Menilik Sejarah Stasiun Kutaraja, Bukti Perkembangan Industri Kereta Api di Serambi Mekkah
Sejak Tsunami Aceh 2004, bangunan stasiun ini hilang dan berubah menjadi taman kota.
Sejak Tsunami Aceh 2004, bangunan stasiun ini hilang dan berubah menjadi taman kota.
Menilik Sejarah Stasiun Kutaraja, Bukti Perkembangan Industri Kereta Api di Serambi Mekkah
Lahirnya industri kereta api di Nusantara berpengaruh besar terhadap perkembangan transportasi di abad ke-18.
Bukan hanya di Pulau Jawa, transportasi kereta api juga tumbuh dan berkembang di Pulau Sumatra hingga ke Aceh.
-
Apa yang menjadi tujuan utama pembangunan jalur kereta api di Aceh saat masa kolonialisme Belanda? Melansir dari heritage.kai.id, rencana pembangunan jalur kereta api di Aceh dimulai saat Belanda menyatakan perang dengan Kerajaan Aceh Darussalam pada tahun 1873. Masa kekuasaan dari pihak Belanda terus berganti sampai pada tahun 1874 Banda Aceh sudah dikuasai oleh Jenderal Jan van Swieten. Saat Swieten ditarik ke Batavia, pimpinan militer Belanda di Aceh diganti oleh Mayor Jenderal Johannes Ludovicious Jacobus Hubertus Pel. Dirikan Rel Kereta Api Pel, yang terkesima melihat jalur kereta api di Pulau Jawa membuat dirinya langsung menulis surat kepada Jenderal James Loudon tentang betapa pentingnya moda transportasi kereta api untuk menaklukan Kesultanan Aceh.
-
Siapa yang menceritakan tentang masa penjajahan Belanda di Kampung Gantungan Sirah? Wardiman, salah seorang warga Kampung Gantungan Sirah, mengatakan bahwa kini nama kampung itu sudah diganti dengan nama “Gunung Sari”. Ia mengatakan, saat masih bernama “Gantungan Sirah”, di kampung itu sering terjadi warga yang bunuh diri dengan cara gantung diri. Wardiman bercerita, waktu zaman penjajahan Belanda, lokasi kampung itu digunakan sebagai tempat para tentara Belanda melakukan kekerasan terhadap warga pribumi. Mereka melakukan eksekusi terhadap para warga dengan digantung kepalanya.
-
Apa yang menjadi bukti perluasan kekuasaan Belanda di Sumatra Barat? Tak hanya menjadi saksi Perang Padri, Benteng de Kock juga menjadi bukti bahwa Belanda telah menduduki tanah Sumatra Barat yang meliputi Bukittinggi, Agam, dan Pasaman.
-
Bagaimana cara Belanda menghubungkan akses pesisir pantai Utara hingga pantai Timur di Aceh menggunakan jalur kereta api? Sejak dibangunnya rel kereta di wilayah Serambi Mekah, Belanda berhasil menghubungkan seluruh akses pesisir pantai Utara hingga pantai Timur mulai dari Oelee Lheue sampai ke Pangkalan Susu, Provinsi Sumatra Utara.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Mengapa Belanda membangun jalur kereta api di Sumatera Barat? Sumatra Barat menjadi salah satu lokasi yang dipilih Belanda untuk dibangun jalur kereta di sana. Pasalnya, di daerah tersebut ditemuan sebuah pertambangan batu bara tepatnya di Sawahlunto tahun 1868.
Pada 1874 atau selang 10 tahun setelah awal sejarah perkembangan kereta api di Nusantara, Aceh memiliki rel kereta api pertama yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-54 yaitu James Loudon.
Pada saat itu James Loudon membangun rel dengan lintasan dari Ulee Lheue-Kutaraja. Stasiun Kutaraja merupakan salah satu stasiun yang menjadi saksi perkembangan kereta api di Serambi Mekkah ini.
Dibuka Atjeh Spoor
Dilansir dari berbagai sumber, stasiun Kutaraja (Koeta-Radja) atau biasa yang dikenal dengan Stasiun Banda Aceh ini dulunya dibuka oleh Atjeh Spoor yang masih menjadi divisi perusahaan dari KNIL dan dioperasikan oleh Atjeh Tram.
Stasiun ini resmi beroperasi pada 12 November 1876 sebagai bagian dari pembangunan jalur kereta api dari Pelabuhan Ulee Lheue ke Kutaraja. Tahun 1885, jalur ini diperpanjang lagi hingga ke Lambaro.
Stasiun Kutaraja berada di Kampung Baru, Baiturrahman, Banda Aceh, letaknya cukup berdekatan dengan Masjid Raya Baiturrahman. ,Stasiun ini menjadi yang terbesar di Provinsi Aceh.
Sempat Berjaya
Pada 1916, perusahaan Atjeh Tram yang merupakan cikal bakal Atjeh Staats Spoorwegen (ASS) sudah mengembangkan lintasan kereta sepanjang 511 km dengan total investasi mencapai 20 juta gulden atau setara Rp10,5 triliun.
Dengan berdirinya Stasiun Kutaraja beserta dengan jalur relnya, tentu memberi dampak besar di dunia transportasi saat itu. Orang-orang sangat mudah untuk melakukan perjalanan dari dan ke Kutaraja, bahkan untuk mereka yang harus ke Pelabuhan Ulee Lheue.
Menemukan Banyak Hambatan
Melansir dari dishub.acehprov.go.id, pada 1884, jalur kereta api diubah lebar relnya, dari 1067 mm menjadi 750 mm. Karena menyesuaikan dengan keinginan Pemerintah Hindia Belanda, yaitu jalan rel yang akan dibangun harus berada pada satu ruang dengan jalan raya.
Pada saat itu, terdapat beberapa hambatan dalam pengembangan rel kereta api di Aceh. Banyaknya feodalisme politik Islam yang begitu kuat di Aceh mengakibatkan pecahnya perang melawan tentara Belanda.
- Pulang dari Mesir, Sosok ini 'Hilang' 15 Tahun Tak Pernah Kembali ke Kampung, Kini Berubah jadi Orang Hebat
- Peringatan 19 Tahun Gempa dan Tsunami Aceh, Ribuan Warga Larut dalam Doa dan Zikir
- Tragedi Tsunami Aceh: Ratusan Ribu Jiwa Melayang hingga Sumbangan Dana Rp108 Triliun
- SBY Kenang Sang Istri saat Ziarah ke Kuburan Massal Korban Tsunami Aceh
Sejak Tsunami Aceh 2004, bangunan stasiun ini hilang dan berubah menjadi taman kota. Untuk menandai bekas stasiun, saat ini telah ada monumen kereta api di Banda Aceh yaitu Lokomotif BB84.