Rumah Adat Tertua Sejak Zaman Sriwijaya, Ini Fakta Menarik Rumah Rakit dari Palembang
Rumah adat dari Provinsi Sumsel ini berdiri di atas air tepatnya di pinggiran Sungai Musi, Sungai Ogan, dan Sungai Komering.
Rumah adat dari Provinsi Sumsel ini berdiri di atas air tepatnya di pinggiran Sungai Musi, Sungai Ogan, dan Sungai Komering.
Rumah Adat Tertua Sejak Zaman Sriwijaya, Ini Fakta Menarik Rumah Rakit dari Palembang
Sejak zaman dahulu Kota Palembang menjadi wilayah strategis sebagai pusat kekuatan politik dan ekonomi di Asia Tenggara.
Lebih dari itu, di Palembang banyak disambangi para pedagang dari Tiongkok, Arab, hingga Persia.
Ketika masa Kesultanan Palembang, para pedagang dari bangsa Arab ini banyak yang menetap lalu membangun rumah sehingga membentuk pemukiman.
Sementara pedagang asing, hanya diperbolehkan membangun rumah di atas rakit karena kebijakan politik Sultan Palembang. (Foto: e-statushki.dgip.go.id)
-
Bagaimana bentuk rumah adat Julang Ngapak di Kampung Sempurmayung? Secara filosofis, Julang Ngapak menggambarkan bentuk atap yang menyerupai seekor burung yang tengah mengepakkan sayapnya. Bentuk atapnya tampak melebar, dengan bagian dengan dan belakangnya memiliki motif berbentu “X” sebagai gambaran dari kepala dan ekor burung.
-
Apa yang unik dari rumah di Purwakarta ini? Sebuah rumah di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, terbilang unik dan berbeda. Bangunan tempat tinggal itu berdiri di samping tempat pemakaman umum (TPU) Sirnaraga di wilayah tersebut.
-
Kapan Rumah Singgah Sultan Siak Sri Indrapura dibangun? Dikabarkan bangunan ini sudah berdiri sejak tahun 1895, bisa diperkirakan bangunan ini sudah lebih dari ratusan tahun.
-
Mengapa Masjid Agung Palembang menjadi cagar budaya daerah? Saat ini, Masjid Agung sudah menjadi bagian dari cagar budaya daerah agar menjaga nilai-nilai filosofis yang pastinya tak ternilai harganya.
-
Apa itu Rumah Panjai? Secara tradisional, mereka tinggal di sebuah rumah kayu yang bentuknya memanjang. Mereka menyebutnya rumah panjai atau betang.
-
Di mana situs arkeologi dengan rumah kosong dan terowongan tersembunyi berada? Rumah kosong ini berada di situs arkeologi Distre, Prancis barat, berasal dari sekitar abad ke-10 sampai ke-12.
Di samping sejarah, lahirnya Rumah Rakit ini juga tak lepas dari pengaruh kondisi lingkungan sekitar.
Selain itu, pemilihan lokasi tempat tinggal yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti dekat dengan sumber air, sumber makanan, atau tempat mata pencaharian.
Rumah Rakit ini kemudian menjadi ciri khas masyarakat yang hidup di pinggiran sungai sebagai tempat tinggal terapung yang dikenal oleh masyarakat Komering.
Rumah Multifungsi
Selain menjadi tempat tinggal, Rumah Rakit kerap digunakan sebagai penginapan, gudang, dan tempat berdagang. Hal ini biasa dilakukan oleh pendatang dari Tiongkok yang bermata pencaharian sebagai pedagang.
Rumah Rakit sendiri bisa berfungsi sebagai sarana transpotasi bagi penghuninya. Rumah ini dapat dengan mudah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Dulunya rumah ini juga sebagai pembeda antara penduduk asli dengan pendatang sekaligus mempermudah penguasa melakukan hukuman.
Apabila para pendatang melakukan kejahatan, penguasa akan melepaskan tambatan pada Rumah Rakit sehingga hanyut terbawa arus sungai.
Struktur Bangunan
Melansir dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Rumah Rakit ini didesain untuk kehidupan masyarakt yang tak lepas dari sungai. Pintunya pun ada dua, satu menghadap ke daratan dan satunya lagi menghadap ke sungai.
- Rumah Kayu di Semarang Ini Jadi Saksi Bisu Sengitnya Pertempuran Melawan Penjajah, Ini Kisah di Baliknya
- Terkenal hingga Seluruh Indonesia, Ini Kisah Pengrajin Batu dari Padalarang
- Ketahuan Buang Sampah Sembarangan, Rumah Wanita ini Langsung Dibanjiri Sampah oleh Warga Biar Kapok
- 6 Fakta Aksi Puasa Massal Pekerja Rumah Tangga di Enam Kota, Dorong RUU PPRT Segera Disahkan
Kemudian untuk tiang-tiang pondasinya menggunakan batang bambu yang harus diganti secara periodik agar Rumah Rakit ini tidak hancur karena tergerus air sungai. Biasanya, keempat sudut rumah akan ditambahkan dengan tiang kokoh.
Masyarakat juga ada kalanya memperkokoh rumah ini dengan sebuah tonggak yang ada di tebing sungai. Keberadaan tali tersebut sebagai antisipasi jika keempat tiang kokoh tadi rusak atau lapuk.
Tiga Tahap Pembangunan
Mengutip dari berbagai sumber, pembangunan Rumah Rakit ini secara umum terdiri dari pembangunan bagian bawah, bagian tengah, dan bagian atas.
Namun, unsur paling penting dari pembangunan ini adalah pada bagian bawah rumah karena menentukan kokoh atau tidaknya rumah tersebut.
Hal penting pertama yaitu pemilihan kayu dan bambu yang berusia cukup tua dengan ukuran tertentu. Kemudian bambu atau kayu tersebut diikat pada sebuah pasak yang nantinya berguna sebagai pondasi rumah.
Untuk kayunya sendiri harus memiliki serat yang padat karena berhubungan langsung dengan air.
Maka dari itu tiang-tiang Rumah Rakit sendiri berasal dari Kayu Tembesu, hal ini dikarenakan kayu ini memiliki kualitas yang paling baik.
Semakin Jarang Ditemukan
Seiring berjalannya waktu, rumah khas Palembang ini semakin menyusut dan sudah sulit ditemukan keberadaannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Rumah Rakit semakin berkurang.
Pertama, adanya kerusuhan pada tahun 1998 yang mengakibatkan para penduduk Rumah Rakit yang mayoritas Tionghoa memilih untuk meninggalkan Rumah Rakit dan memilih tinggal di daratan.
Selain itu, rumah Rakit juga dianggap sebagai sumber pencemaran sungai karena penghuninya membuang sampah dan kotoran langsung ke sungai.