Bumi Pernah Dilanda Hujan selama 2 Juta Tahun, Peristiwa ini Jadi Buktinya
Bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa Bumi pernah mengalami perubahan kondisi iklim yang ekstrem.
Bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa Bumi pernah mengalami perubahan kondisi iklim yang ekstrem.
Bumi Pernah Dilanda Hujan selama 2 Juta Tahun, Peristiwa ini Jadi Buktinya
Hujan merupakan bagian dari sistem kehidupan yang terjadi di planet Bumi.
Meskipun saat ini hujan hanya terjadi di saat-saat tertentu saja, sebuah hujan pernah melanda Bumi selama, kurang lebih 2 juta tahun.
Hal tersebut terjadi sekitar 232—234 juta tahun yang lalu, seperti dikutip dari Earth.com, Indy100, dan IFLScience, pada Rabu (13/3).
-
Kenapa manusia melewati batas Bumi? Fenomena ini menandakan bahwa jejak ekologis manusia semakin besar, dan biokapasitas planet bumi tidak dapat mengimbanginya.
-
Berapa berat Bumi? Menurut NASA, Massa Bumi berkisar 5,9722×1024 kilogram atau sekitar 13,1 septiliun pon.
-
Kapan hujan paling bikin galau? Sedangkan, menurut ilmu penelitian ketika suhu lebih panas, dapat membawa seseorang keluar dari depresi untuk sementara waktu.
-
Kapan patung manusia tertua itu ditemukan? Arkeolog dari Universitas Istabul, Nemci Karul, menemukan sebuah patung manusia kuno yang diperkirakan berusia 11.000 tahun di Karahan Tepe, Turki.
-
Kapan Bumi terbentuk? Dengan mengukur usia bebatuan di bulan, dan meteorit yang ditemukan di Bumi, para ilmuwan memperkirakan Bumi terkonsolidasi 4,54 miliar tahun lalu.
-
Di mana Buah Lahung banyak tumbuh? Buah merah atau Lahung ini tumbuh subur di Kalimantan Tengah bersama dengan jenis buah lainnya.
Hujan dalam waktu yang sangat lama tersebut terjadi pada zaman Carnian, sebuah babak akhir dari periode Trias.
Peristiwa pluvial Carnian (CPE), nama dari hujan tersebut, terjadi ketika benua-benua di Bumi masih berkumpul di satu tempat dan membentuk superbenua Pangea. Hujan ini ternyata juga memiliki peran yang penting dalam penyebaran kehidupan di Bumi.
Temuan awal dari peristiwa penting ini terjadi di sekitar tahun 1970an dan 1980an.
Di pegunungan Alpen Timur, para peneliti menemukan adanya sedimentasi silisiklastik, yaitu sebuah endapan yang biasanya berkaitan dengan air, di dalam batuan karbonat.
Di Britania Raya (United Kingdom), ahli geologi juga menemukan lapisan batu abu-abu yang tersimpan di dalam batu merah yang biasa ditemui wilayah tersebut.
Bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa Bumi pernah mengalami perubahan kondisi iklim yang ekstrem, dari kondisi gersang ke keadaan dengan curah hujan yang intens sehingga membuat dunia diselimuti oleh kondisi basah.
Kondisi ini juga terjadi bersamaan dengan masa awal perkembangan dinosaurus yang membuatnya menjadi spesies yang beragam.
Akibat letusan super tersebut, terjadi perubahan yang besar terhadap atmosfer, yaitu dengan lepasnya gas-gas rumah kaca seperti karbon dioksida.
Peristiwa tersebut lantas menyebabkan keadaan bumi menjadi semakin panas.
Hasilnya, lebih banyak uap air yang dilepas ke atmosfer karena samudra juga ikut menjadi panas sehingga lebih banyak pula hujan yang turun.
Kondisi seperti ini, yaitu iklim monsun, sebenarnya juga sudah sering melanda Pangea.
Peristiwa pemanasan global tadi pun hanya memperparah curah hujan yang turun.
Dengan peristiwa ini, muncul hujan asam dan gas rumah kaca tambahan sehingga iklim berubah dengan cepat. Vegetasi dan tanah juga menjadi terkikis.
Di laut, terjadi anoksia dan pengasaman samudra. Kondisi dahsyat ini pada akhirnya mengakibatkan kepunahan massal pada berbagai makhluk hidup dan membentuk ulang sistem ekologi.
Perubahan tersebut, menurut para peneliti, bukan hanya membawa era baru dengan kedatangan dinosaurus, tetapi juga menjadi masa yang penting dengan munculnya asal-usul berbagai klad kunci yang “membentuk fauna modern dari tetrapoda terestrial, yaitu lisamphibia, kura-kura, buaya, kadal, dan manusia.”