Ilmuwan Berencana Melakukan Uji Coba Menjadi Petani di Bulan
Misi ini bertujuan untuk mengembangkan ekosistem pertanian di luar angkasa, sehingga dapat menyediakan pasokan makanan bagi astronaut di bulan dan Mars.
Sekelompok ilmuwan dari Australia memiliki rencana untuk menanam tanaman di bulan pada tahun 2025. Proyek yang ambisius ini dikenal dengan nama Australian Lunar Experiment Promoting Horticulture (ALEPH), di mana inisiatif ini digagas oleh perusahaan swasta Lunaria One, yang berkolaborasi dengan berbagai lembaga penelitian, organisasi nirlaba, dan mitra industri.
Misi ini bertujuan untuk menciptakan ekosistem pertanian di luar angkasa yang dapat menyediakan makanan bagi para astronot di bulan dan Mars. Selain itu, proyek ini juga diharapkan dapat menghasilkan oksigen dan obat-obatan yang diperlukan untuk mendukung misi antariksa di masa mendatang.
-
Siapa yang menanam benih di Bulan? Ilmuwan China Takjub saat Uji Coba Tanam Biji Pohon Ini di Bulan, Ternyata Bisa Tumbuh Subur
-
Bagaimana ilmuwan meneliti objek di Bulan? Mengutip Gizmodo, Sabtu, (18/11), untuk mengetahui lebih lanjut lagi, kemudian para peneliti menggunakan teknologi berkekuatan tinggi untuk mengamati booster dan mengukur perubahan cahaya dan pergerakan dari alat tersebut.
-
Bagaimana benih itu tumbuh di Bulan? Hasilnya, ternyata gravitasi Bulan yang rendah malah membantu mempercepat perkecambahan benih.
-
Bagaimana cara ilmuwan mempelajari bagian dalam Bulan? Penyelidikan komposisi interior objek di Tata Surya paling efektif dilakukan melalui data seismik.Cara gelombang akustik yang dihasilkan oleh gempa bergerak dan memantul dari materi di dalam planet atau Bulan dapat membantu para ilmuwan membuat peta rinci interior objek.
-
Siapa yang meneliti objek di Bulan? Dalam jurnal yang dibuat sekelompok peneliti dari Arizona University, yang terbit The Planetary Science Journal sempat melacak daerah di sekitar objek tersebut selama 7 tahun.
-
Siapa yang meneliti perbedaan waktu di Bulan? Sebuah studi yang dilakukan oleh seorang fisikawan dari Institut Nasional Standar dan Teknologi (NIST) di Boulder, Colorado mencatat bahwa waktu di Bulan lebih cepat daripada di Bumi.
Menurut informasi yang dirilis oleh Badan Antariksa Australia (Australia Space Agency atau ASA) pada Kamis (14/11), ASA telah menyediakan dana sebesar USD3,6 juta untuk mendukung proyek ini.
Dana tersebut diharapkan dapat membantu mengatasi berbagai tantangan teknis yang dihadapi dalam eksperimen pertanian luar angkasa, termasuk penanaman tanaman di lingkungan yang ekstrem, seperti suhu Bulan yang sangat tinggi dan kondisi mikrogravitasi.
Misi ALEPH akan mengirimkan benih-benih tanaman yang telah dipilih ke Bulan menggunakan pesawat ruang angkasa milik Intuitive Machines. Perusahaan ini mencatatkan sejarah pada tahun 2024 sebagai perusahaan swasta pertama yang berhasil mendaratkan wahana antariksa di permukaan Bulan.
Benih-benih tanaman akan diangkut menggunakan kapsul yang dirancang khusus untuk perjalanan antariksa dan akan menempuh jarak sekitar 380.000 kilometer menuju Bulan. Setelah tiba di sana, kapsul akan mendarat di permukaan Bulan, dan benih-benih tersebut akan disiram serta dipantau untuk mengamati apakah ada tanda-tanda pertumbuhan atau perkecambahan, meskipun kondisi di Bulan sangat berbeda dengan Bumi.
Salah satu tantangan utama dalam eksperimen ini adalah suhu ekstrem di Bulan. Suhu di permukaan Bulan dapat mencapai 120 derajat Celsius pada siang hari dan turun hingga minus 130 derajat Celsius pada malam hari. Oleh karena itu, benih-benih tanaman yang dikirim ke bulan harus memiliki kemampuan untuk bertahan dalam kondisi tersebut.
Selain suhu yang ekstrem, tanaman juga harus mampu beradaptasi dengan kondisi mikrogravitasi yang ada di luar angkasa.
Keberhasilan proyek ini ditentukan oleh kemampuan tanaman untuk berkecambah dengan cepat dan tumbuh optimal di lingkungan yang sangat berbeda dari Bumi.
Menurut Profesor Caitlin Byrt, seorang ahli bioteknologi dan ilmuwan tanaman di Australian National University, salah satu jenis tanaman yang memiliki potensi untuk bertahan dan berkembang di Bulan adalah resurrection plant atau tanaman kebangkitan.
Tanaman ini terkenal karena kemampuannya untuk "berpura-pura mati" dan kemudian hidup kembali ketika kondisi lingkungan mendukung. Tanaman ini sangat tahan terhadap kondisi ekstrem seperti suhu yang sangat tinggi, kekeringan, dan suhu dingin yang ekstrem.
Kemampuan adaptasinya yang cepat terhadap perubahan lingkungan menjadikan tanaman kebangkitan sebagai kandidat yang ideal untuk eksperimen di Bulan.
Selain itu, para ilmuwan berharap bahwa tanaman yang tumbuh di Bulan dapat memberikan manfaat lebih dari sekadar pasokan pangan. Mereka berencana agar tanaman tersebut mampu memproduksi oksigen, yang sangat penting untuk mendukung kehidupan para astronaut dalam misi jangka panjang, baik di Bulan maupun di Mars.
Oksigen yang dihasilkan oleh tanaman ini bisa digunakan oleh para astronaut untuk bernapas, sehingga mengurangi ketergantungan mereka pada pasokan oksigen yang dibawa dari Bumi.
Eksperimen pertanian luar angkasa ini juga melanjutkan langkah-langkah awal yang telah dilakukan dalam penelitian sebelumnya, termasuk eksperimen yang melibatkan tanah Bulan.
Tanaman yang Bisa Tumbuh pada Bulan
Para peneliti telah berhasil menumbuhkan tanaman menggunakan tanah yang diambil dari bulan. Penemuan ini merupakan langkah krusial untuk memperpanjang keberadaan manusia di bulan.
Menurut informasi yang dilansir dari laman NASA pada Rabu (13/11), penelitian ini dilakukan oleh tim dari University of Florida yang memanfaatkan sampel tanah bulan yang dibawa oleh astronot NASA selama misi Apollo antara tahun 1969 hingga 1972. Sampel tanah tersebut digunakan untuk menumbuhkan benih tanaman.
Hasilnya menunjukkan bahwa benih yang ditanam dalam tanah bulan mulai menunjukkan perkembangan pada hari keenam, meskipun pertumbuhannya mengalami perlambatan setelah hari tersebut.
Penurunan laju pertumbuhan benih setelah hari keenam mengindikasikan bahwa tanah bulan memiliki tantangan tersendiri dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Walaupun hasil yang diperoleh tidak sepenuhnya memuaskan, penemuan ini dianggap sebagai langkah maju yang signifikan.
Penelitian ini membuka peluang untuk eksplorasi lebih lanjut mengenai bagaimana tanaman dapat tumbuh dan berkembang di lingkungan yang sangat berbeda dari Bumi, seperti bulan dan Mars.