Sejarah Masjid Raya Badiuzzaman, Salah Satu Rumah Ibadah Tertua di Medan Peninggalan Raja Sunggal
Di Kota Medan terdapat masjid berusia ratusan tahun yang hingga kini masih berdiri kokoh.
Di Kota Medan terdapat masjid berusia ratusan tahun yang hingga kini masih berdiri kokoh.
Sejarah Masjid Raya Badiuzzaman, Salah Satu Rumah Ibadah Tertua di Medan Peninggalan Raja Sunggal
Provinsi Sumatra Utara menjadi salah satu wilayah yang menjadi saksi perkembangan Islam di Nusantara. Di daerah ini terdapat berbagai peninggalan Islam yang sampai sekarang masih dilestarikan.
Salah satu peninggalannya ada di Kota Medan yaitu Masjid Raya Badiuzzaman. Bangunan masjid ini menjadi salah satu rumah ibadah tertua di Medan yang sampai detik ini masih berdiri kokoh.
-
Bagaimana bentuk menara Masjid Sememen? Dilansir dari Liputan6.com, Menara Sangga Buwana itu sangat mirip dengan Menara Panggung Sangga Buwana milik Keraton Surakarta Hadiningrat. Menara itu berbentuk heksagonal yang memiliki arti arah mata angin dan empat unsur alam yaitu air, api, angin, dan tanah.
-
Bagaimana konsep Masjid Merah Kedung Menjangan? Secara konsep, masjid ini membawa unsur tradisional khas zaman kerajaan. Ini bisa terlihat dari adanya gerbang masuk masjid yang dibuat dari susunan batu bata merah, dengan pola konstruksi khas Trowulan, Majapahit.
-
Dimana Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman berada? Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman merupakan masjid terbesar di Pontianak dan masjid yang pertama kali berdiri di Provinsi Kalimantan Barat.
-
Kenapa Masjid Nurul Islam Tuo Kayu Jao penting bagi sejarah Islam di Sumatra Barat? Masjid tertua di Sumatra Barat ini menjadi peninggalan dari penyebaran dan peradaban agama Islam.
-
Mengapa Masjid Agung Palembang menjadi cagar budaya daerah? Saat ini, Masjid Agung sudah menjadi bagian dari cagar budaya daerah agar menjaga nilai-nilai filosofis yang pastinya tak ternilai harganya.
-
Bagaimana Masjid Agung Sumenep merefleksikan budaya Jawa? Gaya khas arsitektur Jawa tampak pada bentuk atap bergaya tajug kerucut lancip menjulang tinggi. Atap model ini banyak diterapkan pada candi kuno warisan peradaban Jawa.
Melansir dari beberapa sumber, Masjid Raya Badiuzzaman dibangun sekitar tahun 1885 atau sekitar 1306 Hijriah oleh seorang Raja Sunggal bernama Datuk Badiuzzaman Surbakti asal Suku Karo.
Masjid ini sampai sekarang masih berdiri kokoh meski sudah berusia ratusan tahun. Masjid ini konon dibangun menggunakan putih telur sebagai bahan perekat untuk pasir dan batu.
Masih Orisinil
Keistimewaan lain dari Masjid Raya Badiuzzaman ini adalah kondisi bangunan yang masih terjaga keorisinilannya.
Terdapat pilar berwarna hijau sebanyak empat buah sebagai penyangga bangunan sekaligus ornamen dari masjid ini.
Di bagian dalam masjid, terdapat sebuah mimbar permanen yang terbuat dari batu. Masjid Raya Badiuzzaman juga memiliki enam buah jendela yang dominan warna hijau dan kuning.
Pemilihan warna cat hijau dan kuning itu bukanlah tanpa alasan, melainkan sebagai simbol khas dari Suku Karo dan Melayu.
Sempat Dilarang Belanda
Pada masa kepemimpinan Datuk Badiuzzaman, masjid ini menjadi pusat aktivitas keagamaan masyarakat setempat mulai dari tempat beribadah sampai tempat musyawarah.
Proses pembangunan masjid ini tidak mudah karena sempat ditentang oleh pemerintah Belanda waktu itu. Mereka melarang distribusi semen yang digunakan untuk membangun masjid ini.
Akan tetapi, masyarakat setempat tidak kehilangan akal. Mereka pun menggunakan putih telur sebagai perekat bangunan. Terbukti, sampai sekarang bangunan ini masih berdiri kokoh dan masih digunakan masyarakat untuk beribadah.
Di bagian kiri dan depan masjid terdapat sejumlah makam keluarga Datuk Badiuzzaman dan warga sekitar.
Datuk Badiuzzaman sendiri dimakamkan di Cianjur, Jawa Barat karena sempat dipanggil oleh Belanda untuk berunding.
- Keistimewaan Masjidil Aqsha bagi Umat Islam, Jadi Tempat Penting saat Isra Miraj
- Mengunjungi Masjid Raya Syahabuddin, Jejak Peninggalan Sejarah Kerajaan Siak
- Pesona Masjid Asasi Padang Panjang, Tak Luntur Meski Berumur Ratusan Tahun
- Potret Makam Putra Nabi Muhammad SAW yang Wafat Saat Masih Kecil, Dekat dengan Masjid Nabawi