Teknologi Makin Canggih, tapi Mengapa Sulit Sekali Mengirim Manusia Kembali ke Bulan?
Dulu program manusia ke Bulan dengan misi Apollo terus diusahakan hingga sukses. Namun kini upaya untuk kembali ke Bulan nampak sulit terwujud.
Dulu program manusia ke Bulan dengan misi Apollo terus diusahakan hingga sukses. Namun kini upaya untuk kembali ke Bulan nampak sulit terwujud.
Teknologi Makin Canggih, tapi Mengapa Sulit Sekali Mengirim Manusia Kembali ke Bulan?
Antara 1969 dan 1972, dalam misi Apollo NASA pernah mengirim selusin astronot ke permukaan bulan.
Menariknya, hal itu terjadi sebelum ledakan teknologi modern. Lantas, mengapa saat ini dengan teknologi modern tampak begitu lambat terlebih dalam program Artemis NASA?
-
Kapan para astronot seharusnya kembali ke Bumi? Awalnya mereka dijadwalkan kembali ke Bumi pada 13 Juni.
-
Kenapa misi Apollo 13 gagal mencapai Bulan? Apollo 13 gagal melanjutkan perjalanan ke Bulan. Hal ini karena sebuah tangki oksigen meledak dua hari setelah peluncuran roket. Akhirnya, rencana untuk mendarat segera dibatalkan.
-
Apa yang dilakukan Neil Armstrong saat mendarat di Bulan? Neil Armstrong menjadi orang pertama yang berjalan di permukaan Bulan. Lalu diikuti oleh Buzz Aldrin sementara Michael Collins tetap berada di Modul Komando yang mengorbit Bulan.
-
Siapa yang menuntut NASA? Keluarga Alejandro Otero menuntut lebih dari 80.000 dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp1,3 miliar kepada NASA setelah sampah antariksanya menembus atap rumah keluarga yang berada di Florida, AS tersebut.
-
Bagaimana NASA berencana menyelidiki kejadian sampah luar angkasa ini? ISS akan “melakukan penyelidikan mendetail” tentang bagaimana puing-puing itu selamat dari pembakaran, menurut NASA.
-
Mengapa NASA ingin mengirim robot penjelajah ke Bulan? Misi tersebut bertujuan untuk mendemonstrasikan bagaimana robot dapat beroperasi secara mandiri dan bekerja sama satu sama lain tanpa campur tangan manusia secara langsung.
Tidak ada satu jawaban yang mudah, tapi jawabannya tergantung pada uang, politik, dan prioritas.
Mengutip Space, Senin (22/4), misi Apollo sangat sukses dan sangat mahal. Pada puncaknya, NASA menghabiskan sekitar 5 persen dari seluruh anggaran federal, dan lebih dari separuhnya dikhususkan untuk program Apollo.
Dengan memperhitungkan inflasi, seluruh program Apollo akan menelan biaya lebih dari USD260 miliar saat ini. Jika memasukkan proyek Gemini dan program robotik bulan, yang merupakan pendahulu penting bagi Apollo, angkanya mencapai lebih dari USD280 miliar.
Sebagai perbandingan, saat ini NASA hanya menerima kurang dari setengah persen total anggaran federal, dengan prioritas dan arahan yang lebih luas.
Selama dekade terakhir, NASA telah menghabiskan sekitar USD90 miliar untuk program Artemis.
Tentu saja, dengan berkurangnya dana untuk melakukan pendaratan di bulan, kemajuan mungkin akan lebih lambat, bahkan dengan kemajuan teknologi.
Yang terkait erat dengan realitas keuangan adalah realitas politik. Pada tahun 1960-an, Amerika sedang berada di tengah-tengah perlombaan luar angkasa, sebuah kompetisi dengan Uni Soviet untuk mencapai sebanyak mungkin yang pertama di luar angkasa, terutama pendaratan manusia di bulan.
Namun pembelanjaan sebesar itu sangat tidak berkelanjutan. Begitu Amerika “menang”, masyarakat dengan cepat kehilangan minat dan pendanaan NASA anjlok.
Tidak ada keinginan politik atau publik untuk menghabiskan uang sebanyak itu untuk kesempatan kedua di bulan.
Kombinasi dari kemauan politik yang lebih rendah dan sumber daya keuangan yang lebih sedikit memaksa NASA untuk mengambil beberapa keputusan penting pada akhir tahun 1990an dan awal tahun 2000an. Keputusan ini juga berdampak pada misi Artemis hingga saat ini.
- Ilmuwan Berencana Melakukan Uji Coba Menjadi Petani di Bulan
- Teknologi yang Bawa Manusia Melintasi Ruang Waktu Masih Diharapkan Terwujud
- Peristiwa 5 Februari 1971: Pesawat Apollo 14 Mendarat di Bulan, Ini Sejarah dan Misinya
- Uji Coba Roket Canggih NASA Berhasil, Manusia ke Planet Mars Segera Terwujud
Selain itu, konsep program Artemis modern memiliki serangkaian prioritas yang jauh berbeda dibandingkan misi Apollo.
Misalnya, toleransi risiko jauh lebih rendah dibandingkan pada tahun 1960an. Misi Apollo benar-benar berbahaya, dengan kemungkinan kegagalan yang besar.
Lain hal dengan program Artemis yang benar-benar dipersiapkan seaman mungkin.
Itulah mengapa program manusia ingin kembali ke Bulan tidak semudah membalikan telapak tangan.