Hampir Semua Astronot Mengalami Sakit Kepala saat di Luar Angkasa, Ini Penyebabnya
Hampir Semua Astronot Mengalami Sakit Kepala saat di Luar Angkasa, Ini Penyebabnya
Tim peneliti melakukan penelitian terhadap 24 astronot yang pergi ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS) selama 26 minggu.
Hampir Semua Astronot Mengalami Sakit Kepala saat di Luar Angkasa, Ini Penyebabnya
Kepergian astronot ke luar angkasa dapat menyebabkan pengaruh buruk pada tubuh astronot tersebut, yang salah satunya adalah sakit kepala.
Lebih parahnya lagi, berdasarkan hasil penelitian terbaru dari tim peneliti Pusat Medis Universitas Leiden (LUMC), hampir semua astronot yang pergi ke luar angkasa pernah mengalami sakit kepala yang hanya dirasakan di luar angkasa.
-
Siapa yang meneliti tentang onikolisis yang dialami astronot? Pernah Diuji Coba Mengutip Science Alert, Kamis, (30/11), seorang insinyur Lockheed Martin, Christopher Reid, pada awal tahun ini mempelajari peristiwa cedera onikolisis pada astronot, dan menemukan setidaknya terdapat 31 cedera onikolisis selama 27 kali latihan dari 4 aktivitas EVA.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan tentang bekas luka astronot dari luar angkasa? Penelitian menemukan bahwa telomer, pelindung ujung kromosom, memanjang secara dramatis ketika tiba di luar angkasa. Namun, telomer kembali ke panjang semula dalam beberapa bulan setelah kembali ke Bumi.
-
Apa saja yang dilakukan astronot di luar angkasa? Mayoritas astronot yang dikirim ke luar angkasa, 86 persen, menyelesaikan perjalanan dengan setidaknya satu kali orbit mengelilingi Bumi.
-
Bagaimana astronot mencapai luar angkasa? Penerbangan operasional pertama Program Pesawat Ulang-alik pada tahun 1980an membawa gelombang manusia baru ke luar angkasa.
-
Bagaimana astronot bisa mencium bau luar angkasa? Namun demikian, kenyataannya adalah setelah kembali dari perjalanan di luar stasiun luar angkasa, astronot secara teratur mencium aroma unik saat melepaskan helm mereka.
-
Apa yang dilakukan astronot saat berada di luar angkasa? Astronot wajib memiliki keahlian: - Memberikan keputusan - Mengemudikan pesawat luar angkasa - Memelihara pesawat luar angkasa - Memberikan layanan medis dan darurat - Berjalan di luar angkasa - Mengoperasikan stasiun luar angkasa - Mengontrol lengan dan mesin robot
Hasilnya, 22 astronot melaporkan bahwa mereka merasakan sakit kepala selama berada di luar angkasa, padahal tidak ada di antara mereka yang memiliki riwayat sakit kepala berulang.
Sakit kepala yang diderita para astronot ada yang menyerupai migrain, ada pula yang menyerupai sakit kepala tegang.
Ketika baru beberapa minggu awal berada di ISS, sebagian sakit kepala yang dialami berupa migrain. Sementara itu, pada periode minggu-minggu akhir, kebanyakan sakit kepala yang dialami menyerupai sakit kepala tegang.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, sakit kepala yang muncul di awal periode keberadaan di luar angkasa sudah pernah dirasakan oleh berbagai astronot karena proses adaptasi dari lingkungan dan gravitasi di Bumi.
Pada periode awal tersebut, banyak dari mereka yang mengalami mabuk gerak. Keberadaan manusia dalam mikrogravitasi dapat membuat darah menggenang di tubuh dan kepala, wajah menjadi bengkak, penglihatan menjadi terganggu, hingga munncul rasa disorientasi.
Masa adaptasi tersebut seharusnya bisa mereda seiring berjalannya waktu. Akan tetapi, para astronot tetap mengalami sakit kepala di luar waktu adaptasi.
“Sakit kepala yang terjadi kemudian bisa diakibatkan oleh peningkatan dalam tekanan intrakranial. Akibat dari mikrogravitasi, terdapat lebih banyak cairan yang terakumulasi di bagian atas tubuh dan kepala, yang mengakibatkan tekanan lebih tinggi di tengkorak,”
W.PJ. van Oosterhout, penulis utama dari penelitian ini.
Setelah tiga bulan berada di Bumi sesudah kepulangan mereka, tidak ada satupun astronot yang melaporkan sakit kepala lagi.
Meskipun demikian, Alexandra Sinclair, ahli Neurologi yang tidak termasuk ke dalam tim peneliti, mengungkapkan bahwa penelitian itu memiliki keterbatasan terhadap jumlah sampel yang dapat diambil.