Pemena, Sistem Kepercayaan Pertama Suku Karo di Sumatra Utara
Pemena sendiri diambil dari bahasa Batak Karo yang berarti Pertama atau Yang Awal.
Pemena sendiri diambil dari bahasa Batak Karo yang berarti Pertama atau Yang Awal.
Pemena, Sistem Kepercayaan Pertama Suku Karo di Sumatra Utara
Suku Batak terkenal dengan berbagai adat istiadat dan budaya mereka yang telah diwariskan secara turun-menurun.
Salah satu sub-suku Batak yakni Batak Karo memiliki suatu kepercayaan pertama bernama Pamena yang dianut oleh para penganutnya.
Melansir dari berbagai sumber, Pemena sendiri diambil dari bahasa Batak Karo yang berarti Pertama atau Yang Awal. Pemena sendiri dikategorikan ke dalam agama Hindu karena keduanya memiliki persamaan dalam hal kepercayaan, tradisi, serta ritualnya.(Foto: Wikipedia)
-
Bagaimana cara masyarakat Padang Pariaman mempraktikkan tradisi Batagak Kudo-Kudo? Dalam pelaksanaan Batagak Kudo-Kudo ada beberapa langkah yang harus dilakukan, seperti musyawarah, mengundang, malam mambungkui, penyambutan tamu, laporan pembangunan, kemudian Batagak Kudo-Kudo, serta makan bajamba.
-
Di mana tradisi sungkem diperkirakan berasal? Diperkirakan Berasal dari Solo Praktik tradisi sungkeman di Solo Dianggap Sebagai Praktik Terselubung Melawan Penjajah
-
Bagaimana cara pelaksanaan tradisi Tukar Takjil di Sumatera Selatan? Melansir dari Liputan6.com, dalam tradisi ini, masyarakat memulai dengan keliling kampung dari rumah ke rumah untuk saling bertukar takjil. Biasanya, mereka sudah menyiapkan 30 buah takjil dari rumah dengan ragam jenis makanan.
-
Di mana tradisi Bakar Gunung Api dilakukan? Kegiatan bakar gunung api ini biasa dilakukan di depan rumah warga.
-
Apa itu tradisi bakar batu di Papua? Bakar batu adalah ritual memasak bersama dengan menggunakan batu-batu panas yang ditata di tanah sebagai pengganti kompor.
-
Apa yang menjadi simbol kebangsawanan dan kecantikan dalam tradisi Telingaan Aruu? Telingaan Aruu sendiri adalah memanjangkan daun telinga yang sudah menjadi identitas kebangsawanan seorang pria dan simbol kebangsawanan serta kecantikan bagi para perempuan Suku Dayak. Menurut mereka, semakin panjang daun telinga, maka dianggap cantik pula wanita tersebut.
Dulunya Disebut "Perbegu"
Dilansir dari Jurnal Studi Sosial dan Agama berjudul "Makna Keberadaan Tuhan Dalam Paham Pemena", paham Pemena ini biasa dikenal dengan sebutan "Perbegu".
Penggunaan kata Perbegu ini sudah berlangsung lama. Perbegu ini juga diartikan sebagai setan atau roh jahat.
Sehingga kepercayaan ini berubah nama agar sedikit lebih halus dengan sebutan Pemena.
Setelah Indonesia merdeka, isu diskriminasi tentang Perbegu pun mulai mereda karena para penganutnya menjunjung tinggi prinsip anti penjajahan yang menjadi pondasi perjuangan melawan Belanda.
Asal-usul Pemena
Pemena sendiri tergolong dalam paham kepercayaan Animisme yang kemudian menggantikan Perbegu pada tahun 1946. Tidak diketahui pasti awal mula penyebaran dari agama Pemena ini.
Konon ada pengaruh orang-orang India yang datang ke Pulau Sumatra tepatnya ke masyarakat Suku Karo lalu mengajarkan ajaran agama Pemena. Banyak perspektif yang muncul dari Pemena ini, salah satunya kepercayaan ini dianggap sebagai produk agama Hindu.
- Bawaslu Daerah Sambut Baik Putusan MK Aparat Negara Tak Netral Langsung Pidana: Berikan Efek Jera
- Kisah Pemberontakan Batipuh 1841, Dampak Sistem Tanam Paksa Terhadap Rakyat Pantai Barat Sumatera
- Peneliti Ungkap Bukti Banyak ‘Suara Hantu’ di Aplikasi Sirekap KPU
- Parhalaan, Sistem Penanggalan Milik Suku Batak yang Jarang Diketahui
Tahun 1977, para penganut Pemena pun sudah banyak yang mengikuti Hindu Dharma karena agama inilah yang menjadi cikal bakal dari adanya Pemena.
Saat ini masyarakat Suku Karo cenderung menganut agama yang diakui pemerintah sehingga Pemena sudah cukup susah ditemukan.
Ajaran-ajaran Pemena
Dalam prinsip hidup masyarakat Batak Karo, mereka percaya adanya segala sesuatu itu yang ada di dunia baik itu berwujud atau tidak adalah milik Dibata.
Ada beberapa pemahaman Dibata menurut orang Batak Karo, mulai dari Dibata Datas atau Guru Batara yang memiliki kekuasaan tinggi. Kemudian ada Dibata Tengah, disebut juga Tuhan Padukah Ni Aji yang dikenal menguasai dan memerintah.
Terakhir ada Diabata Teruh, Dibata Teruh juga disebut Tuhan Banua Koling. Dibata inilah yang memerintah di bumi bagian bawah bumi.