Dibuka Sayembara Berhadiah Rp 7,6 M buat Siapa Saja yang Bisa Baca Gulungan Kuno ini
Gulungan Herculaneum yang hangus akibat letusan Gunung Vesuvius menantang pakar AI untuk membacanya. Hadiah £400,000 disediakan untuk terobosan terbaik.
Para ilmuwan kembali membuka peluang bagi dunia teknologi untuk mengungkap rahasia kuno yang terkubur oleh sejarah. Gulungan Herculaneum, yang hangus dalam letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 Masehi, kini menjadi fokus kompetisi berbasis kecerdasan buatan (AI).
Peneliti menawarkan hadiah £400,000 (sekitar Rp7,6 miliar) bagi siapa saja yang berhasil mengembangkan teknologi AI untuk membaca gulungan kuno ini.
-
Kapan Profesor Seales mengumumkan sayembara untuk membaca gulungan kuno? Hadiah yang akan didapatkan oleh pemenang utama yakni sebesar USD 700,000 pada akhir tahun 2023.
-
Mengapa Profesor Seales mengadakan sayembara untuk membaca gulungan kuno? Oleh karena itu, Professor Seales, membuat hadiah bagi para ilmuwan untuk mengungkapkan isinya.
-
Siapa yang memenangkan sayembara Profesor Seales untuk membaca gulungan kuno? Hasilnya, ada dua ilmuwan komputer yakni Farritor, seorang pekerja magang di SpaceX, berhasil memenangkan hadiah sebesar USD 40,000 karena berhasil memecahkan sepuluh huruf pertama. Kemudian, Nader, mahasiswa pascasarjana biorobotika yang memenangkan USD 10,000 berkat usahanya dalam memperjelas gambar manuskrip.
-
Bagaimana Profesor Seales dan timnya membaca gulungan kuno yang sudah pudar tintanya? Gunakan AI Mengutip Daily Mail UK, Rabu, (18/10), untuk menghindari kerusakan berlebih pada manuskrip, seorang professor ilmu komputer bernama Seales, dan para tim nya menggunakan akselerator partikel untuk melakukan pemindaian beresolusi tinggi pada bagian dalam gulungan. Hal ini karena usia manuskrip yang mereka temukan ternyata sudah berusia 1700 tahun berada di dalam tanah. Meskipun sudah tidak ada tinta yang tersisa, Professor Seales, membuat sebuah gambar 3D dari kedua gulungan tersebut, dan menggunakan AI untuk membaca tanda halus yang dihasilkan oleh guratan tinta.
-
Bagaimana penemuan makam kuno ini terungkap? Mereka pun lantas meminta bantuan organisasi Arkeologi AOC untuk menganalisinya lebih mendalam.
-
Siapa yang menemukan makna dari tulisan di gapura kuno tersebut? Ahli aksara asal Semarang, Pippo Agosto menuturkan, tulisan pada gerbang berbunyi ‘héng yuǎn lín shì wèi yíng’ yang artinya kompleks permakaman marga Lin/Liem.
Gulungan Herculaneum, yang diyakini menyimpan literatur para cendekiawan Yunani dan Romawi, ditemukan dalam keadaan terkarbonisasi akibat letusan dahsyat Gunung Vesuvius.
Upaya membuka gulungan ini secara fisik berisiko menghancurkan teks yang ada. Oleh karena itu, para ahli kini beralih ke metode pemindaian dan teknologi AI untuk membacanya tanpa merusak artefak tersebut.
Kemajuan Teknologi Pemindaian
Penelitian terbaru dari Universitas Oxford menunjukkan hasil menjanjikan. Dengan menggunakan sinar-X dan perangkat lunak pendeteksi tinta, ilmuwan berhasil membaca sebagian teks dari gulungan yang dikenal sebagai PHerc.172.
“Sebuah tangan manusia menulis teks ini 2.000 tahun lalu, dan menjadi orang pertama yang membacanya setelah sekian lama adalah pengalaman yang tak terlupakan,” ujar para ilmuwan dari Oxford.
Kompetisi ini bertujuan mendorong insinyur dan pakar AI untuk mengembangkan teknologi yang mampu membaca gulungan tanpa merusak struktur fisiknya. Hal serupa sebelumnya telah berhasil dilakukan pada salah satu gulungan di Institut de France, Paris, menggunakan teknologi AI. Upaya tersebut menghasilkan hadiah $700,000 (£550,000) bagi tim mahasiswa yang berhasil memecahkan tantangan tersebut.
- Arkeolog Temukan Dua Kerangka Perempuan dan Seorang Anak di Pompeii, Bersembunyi di Dalam Toko Kue Saat Gunung Meletus 1.945 Tahun Lalu
- Harta Dibawa Mati, Dua Kerangka Pompeii Ditemukan Sedang Memegang Koin dan Perhiasan Berharga, Begini Saat-Saat Terakhir Mereka
- Gulungan Kertas Yunani Kuno yang Terbakar Diuraikan dengan AI, Ternyata Berisi Curhatan Seorang Filsuf
- Arkeolog Temukan Jejak Korban Letusan Gunung Di Pompeii yang Selamat, Jadi Kaya Raya Setelah Bencana
Kompetisi ini menandai langkah penting dalam penggunaan AI untuk penelitian sejarah. Selain membuka wawasan baru tentang dunia kuno, teknologi ini dapat menjadi kunci untuk memecahkan lebih banyak misteri yang terkubur oleh waktu.
Bagi Anda yang tertarik berpartisipasi, tantangan ini bukan sekadar soal teknologi, tetapi juga menjadi bagian dari perjalanan besar untuk memahami masa lalu manusia.