3 Ritual Kuno yang Masih Dipegang China Buang Sial, Salah Satunya Melompati Api
Dalam budaya China, diyakini bahwa kemalangan dapat dicegah melalui pelaksanaan tradisi atau ritual tertentu.
Sejak zaman kuno, masyarakat Tiongkok atau China telah meyakini bahwa penyakit dan kesialan sering kali disebabkan oleh nasib buruk. Mereka percaya bahwa dengan melaksanakan ritual tertentu, mereka dapat menarik nasib baik dan melindungi diri dari kesulitan. Menurut laporan dari SCMP pada Jumat (25/10), terdapat beberapa tradisi yang dipegang teguh oleh masyarakat Tiongkok untuk menghilangkan kesialan.
Melompati Api
Melompati api merupakan tradisi yang dilakukan pada saat perayaan Tahun Baru Imlek. Dalam cerita rakyat, suara yang dihasilkan oleh api yang menyala dipercaya dapat mengusir roh jahat serta menghindarkan dari nasib buruk. Ritual ini dimulai dengan membakar seikat jerami di depan pintu rumah oleh kepala keluarga.
-
Kapan Tradisi Mantu Kucing dimulai? Tradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
-
Apa tradisi pernikahan khas Cina Benteng di Tangerang yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda? Baru-baru ini tradisi pernikahan Cio Tao khas Cina Benteng, Kota Tangerang, ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kemdikbudristek.
-
Apa yang dimaksud dengan tradisi Tutunggulan? Tradisi Tutunggulan Mengutip Instagram @napakjagatpasundan, seni Tutunggulan merupakan tradisi memukul alat lesung dengan alu. Alu merupakan alat penumbuk berbahan kayu atau bambu, sedangkan lesung merupakan wadah mirip perahu yang terbuat dari batang kayu utuh untuk wadah padi.
-
Kapan tradisi ini dilakukan? Biasanya, tradisi ini digelar pada Hari Jumat Kliwon di bulan Agustus.
-
Apa yang dimaksud dengan "Tradisi Kepungan Tumpeng Tawon"? Tradisi Kepungan Tumpeng Tawon atau Kepungan Tumpeng Mogana merupakan sastra lisan tradisi tumpengan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah pesisir laut Selatan, tepatnya di Desa Mangunweni, Kecamatam Ayah, Kabupaten Kebumen.
-
Apa yang dimaksud dengan tradisi Tueng Dara Baro? Dalam adat perkawinan masyarakat Aceh, seluruh rangkaian upacara pernikahan harus dilakukan tahap demi tahap, salah satunya adalah Upacara Tueng Dara Baro. Upacara ini mirip dengan "Ngunduh Mantu" atau penjemputan dan penerimaan pengantin perempuan di keluarga pihak laki-laki.
Setelah itu, para pria dalam keluarga secara bergantian melompati api sebelum memasuki rumah. Bayi yang digendong oleh orang dewasa juga ikut melompat, sementara wanita melompat ke arah yang berlawanan.
Tradisi ini masih dilestarikan di beberapa daerah pedesaan, seperti Provinsi Guangdong dan Fujian di China selatan, serta Qinghai dan Gansu di bagian utara. Pada saat Festival Musim Semi, warga desa akan membawa tandu yang dihias cantik dan melompati api unggun sebagai doa untuk kedamaian dan hasil panen yang melimpah.
Penggal Kepala Ayam
Bagi banyak orang, ayam jantan dianggap sebagai simbol keberuntungan yang menghubungkan dunia kehidupan dan kematian. Di beberapa daerah di selatan China, masyarakat percaya bahwa memenggal kepala ayam dan melemparkannya ke atap rumah dapat mengusir roh-roh jahat.
Selain itu, menyebarkan darah ayam jantan di halaman atau mengoleskannya pada dinding diyakini dapat mendatangkan keberuntungan bagi seseorang.
Ayam jantan juga sering dipakai dalam upacara pemakaman tradisional untuk membimbing jiwa orang yang telah meninggal. Kebiasaan ini dimulai sejak Dinasti Han (206 SM-220 SM), ketika ayam jantan kayu dikuburkan bersama jenazah. Suara kokok ayam jantan pun dianggap sebagai simbol yang membawa makna positif.
- Berawal dari Ritual Keagamaan, Tarian Khas Bengkulu Ini Kini Jadi Budaya Daerah
- Mengungkap Simbolisme Kuku dalam Budaya China Kuno: Lambang Status Kekayaan
- Mengenal Upacara Besale, Ritual Pengobatan Tradisional Khas Suku Anak Dalam
- Mengulik Tradisi Ruwatan, Ritual Buang Sial dan Penyucian Diri ala Masyarakat Jawa
Air Kencing Laki-laki
Air seni dari anak laki-laki dianggap memiliki khasiat untuk meningkatkan kesehatan serta mengusir roh jahat. Keyakinan ini berakar dari pandangan bahwa anak laki-laki muda melambangkan energi maskulin dan vitalitas yang melimpah. Air seni yang paling dianggap berharga berasal dari anak laki-laki yang berusia di bawah 10 tahun, khususnya air seni pertama mereka sebelum mencapai usia satu bulan.
Di wilayah selatan China, telur yang direbus dengan menggunakan air seni anak laki-laki menjadi hidangan istimewa saat Festival Ching Ming. Hidangan ini dipercaya dapat mencegah rasa kantuk di musim semi dan memberikan perlindungan dari teriknya musim panas.
Namun, ada sebagian orang yang berpendapat bahwa praktik ini berisiko menularkan penyakit, dan membagikan air seni tersebut dapat memperpendek umur anak laki-laki yang bersangkutan. Meskipun demikian, tradisi ini masih dipertahankan oleh sebagian masyarakat yang percaya akan manfaatnya.
Seiring berjalannya waktu, pandangan terhadap praktik ini bisa berbeda-beda tergantung pada budaya dan kepercayaan masing-masing individu. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan aspek kesehatan dan kebersihan dalam setiap tradisi yang dijalankan.
Garam dan Beras
Keduanya juga diyakini memiliki kemampuan untuk mengusir roh jahat. Dalam praktik feng shui atau geomansi Tiongkok, garam berfungsi untuk memurnikan energi negatif, sementara beras dianggap mampu menenangkan jiwa dan memperkuat fisik. Ketika seseorang pindah ke rumah baru atau mengalami sakit, garam dan beras biasanya ditaburkan di setiap sudut ruangan sebagai usaha untuk mengusir nasib buruk.
Para penggemar film mungkin telah memperhatikan penggunaan beras ketan dalam banyak film zombi Hong Kong, di mana beras ini sering kali dijadikan sebagai obat untuk mengatasi gigitan dari hantu atau monster. Selain itu, dalam tradisi pemakaman di beberapa daerah pedesaan, keluarga almarhum juga menaburkan garam dan beras di sekitar makam untuk membantu menuntun roh dalam perjalanannya.