Gunung Everest Makin Tinggi, Ilmuwan Ungkap Penyebabnya
Ada sesuatu yang terjadi menurut para ilmuwan mengapa Gunung Everest setiap tahun makin tinggi.
Kini Gunung Everest telah tumbuh sekitar 15 hingga 50 meter dalam 89.000 tahun terakhir, dan terus bertambah setiap tahunnya. Para ilmuwan juga mengatakan hal ini terjadi karena sistem air gunung tersebut menyerap sungai.
Mengutip Skynews, Selasa (1/10), ketika Sungai Arun bertemu dengan sungai lainnya, hal tersebut akan menciptakan Ngarai Arun yang dalam, di dekat Everest. Namun saat ini, jaringan sungai sekitar 46 mil dari gunung tersebut mengikis ngarai yang besar dan menyebabkan gunung di dekatnya terangkat hingga dua milimeter setiap tahun.
-
Apa yang berhasil dikibarkan oleh Asmujiono di puncak Gunung Everest? Asmujiono, warga Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, jadi salah satu warga Indonesia yang berhasil mengibarkan bendera merah putih di puncak Gunung Everest.
-
Siapa yang mengukur Gunung Everest? Misalnya, ketika perwira militer Inggris Sir Andrew Scott Waugh dan timnya mengukur Gunung Everest sebagai bagian dari Survei Trigonometri Besar, atmosfer bumi juga berpengaruh.
-
Kapan Asmujiono berhasil mencapai puncak Gunung Everest? Asmujiono berhasil mencapai Puncak Everest pada 26 April 1997, pukul 15.45 waktu Nepal.
-
Apa yang menjadikan Gunung Everest sebagai gunung tertinggi di dunia? Dari jumlah tersebut, salah satunya menonjol karena tingginya dan diakui sebagai gunung terbesar dan tertinggi di dunia.
-
Siapa yang memimpin pelatihan pendakian ke puncak Gunung Everest? Tim tersebut mendatangkan pelatih Anatoli Boukreev dan dokter dari Rusia, termasuk didampingi sherpa terbaik dari Nepal.
-
Bagaimana Gunung Ireng terbentuk? Berdasarkan legenda itu, Raden Bratasena marah karena melihat kumpulan monyet yang asyik bermain di atas Gunung Merapi. Ia hendak menendang monyet-monyet nakal itu. Tapi tendangannya meleset dan mengenai bebatuan di puncak gunung. Bebatuan itu terbang jauh ke kawasan Gunungkidul dan akhirnya bertumpuk-tumpuk menjadi Gunung Ireng.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa seiring dengan semakin dalamnya sistem sungai di dekatnya, hilangnya material menyebabkan gunung tersebut menjulang lebih tinggi.” kata mahasiswa PhD Adam Smith, dari UCL Earth Sciences.
Gunung Everest yang merupakan gunung tertinggi di Bumi yang mencapai 8.849 meter dan menjulang sekitar 250 meter di atas puncak tertinggi berikutnya di Himalaya. Saat ini, Sungai Arun, dan ngarai yang diciptakannya, mengalir melalui wilayah pegunungan di sebelah timur Everest dan menyatu di hilir dengan sistem sungai Koshi yang lebih besar.
Selama ribuan tahun, sungai Arun telah manyapu miliaran ton tanah dan sedimen di sepanjang tepi nya, hingga menciptakan ngarai yang dalam. Dengan adanya sejumlah besar sedimen yang telah dipindahkan, daratan menjadi lebih ringan dan kerak bumi terdorong ke atas secara perlahan, hal ini yang menyebabkan proses pertumbuhan Everest cukup cepat. Penulis studi menyebutkan bahwa proses yang terjadi disebut rebound isostatik.
Menurut Dr Jin-Gen Dai, rekan penulis laporan dari UCL Earth Sciences, mengatakan bahwa ketinggian Gunung Everest telah menyebabkan munculnya sistem sungai yang “menarik” di area tersebut.
“Sungai Arun di hulu mengalir ke timur di dataran tinggi dengan lembah datar, kemudian tiba-tiba berbelok ke selatan seperti sungai Koshi, ketinggiannya menurun dan menjadi lebih curam.” kata Dai.
- Siapa Orang Pertama Sukses Mendaki Puncak Gunung Everest?
- Ilmuwan Ungkap Gunung Everest Bertambah Tinggi Sampai 50 Meter, Ternyata Ini Penyebabnya
- Ada Gunung yang Lebih Tinggi dari Everest, Lokasinya Tak Terjangkau Manusia
- Gunung Everest Berbau Busuk karena Penuh Kotoran Manusia, Pendaki Wajib Bawa Turun Tinjanya
“Topografi yang unik inilah yang menunjukkan keadaan yang tidak stabil, yang kemungkinan besar berkaitan dengan ketinggian ekstrem Gunung Everest.” tambahnya.
Meski begitu, percepatan pertumbuhan tidak hanya terjadi di Everest saja, melainkan juga mempengaruhi gunung-gunung tetangga seperti Lhotse dan Makalu, yang merupakan puncak tertinggi keempat dan kelima di dunia.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia