Ilmuwan Jelaskan Alasan Mengapa Astronot Tak Boleh Terlalu Lama di Luar Angkasa, Ini Risikonya
Ada risiko besar menanti bila astronot memaksakan terlalu lama di luar angkasa.
Ada risiko besar menanti bila astronot memaksakan terlalu lama di luar angkasa.
Ilmuwan Jelaskan Alasan Mengapa Astronot Tak Boleh Terlalu Lama di Luar Angkasa, Ini Risikonya
Ketika astronot kembali ke Bumi, terkadang kondisinya tidak sebugar saat pertama melakukan perjalanan misi ke luar angkasa.
Sesampainya di Bumi, mereka harus melakukan training atau adaptasi.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang sakit kepala astronot di luar angkasa? Seperti dikutip dari Majalah Smithsonian, Live Science, dan Reuters, Sabtu (23/3), tim peneliti melakukan penelitian terhadap 24 astronot yang pergi ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS) selama 26 minggu untuk mengetahui pengaruh keberadaan manusia di luar angkasa dengan sakit kepala yang bisa dialami.
-
Apa saja yang dilakukan astronot untuk menjaga kesehatan mereka di luar angkasa? Tidak adanya gravitasi di luar angkasa memang membuat para astronot kehilangan massa tulang dan otot. Hal ini dikompensasi dengan berolahraga secara teratur selama sekitar dua jam per harinya menggunakan treadmill dan mesin berat di Stasiun Antariksa Internasional (ISS).
-
Kenapa hampir semua astronot mengalami sakit kepala di luar angkasa? “Sakit kepala yang terjadi kemudian bisa diakibatkan oleh peningkatan dalam tekanan intrakranial. Akibat dari mikrogravitasi, terdapat lebih banyak cairan yang terakumulasi di bagian atas tubuh dan kepala, yang mengakibatkan tekanan lebih tinggi di tengkorak,”
-
Siapa yang meneliti tentang onikolisis yang dialami astronot? Pernah Diuji Coba Mengutip Science Alert, Kamis, (30/11), seorang insinyur Lockheed Martin, Christopher Reid, pada awal tahun ini mempelajari peristiwa cedera onikolisis pada astronot, dan menemukan setidaknya terdapat 31 cedera onikolisis selama 27 kali latihan dari 4 aktivitas EVA.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan tentang bekas luka astronot dari luar angkasa? Penelitian menemukan bahwa telomer, pelindung ujung kromosom, memanjang secara dramatis ketika tiba di luar angkasa. Namun, telomer kembali ke panjang semula dalam beberapa bulan setelah kembali ke Bumi.
-
Apa saja yang dilakukan astronot di luar angkasa? Mayoritas astronot yang dikirim ke luar angkasa, 86 persen, menyelesaikan perjalanan dengan setidaknya satu kali orbit mengelilingi Bumi.
Tujuannya agar kondisi badannya kembali terbiasa dengan adanya gravitasi.
Maklum, ruang hampa udara membuat badan astronot seperti tak memiliki beban. Mereka melayang-layang karena tidak adanya gravitasi.
Ternyata tak hanya itu, astronot juga seringnya terkena ruam pada kulitnya atau terserang virus saat berada di stasiun luar angkasa. Hal ini yang kemudian mencoba dianalisis oleh para ilmuwan.
Dilansir dari Science Focus, Rabu (12/7), sebuah studi baru dari Universitas Otawa, Kanada, menunjukkan bahwa perjalanan ruang angkasa benar-benar mengubah cara kerja gen dalam sel darah putih.
Sederhananya, sel darah putih dicegah untuk melakukan fungsi yang biasa dikenali guna memerangi infeksi.
"Kekebalan yang lebih lemah meningkatkan risiko penyakit menular, membatasi kemampuan astronot untuk melakukan misi berat mereka di luar angkasa,"
Guy Trudel seorang profesor kedokteran dan molekuler dari Universitas Ottawa yang juga sebagai peneliti studi itu.
Dia dan tim telah mempelajari gen sel darah putih dari 14 astronot yang telah menghabiskan waktu 4,5-6,5 bulan di ISS. Sebelum, selama, dan setelah penerbangan, para astronot diambil darahnya 4 mililiter sebanyak 10 kali.
"Jika infeksi atau kondisi terkait kekebalan berkembang menjadi kondisi parah yang membutuhkan perawatan medis, astronot saat berada di luar angkasa akan memiliki akses terbatas ke perawatan, pengobatan, atau evakuasi,"
Guy Trudel.
Berita baiknya, keadaan yang terjadi pada tubuh astronot tidak dialami seterusnya. Dalam setahun setelah astronot kembali dari tugas selama enam bulan di ISS, volume sel darah putih astronot kembali normal. Tetapi perlu dicatat, waktu pemulihan setiap masing-masing astronot berbeda-beda. Tergantung dari metabolisme tubuh mereka. Myles Harris, ahli dari University College London (UCL) turut mengomentari studi penelitian yang baru ditemukan ini “Hasil ini merupakan pertimbangan penting terkait risiko terhadap kesehatan selama penerbangan luar angkasa dan eksplorasi luar angkasa,” kata Myles Harris, ahli dari University College London (UCL) .
- Baru Pertama Kali Terjadi Astronot Dibuat Melongo sampai di Luar Angkasa, Ini yang Dilihatnya
- Ternyata Tak Mudah Bagi Astronot Tidur saat di Luar Angkasa, Ini Penyebabnya
- Cangkir Ajaib Ini Penting Bagi Astronot untuk Ngopi di Luar Angkasa, Begini Bentuknya
- Terungkap NASA Dikabarkan sedang Produksi Lagi Pakaian Astronot untuk Misi ke Bulan
Langkah selanjutnya adalah merancang cara untuk mencegah penekanan kekebalan selama penerbangan luar angkasa jangka panjang.
“Ini juga akan memberikan kontribusi yang berharga untuk desain obat yang dipersonalisasi di Bumi,” kata Harris.