Kisah Perdagangan Kain Belacu di Jambi pada Abad 17, Komoditas Bernilai Tinggi di Tanah Sumatra
Pada abad ke-13 Kota Jambi sudah terkenal sebagai pelabuhan ekspor tekstil.
Pada abad ke-13 Kota Jambi sudah terkenal sebagai pelabuhan ekspor tekstil.
Kisah Perdagangan Kain Belacu di Jambi pada Abad 17, Komoditas Bernilai Tinggi di Tanah Sumatra
Kedatangan Pedagang Inggris
Pada abad 17, pedagang Inggris mulai berdatangan ke Hindia Timur atau Nusantara untuk mencari peruntungan..
Namun ketika para pedagang tiba di wilayah Sumatra, tepatnya di sekitar Sungai Batanghari, mereka menyadari bahwa komoditas rempah sudah sepi peminat.
-
Apa yang terjadi di gudang peluru di Bekasi? Gudang peluru di Bantargebang, Bekasi meledak. Api membumbung tinggi. Ledakan juga terjadi berkali-kali.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Siapa saja yang dibebani dengan pajak di Sumut? Pajak adalah pembayaran wajib yang harus dibayarkan oleh individu atau badan usaha kepada pemerintah sesuai dengan undang-undang.
-
Bagaimana pernyataan tersebut dibantah? Seorang dokter kulit di negara bagian Maryland, AS yang berspesialisasi dalam terapi cahaya untuk penyakit kulit membantah klaim kacamata hitam yang dikaitkan dengan kanker."Apakah kacamata hitam yang menghalangi sinar UV bersifat melindungi? Ya. Apakah ada bukti bahwa memakai kacamata hitam berbahaya bagi kesehatan mata atau kulit? Tidak," dikutip dari AFP.
-
Siapa yang diduga berselingkuh dalam berita tersebut? Tersandung Dugaan Selingkuh, Ini Potret Gunawan Dwi Cahyo Suami Okie Agustina Gunawan Dwi Cahyo suami Okie Agustina kini sedang menjadi sorotan usai foto diduga dirinya menyebar di sosial media.
-
Apa saja yang ditemukan di Situs Banten Girang sebagai bukti peradaban di masa lampau? Di area tersebut terdapat kompleks bangunan, arca hingga makam dari tokoh agama yang cukup berpengaruh kala itu.
Kain Belacu dari Gujarat
Bagi pedagang lokal, komoditas yang diangkut oleh pedagang Inggris berupa kain wol yang menjadi andalan justru tidak laku.
Para pedagang Nusantara yang memiliki stok rempah melimpah justru lebih tertarik pada produk yang dibawa oleh pedagang Gujarat yaitu kain belacu atau calico dan garam Cina (kalium nitrat).
Kondisi ini membuat Inggris melalui kantor dagangnya, EIC, segera membuat pabrik-pabrik tekstil kelas rendah di beberapa tempat di India.
Temukan Halangan
Melansir dari indonesia.go.id, posisi Inggris dalam dunia perdagangan pada abad ke-17 saat itu menemui banyak kendala, di mana yang paling utama adalah kurangnya modal.
Kendala lainnya adalah adanya wabah yang melanda sehingga situasi perdagangan menjadi berantakan. Maka dari itu, kondisi Inggris dan Belanda sempat mengalami gonjang-ganjing.
Kendala tersebut dibarengi dengan peran raja-raja lokal yang menjadi musuh utama Inggris. Kekuasaan pedagang lokal di Nusantara cukup hebat dalam mengeksploitasi pangsa pasar.
Tingkat kehalusan masing-masing kain juga tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku di pasar.
Aktivitas perdagangan Inggris di Nusantara pun mengalami kekacauan mulai dari tubuh perserikatan dagangnya sampai komoditas yang dijual juga tidak ada harganya.
Jambi Kota Strategis
Pada abad 17, Kota Jambi menjadi lokasi Pelabuhan Sungai Batanghari yang letaknya cukup strategis sebagai perantara antara pedagang India dan Cina. Bahkan, sekitar abad ke-7 dan abad ke-9 utusan dari Jambi sudah berkunjung ke sana.
Pada abad ke-13 Kota Jambi sudah terkenal sebagai pelabuhan ekspor tekstil. Biasanya barang yang dibarter dengan kain impor adalah berbagai jenis getah pohon, cengkeh, hingga kapulaga.
Pedagang Gujarat menjadi "perantara" dengan negara-negara di bagian Pantai Timur Afrika seperti Yaman dan Mesir. Beberapa kain yang bernilai tinggi pun menjadi aksesoris masyarakat lokal dan menjadi hiasan.
Komoditas Lada
Di samping populernya kain belacu di tanah Sumatra, komoditas lada di Jambi memiliki peran yang cukup penting. Namun, lada sendiri bukan ditanam di Jambi, melainkan diboyong oleh pelancong dari negara India. (Pixabay)
Belajar dari pengalaman, Inggris akhirnya berhasil mendirikan pabrik dan gudang untuk menyimpan stok kain yang berharga dan bisa mengolah hasil lada, meski kedudukan perdagangan masih dikuasai seutuhnya oleh Belanda.