Mengenal Bebehas, Tradisi Mengumpulkan Beras ala Masyarakat Muara Enim yang Mulai Ditinggalkan
Dari tahap awal sampai akhir, tradisi ini melibatkan orang banyak alias dikerjakan secara bergotong-royong dan dilaksanakan dengan penuh suka cita.
Dari tahap awal sampai akhir, tradisi ini melibatkan orang banyak alias dikerjakan secara bergotong-royong dan dilaksanakan dengan penuh suka cita dan rasa ikhlas.
Mengenal Bebehas, Tradisi Mengumpulkan Beras ala Masyarakat Muara Enim yang Mulai Ditinggalkan
Muara Enim merupakan sebuah kabupaten yang masuk dalam wilayah provinsi Sumatra Selatan. Daerah ini begitu terkenal dengan hasil buminya di bidang pertambangan. Maka dari itu, di sini terdapat perusahaan tambang yang cukup besar yaitu PT Bukit Asam.
Tak hanya kaya dengan hasil buminya saja, Muara Enim juga memiliki beragam adat istiadat dan budaya yang sudah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. (Foto: Pixabay)
-
Siapa yang melestarikan tradisi Pupulih? Salah satu komunitas yang masih menjaganya adalah kalangan warga adat Baduy, di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar.
-
Apa makna dari budaya mencium tangan di Indonesia? Biasanya, budaya cium tangan atau salim tangan ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada yang lebih tua sebagai tanda hormat dan sopan santun.
-
Mengapa tari tradisional disebut sebagai wujud budaya daerah? Tari tradisional adalah wujud sebuah budaya di suatu daerah.
-
Bagaimana cara tari tradisional berkembang dan lestari? Tari tradisional adalah tarian yang berkembang dan dilestarikan secara turun temurun di suatu daerah tertentu.
-
Kapan tradisi Mubeng Beteng dimulai? Prosesi topo bisu mubeng beteng biasanya dimulai pada malam satu Suro pukul 21.00 WIB.
-
Kapan tari tradisional mulai berkembang? Jenis tari tradisional telah berkembang dari masa ke masa yang telah melewati waktu cukup lama di suatu daerah, adat, atau etnik.
Salah satu tradisi di Muara Enim adalah bebehas, yakni kegiatan mengumpulkan beras yang dulunya dilakukan ketika sebuah keluarga mengadakan hajat, atau acara pernikahan yang disebut Ngantenkan.
Kegiatan Kaum Perempuan
Melansir dari situs indonesiakaya.com, tradisi Bebehas ini secara umum dilakukan oleh kaum perempuan yaitu ibu-ibu dan remaja putri. Dalam prosesnya, Bebahas dilaksanakan secara gotong-royong.
Dalam tradisi Bebahas ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan, di antaranya mulai dari memisahkan padi dari tangkainya atau yang biasa disebut dengan mengirik.
Setelah seluruh padi dipisahkan dari tangkainya, biji-biji padi tadi kemudian dijemur. Tahap ini mereka sebut dengan mengisal.
Tahapan selanjutnya, padi yang sudah dijemur kemudian masuk ke tahap ditumbuk dengan menggunakan lesung. Proses ini berguna untuk memisahkan isi padi dengan kulitnya.
Barulah setelah bulir padi terkupas dimasukkan ke sebuah alat yang terbuat dari balok kayu atau disebut isaram.
Bawa Hasil ke Tuan Hajat
Setelah seluruh rangkaian di atas selesai dilakukan, hasil panen padi tadi dibawa ke tempat tuan rumah yang akan mengadakan hajat. Sebagai ucapan terima kasih, tuan rumah hajat akan memberikan oleh-oleh berupa bakul berisi bahan makanan.
Dari tahap awal sampai akhir, tradisi ini melibatkan orang banyak alias dikerjakan secara bergotong-royong dan dilaksanakan dengan penuh suka cita dan rasa ikhlas.
- Mengenal Tradisi Ratiban di Brebes, Arak-Arakan Jalan Kaki Menuju Telaga demi Perkuat Tali Silaturahmi
- Mengenal Tota Timui, Tradisi Pembersihan Diri Buat Bayi yang Baru Lahir Ala Masyarakat Dayak Benuaq
- Mengenal Tradisi Nengget, Upacara Berikan Kejutan agar Memperoleh Anak Ala Masyarakat Karo
- Dalamnya Makna Tradisi Hajat Uar, Cara Orang Sumedang Memahami Alam Pasca Bencana
Tergerus Zaman
Salah satu tradisi warisan masyarakat Muara Enim ini sudah semakin jarang dilakukan karena tergerus zaman.
Hal ini dipicu oleh kehidupan masyarakat yang mulai jarang menerapkan konsep gotong-royong dan cenderung memiliki rasa individual.
Hal ini dipicu oleh kehidupan masyarakat yang sudah tidak menerapkan konsep gotong-royong. Masyarakat modern cenderung memiliki rasa individual.