potensi hasil bumi yang melimpah sekaligus berharga. Mulai dari hasil pertanian, perkebunan, sampai pertambangan berupa emas.
Tak heran pemerintah Hindia Belanda saat itu sangat tertarik untuk menguasai wilayah ini apapun caranya.
Akan tetapi, masyarakat Minangkabau saat itu memiliki hubungan kekerabatan yang begitu erat sehingga memicu perlawanan dari warga pribumi.
-
Apa yang menjadi bukti perluasan kekuasaan Belanda di Sumatra Barat? Tak hanya menjadi saksi Perang Padri, Benteng de Kock juga menjadi bukti bahwa Belanda telah menduduki tanah Sumatra Barat yang meliputi Bukittinggi, Agam, dan Pasaman.
-
Bagaimana Museum Benteng Heritage menampilkan kejayaan Cina Benteng di masa lampau? Mengutip kanal Benteng Heritage, gaya bangunan museum ini menghadirkan visual kejayaan Tionghoa di Kota Tangerang masa silam. Terlihat gaya jendela, pintu sampai dinding bangunan yang dibuat dengan desain arsitektur khas negeri Tiongkok.
-
Apa yang menjadi sumber penderitaan warga Probolinggo selama masa penjajahan Belanda? Warga Sengsara Mirisnya, kemasyhuran Probolinggo sebagai daerah penghasil gula berkualitas berbanding terbalik dengan kesejahteraan warganya. Selama masa kolonialisme Belanda, warga Probolinggo menjadi korban tanam paksa. Mereka dipaksa bekerja di kebun-kebun milik pemerintah Hindia Belanda tanpa imbalan memadai.
-
Siapa yang menceritakan tentang masa penjajahan Belanda di Kampung Gantungan Sirah? Wardiman, salah seorang warga Kampung Gantungan Sirah, mengatakan bahwa kini nama kampung itu sudah diganti dengan nama “Gunung Sari”. Ia mengatakan, saat masih bernama “Gantungan Sirah”, di kampung itu sering terjadi warga yang bunuh diri dengan cara gantung diri. Wardiman bercerita, waktu zaman penjajahan Belanda, lokasi kampung itu digunakan sebagai tempat para tentara Belanda melakukan kekerasan terhadap warga pribumi. Mereka melakukan eksekusi terhadap para warga dengan digantung kepalanya.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di bawah gedung parlemen Belanda? Dua hari setelah memulai proyek penggalian di bawah bekas Kapel Pengadilan di Binnenhof, The Hague, Belanda, arkeolog menemukan tiga tengkorak, sebuah koin perunggu, dan sisa-sisa bangunan kapel.
-
Di mana Museum Benteng Heritage berada? Kebudayaan tersebut lambat laun berakulturasi dengan kearifan lokal Betawi serta Sunda, yang jejaknya bisa disaksikan di Museum Benteng Heritage, Kawasan Pasar Lama.
Sampai pada akhirnya terjadi konflik antar masyarakat Minangkabau antara Kaum Adat dan Kaum Agama.
Mereka tak segan-segan untuk melakukan peperangan fisik. Pihak Kaum Adat yang meminta bantuan kepada Belanda dalam menyelesaikan konflik ini.
Agar garis pertahanan tetap kuat, Belanda pun akhirnya membangun benteng pertahanan bernama Van Der Capellen di Batusangkat, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.
Berdiri Tahun 1824
Mengutip dari beberapa sumber, Benteng Van Der Capellen ini berdiri sekira tahun 1824 bertepatan dengan Perang Paderi. Benteng ini difungsikan oleh tentara Belanda sebagai tempat pertahanan di Batusangkar ketika perang pecah.
Bangunan ini memiliki ketebalan dinding kira-kira 75 cm dan kurang lebih 4 meter dari dindingnya dibuat semacam parit dan tanggul pertahanan yang melingkar mengelilingi bangunan.
Secara geografis, bangunan benteng ini berada di dataran paling tinggi di Pusat Kota kurang lebih 500 meter di atas permukaan laut.
Benteng ini diambil dari nama Gubernur Jenderal Belanda yang menjabat pada waktu itu bernama Godert Alexander Gerard Philip baron van der Capellen.
Permudah Pengusaan Belanda
Rupanya, benteng ini tidak hanya sebagai bangunan pertahanan tentara Belanda ketika Perang Paderi Pecah. Mereka juga memanfaatkan benteng ini untuk menguasai wilayah Batusangkar secara militer dan politis dengan mudah.
Faktanya, pemerintah Belanda cukup kesulitan menguasai daerah tersebut karena berbagai halangan sehingga menuntut mereka untuk mendirikan benteng pertahanan.
Terlepas dari membangun benteng pertahanan, pemerintah Belanda juga memanfaatkan pecah belah Kaum Agama dan Kaum Adat ini untuk menguasai wilayah Tanah Datar dan sekitarnya. Konflik ini berakhir dengan Operasi Militer Belanda.
- Pernah Tercatat sebagai Provinsi di Indonesia, Ini Fakta Sumatra Tengah yang Jarang Diketahui
- 2 Daerah di Sumsel jadi Kota dengan Polusi Udara Terburuk di Indonesia, Nomor 1 Palembang
- Mengenal Ulu Ambek, Seni Pertunjukan Bela Diri Khas Pesisir Barat Minangkabau
- Kejinya Pasukan Belanda di Aceh Bunuh Warga Satu Desa, 1 Anak Kecil Disisakan Ini potretnya
Pasca Kemerdekaan
Keberadaan Benteng Van Der Capellen ini sampai meletusnya Perang Dunia II. Ketika tentara Jepang berhasil merebut wilayah Sumatra Barat, Belanda harus mundur dari Batusangkar.
Pada rentang tahun 1943-1945, benteng ini dikuasai oleh Badan Keamanan Rakyat (BKR). Ketika tentara Indonesia sudah mengusir tentara Jepang, benteng ini lalu dikuasai oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sampai tahun 1947.
Benteng ini sempat digunakan oleh IKIP Padang untuk aktivitas belajar dan mengajar yang diresmikan oleh Prof. M.Yamin. Kemudian, benteng ini sempat dijadikan sebagai markas Angkatan Perang Republik Indonesia dan sempat beberapa kali menjadi markas Polri di Tanah Datar.
Benteng ini sebagian sudah direnovasi oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala pada tahun 2008. Lalu direnovasi ke bentuk orisinilnya pada tahun 2009.