Sosok Yap Thiam Hien, Advokat Keturunan Tionghoa-Aceh yang Berjuang Tegakkan HAM di Indonesia
Meski saat itu jenjang kariernya sudah lebih baik, tetapi Tham Hien tidak lupa dengan penderitaan dan ketidakadilan yang dialami oleh orang Indonesia.
Meski saat itu jenjang kariernya sudah lebih baik, tetapi Tham Hien tidak lupa dengan penderitaan dan ketidakadilan yang dialami oleh orang Indonesia akibat penjajajahan Belanda.
Sosok Yap Thiam Hien, Advokat Keturunan Tionghoa-Aceh yang Berjuang Tegakkan HAM di Indonesia
Mr. Yap Thiam Hien atau yang biasa disapa dengan John oleh kawan-kawannya lahir di Kutaraja, Banda Aceh pada 25 Mei 1913. Ia merupakan keturunan Tionghoa dari pasangan Yap Sin Eng dan Hwan Tjing Nio.
Yap Thiam Hien tumbuh di lingkungan perkebunan feodal, yang akhirnya membentuk dirinya menjadi seorang yang membenci penindasan dan kesewenangan. (Foto: Wikipedia)
-
Siapa yang menjadi ketua Dewan Pembina Tim Hukum AMIN di Sumatera Selatan? Hingga kini THN AMIN telah hadir pula di seluruh kabupaten dan kota di Sumsel. Mantan Gubernur Herman Deru didapuk menjadi Ketua Dewan Pembina THN AMIN Sumsel, sementara advokat senior HM Antoni Toha menjadi Ketua THN Sumsel.
-
Siapa Abu Bakar Aceh? Abu Bakar Aceh, seorang tokoh intelektual tersohor asal Aceh yang telah melahirkan banyak karya di bidang keagamaan, filsafat, dan kebudayaan.
-
Kapan Teuku Mohammad Hadi Thayeb menjadi Gubernur Aceh? Setelah menjadi Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional atau Lemhannas, Hadi tidak berhenti berkecimpung di panggung politik. Pada tahun 1981, Hadi pun terpilih menjadi Gubernur Aceh periode 1981 hingga 1986.
-
Siapa yang dikenal sebagai Gubernur Militer Aceh, Langkat, dan Tanah Karo? Atas perjuangannya tersebut, Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia mengangkat Daud Beureueh sebagai Gubernur Militer untuk wilayah Aceh, Langkat, dan Tanah Karo.
-
Mengapa Songket Nyakmu menjadi warisan turun temurun di Aceh? Usaha tersebut sudah diwariskan dari generasi ke generasi. Hal ini dikarenakan menenun merupakan salah satu unsur budaya asli dari Aceh.
-
Kapan Teuku Muhammad Hasan menjabat sebagai Gubernur Sumatera? Kemudian pada tanggal 22 Agustus 1945, Teuku Muhammad Hasan diangkat menjadi Gubernur Sumatera I dengan ibukota Medan.
Sejak usia 9 tahun, ia sudah ditinggal ibunya untuk selamanya. Ia bersama kedua adiknya dibesarkan oleh neneknya, Sato Nakashima yang merupakan seorang perempuan Jepang . Namun, meski tidak ada hubungan darah, Sato malah membentuk sebuah keluarga harmonis yang tidak Thiam Hien dapatkan selama ini.
Akan tetapi, sang ayah sudah membentuk kehidupan untuk anak-anaknya. Ia sudah memohon status hukum disamakan dengan bangsa Eropa. Maka dari itu, jaminan pendidikan dari anak-anaknya sangat terjamin dan memungkinkan bisa menempuh pendidikan Eropa.
Pindah ke Batavia
Tham Hien pernah mengenyam pendidikan di Europesche Lagere School, Banda Aceh kemudian melanjutkan pendidikan di MULO. Tahun 1920, sang ayah membawa Tham Hiem bersama adiknya untuk pindah ke Batavia.
Kepindahannya ke Batavia membuat Tham Hien harus mengenyam pendidikan di MULO Batavia. Kemudian melanjutkan ke AMS dengan program bahasa Barat di Bandung dan Yogyakarta dan lulus pada tahun 1933.
Tham Hien memeluk agama Kristen. Ia kemudian belajar memperdalam agama Kristen melalui kenalannya yang masih keturunan Indo. Ia pun akhirnya memutuskan untuk ngekos di Yogyakarta.
Berkarier Sebagai Guru
Melansir dari lk2fhui.law.ui.ac.id, Tham Hien mulai berkarier sebagai guru untuk membantu perekonomian ayahnya serta membiayai sekolah adik-adiknya. Ia pun mengajar di sekolah Kristen keturunan Tionghoa di Cirebon dan Lasem.
Tahun 1938, ia mendapatkan kesempatan untuk kuliah umum di Belanda melalui beasiswa. Tak berpikir lama ia langsung mengambil kesempatan itu dan berkuliah di Universitas Leiden. Tahun 1947 ia meraih gelar Meester in de Rechten.
Meski saat itu jenjang kariernya sudah lebih baik, tetapi Tham Hien tidak lupa dengan penderitaan dan ketidakadilan yang dialami oleh orang Indonesia akibat penjajajahan Belanda. Ia sangat konsisten memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.
Jasa Perjuangan Tegakkan Keadilan
Setelah dirinya kembali ke Tanah Air, ia mulai berkiprah sebagai pengacara untuk warga keturunan Tionghoa di Jakarta. Selama menjadi pengacara ia pernah membela pedagang Pasar Senen yang digusur oleh pemilik gedung.
Selain itu, ia juga melakukan penolakan usul pemerintah dalam penggunaan kembali UUD 1945. Menurutnya, UUDS 1945 cenderung lebih baik ketimbang UUD 1945 yang berpotensi membatasi hak pikir, berbicara, menulis, mendirikan organisasi dan sebagainya.
Soebandrio saat itu dituduh terlibat dalam peristiwa G30S. Tham Hien yang terkenal sebagai anti-komunis pun tetap pada jalannya yaitu melakukan pembelaan sesuai dengan pekerjaannya di bidang advokat.