Profesor Ini Senang Bukan Kepalang Bisa Sentuh Benda dari Luar Tata Surya yang Dicari-cari
Benda itu akan diteliti lebih lanjut lagi tentang struktur materinya. Banyak kemungkinan yang bisa dipelajari manusia.
Benda itu akan diteliti lebih lanjut lagi tentang struktur materinya. Banyak kemungkinan yang bisa dipelajari manusia.
Profesor Ini Senang Bukan Kepalang Bisa Sentuh Benda dari Luar Tata Surya yang Dicari-cari
Pada Januari 2014, sebuah meteor jatuh di Bumi. Tepatnya berada di dasar Samudra Pasifik.
Seorang Astrofisikawan Avi Loeb dan sekelompok penyelam berusaha mencari benda langit itu. Benda itu, kata Loeb, sungguh berarti untuk upaya penelitian lebih lanjut. Kenapa berarti?
-
Apa yang diyakini oleh sejumlah ilmuwan tentang tata surya kita? Sejumlah Ilmuwan Meyakini Ada Planet Tersembunyi di Tata Surya Ini Ilmuwan ingin menggali potensi keberadaan planet lain di dalam tata surya.
-
Bagaimana ilmuwan mempelajari tentang bekas luka luar angkasa? Peneliti lebih dari 100 institusi di seluruh dunia mengungkapkan bahwa tubuh manusia mengalami berbagai perubahan saat berada di luar angkasa, namun sebagian besar kembali normal dalam beberapa bulan setelah kembali ke Bumi.
-
Bagaimana cara para ilmuwan membuat batu bata luar angkasa dari debu meteorit? Debu dari meteorit tersebut membentuk dasar dari campuran yang kemudian digunakan untuk mencetak/print secara 3D batu bata angkasa luar yang mirip seperti LEGO.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan di luar angkasa? Para ilmuwan telah menemukan dua bintang dengan sifat misterius. Benda langit ini memancarkan gelombang radio setiap 20 menit. Anehnya lagi ia berkedip dan mati saat berputar menuju maupun menjauh dari Bumi. Para ilmuwan berasumsi bahwa mereka mungkin mewakili objek bintang tipe baru.
-
Bagaimana para astronom mempelajari atmosfer planet di luar tata surya? Para astronom sekarang dapat menganalisis atmosfer planet yang mengorbit bintang jauh, mencari bahan kimia yang hanya dapat dihasilkan oleh organisme hidup, seperti yang terjadi di Bumi.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di luar angkasa? Tim astronom pimpinan ilmuwan di Caltech, Amerika Serikat melaporkan penemuan air di luar angkasa. Mereka mengaku menemukan tempat cadangan air terbesar yang pernah terdeteksi di alam semesta.
Profesor sains asal Universitas Harvard itu percaya bahwa meteor seukuran bola basket yang jatuh di lepas pantai Papua Nugini berasal dari luar tata surya.
Keyakinannya itu membawanya mendapatkan pendanaan dari pemerintah Amerika Serikat USD 1,5 juta untuk jelajahi dasar laut demi menemukan benda itu. Misinya pun tercapai.
“Kami mendapatkannya. Materi serpihan dari meteor antarbintang pertama yang dikenali. Ini pertama kalinya manusia menyentuh benda dari luar tata surya kita,” ujar dia seperti dilaporkan Indy100, Rabu (5/7).
Kata Loeb, penemuan pertama di dunia ini berpotensi menjadi salah satu penemuan paling signifikan dan menarik yang pernah ditemukan. Ia pun menyebut akan segera melakukan analisis tentang materi meteor dari luar tata surya itu.
"Kami akan menganalisisnya, mencari tahu terbuat dari apa dan menentukan apakah itu alami, atau peninggalan dari pesawat ruang angkasa,"
Kata Avi Loeb.
Jika itu materi alami, Loeb bersama timnya akan mempelajari sesuatu yang baru tentang lingkungan di luar tata surya.
Namun bila sebaliknya, bukan berarti tidak ada dampaknya bagi umat manusia.
“Justru dampak terhadap kemanusiaan akan jauh lebih besar,” katanya.
- UNDIP Anugerahi Bambang Susantono Gelar Profesor Kehormatan Bidang Keahlian Kota Layak Huni dan Berkelanjutan
- Kombes Bhirawa Adik Eks Panglima TNI Nemu Catatan Lama, Terungkap Cita-Cita Luar Biasa saat SD
- Gelar Profesor Dicabut, 2 Guru Besar UNS Melawan Nadiem
- Tak Terima Gelar Guru Besar Dicabut, Dua Profesor UNS Kirim Surat Keberatan ke Mendikbud Nadiem
Loeb mengatakan secara total, para penyelam menemukan 50 serpihan kecil yang berukuran sekitar setengah milimeter. Karena serpihannya kecil, dia berjuang untuk mengambilnya bahkan dengan pinset.
Ketika benda itu di bawah mikroskop, tampak begitu indah. Salah satunya tampak seperti Bumi, banyak di antaranya terlihat seperti emas.
“Putri saya bertanya apakah dia bisa memilikinya untuk dijadikan kalung. Dan saya mengatakan bahwa mereka terlalu kecil untuk dilewati,” ujar dia.