Surat Terakhir dari Pionir Pendaki Everest yang Tewas Didigitalisasikan, Tulisannya Bikin Haru
Meski tidak selamat, kata-kata dari pendaki malang itu kini bisa dibaca secara keseluruhan untuk pertama kalinya secara daring.
Meski tidak selamat, kata-kata dari pendaki malang itu kini bisa dibaca secara keseluruhan untuk pertama kalinya secara daring.
Surat Terakhir dari Pionir Pendaki Everest yang Tewas Didigitalisasikan, Tulisannya Bikin Haru
Pada Juni 1924, sebuah tim ekspedisi melakukan pendakian Gunung Everest.
Di tanggal 8 Juni, pendaki gunung asal Inggris bernama George L Mallory dan seorang mahasiswa teknik bernama Andrew “Sandy” Irvine berangkat meninggalkan tim ekspedisi mereka untuk mecapai puncak.
Sayangnya, mereka tidak pernah terlihat lagi dalam keadaan hidup.
Meski tidak selamat, kata-kata dari Mallory kini bisa dibaca secara keseluruhan untuk pertama kalinya secara daring.
-
Kenapa pendakian Gunung Gede Pangrango ditutup? Keputusan tersebut dampak cuaca ekstrem yang diperkirakan masih berlangsung hingga bulan depan sehingga dapat mengancam keselamatan pendaki.
-
Siapa yang mengukur Gunung Everest? Misalnya, ketika perwira militer Inggris Sir Andrew Scott Waugh dan timnya mengukur Gunung Everest sebagai bagian dari Survei Trigonometri Besar, atmosfer bumi juga berpengaruh.
-
Siapa yang memimpin pelatihan pendakian ke puncak Gunung Everest? Tim tersebut mendatangkan pelatih Anatoli Boukreev dan dokter dari Rusia, termasuk didampingi sherpa terbaik dari Nepal.
-
Apa yang berhasil dikibarkan oleh Asmujiono di puncak Gunung Everest? Asmujiono, warga Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, jadi salah satu warga Indonesia yang berhasil mengibarkan bendera merah putih di puncak Gunung Everest.
-
Di mana letak Gunung Tangkuban Perahu? Gunung Tangkuban Perahu adalah gunung berapi yang terletak sekitar 30 kilometer dari pusat kota Bandung.
-
Kapan Gunung Semeru meletus? Gunung Semeru terus bergejolak dalam beberapa pekan terakhir. Terbaru gunung tertinggi di Pulau Jawa itu kembali erupsi pada Minggu (31/12) dini hari. Letusannya disertai lontaran abu yang mengarah ke arah selatan dan barat daya.
Mengutip CNN dan Ars Technica, Jumat (31/5), Kampus Magdalene, Cambdridge, tempat Mallory belajar dari tahun 1905—1908 sebagai mahasiswa, baru-baru ini mendigitalkan ratusan halaman korespondensi dan dokumen lain yang dikirim dan ditulis olehnya.
Secara keseluruhan, koleksi tersebut mencakup 840 surat dari tahun 1914—1924.
Surat-surat tersebut menggambarkan berbagai kegiatan yang dilakukan Mallory, seperti pendakian-pendakian gunung yang Mallory lakukan, termasuk peristiwa wafatnya beberapa kru selama pendakian, keikutsertaannya dalam Pertempuran Somme di Perang Dunia I, hingga kunjungannya ke Amerika Serikat pada Era Pelarangan Alkohol.
Dari semua surat yang ada di koleksi tersebut, terdapat sekitar 440 surat pribadi yang dikirim oleh Ruth, sang istri, kepada Mallory.
Oleh karena itu, selain mendokumentasikan kehidupan seorang pendaki gunung, koleksi ini juga merinci kehidupan sehari-hari bagi seorang perempuan di awal abad ke-20.
Di antara berbagai surat-surat tersebut, salah satu surat yang paling menarik adalah surat terakhir yang ditulis Mallory kepada Ruth sebelum melakukan upaya pendakian terakhirnya yang berakhir tragis.
“Sayang, aku berharap sebaik mungkin yang aku bisa untuk engkau, bahwa kecemasanmu akan berakhir sebelum engkau mendapat surat ini, dengan berita terbaik. Yang juga akan menjadi yang tercepat. Perbandingannya 50 banding 1 melawan kami, tetapi kami tetap berusaha & membuat diri kami sendiri bangga. Cinta yang besar untukmu. Sayangmu selalu, George.”
Sebagai sebagai seseorang yang gemar mendaki gunung, Mallory telah mengunjungi Gunung Everest sebanyak dua kali sebelum ekspedisi tahun 1924.
Pada tahun 1921, Mallory menjadi bagian dari ekspedisi pengintaian untuk membuat peta akurat pertama dari wilayah tersebut.
Setahun setelahnya, ia melakukan upaya serius pertamanya untuk mencapai puncak Everest, meski akhirnya harus terpaksa kembali ke bawah.
Ia kembali melakukan pendakian lagi di tahun 1924, saat berusia 37 tahun. Pada 3 Juni, ia dan Irvine meninggalkan Advanced Base Camp (6.500 meter).
Mereka mencapai Kamp 5 pada 6 Juni dan Kamp 6 pada 7 Juni, sebelum menuju puncak pada 8 Juni.
Banyak yang berspekulasi mengenai apakah Mallory dan Irvine berhasil mencapai puncak Everest atau tidak.
Kedua orang tersebut terakhir kali terlihat pada sore hari tanggal 8 Juni oleh anggota ekspedisi lain yang juga merupakan ahli geologi, Noel Odell. Ia mereka jauh dibelakang dan menemukan beberapa peralatan mereka di sebuah kamp.
- Dulunya Hewan-hewan ini Berdarah Dingin, Tapi Berubah Berdarah Panas saat 180 Juta Tahun Lalu
- Banyak Orang Dibuat Terkejut setelah Tahu Seberapa Sering Menatap Layar HP
- Catat Rekor Dunia, Pria Tua Ini Taklukkan Puncak Everest Sampai 29 Kali, Ini Rahasia Suksesnya
- Kisah Warga Malang Taklukan Puncak Everest Demi Kibarkan Bendera Merah Putih, Sempat Ingin Menyerah
Mallory pun tidak terlihat lagi hingga tanggal 1 Mei 1999, ketika seorang pendaki gunung, Conrad Anker, menemukan mayatnya yang membeku di ketinggian sekitar (8,138 meter).
Anker berhasil mengidentifikasi mayat Mallory karena adanya label nama yang dijahitkan di pakainnya.
Hingga kini, mayat Irvine belum ditemukan. Ketika jasadnya ditemukam, pada saku jaket Mallory terdapat tiga surat yang masih dalam kondisi baik.
Surat-surat tersebut juga dimasukkan ke dalam koleksi surat dari Kampus Magdalene.