Bikin Mata Terperanjat, Ini Potret Kampungnya Bernuansa Majapahit Sejuk dan Asri
Begini penampakan desa yang dibangun mirip seperti pemukiman Majapahit.
Sebuah perkampungan di Kampung Wotawati, Girisubo, Kabupaten Gunungkidul menarik perhatian publik. Kampung tersebut memiliki penampilan yang unik karena rumah warganya memiliki desain arsitektur seperti zaman Majapahit.
Setiap rumah memiliki didesain dengan berbentuk mirip seperti rumah penduduk zaman Majapahit. Dibangun dengan menggunakan bata merah ditambah dengan halaman yang cukup luas.
- Potret Telaga Polaman Malang, Kolam Suci Saksi Runtuhnya Kerajaan Singasari
- Potret Wilayah Penting Kerajaan Majapahit Sejak Pemerintahan Raja Pertama, Warga Hidup Makmur
- Potret Candi Bacem, Dulu Bangunan Megah Zaman Majapahit Kini Tersisa Tumpukan Batu Bata
- Seperti Masuk ke Zaman Dulu, Begini Potret Kampung Majapahit yang Resik dan Asri
Lantas, bagaimana penampakan kampung yang mirip dengan pemukiman warga zaman Majapahit tersebut? Simak ulasannya sebagai berikut.
Penampakan Kampung Bernuansa Majapahit
Sebuah video yang diunggah oleh channel Youtube Mompar Mampir Explore memperlihatkan sebuah perkampungan di Gunungkidul yang unik.
Perkampungan tersebut memiliki bangunan rumah yang mirip seperti arsitektur rumah penduduk zaman Majapahit. Karena dibangun dengan menggunakan bata merah, pagar bata merah, dan halaman yang luas.
Letak kampung tersebut diketahui berada di bekas aliran sungai Bengawan Solo purba yang telah mengering jutaan tahun yang lalu.
“Nah yang menjadi daya tarik di Dusun Wotawati ini semua pagar rumah di dusun ini dibuat sama, seragam. Memakai konsep ala zaman Majapahit ya teman-teman,” ucap pria yang merekam video tersebut.
Diketahui, alasan pembangunan pagar rumah yang mirip dengan pemukiman zaman Majapahit adalah karena orang pertama kali yang tinggal di sana adalah berasal dari Majapahit.
“Karena zaman dulu itu yang pertama kali tinggal di Wotawati itu pelarian dari Majapahit,” ucap kepala dusun.
Dibangun untuk Desa Wisata
Tujuan untuk dibangunnya desa tersebut mirip seperti kerajaan adalah karena ingin membuat desa Wotawati menjadi desa wisata sehingga bisa menarik wisatawan untuk datang sekaligus belajar.
“Karena kan nantinya di Wotawati akan dibuka untuk pariwisata, desa wisata,” lanjut kepala dusun.
Selain memiliki bentuk arsitektur yang unik, ternyata dusun tersebut memiliki keunikan yang lain, yaitu hanya mendapatkan sinar matahari selama 8 jam sehari.
Hal itu dikarenakan letak dusun yang berada di tengah-tengah bukit sehingga, pada pagi hari, dusun tersebut terlambat mendapatkan sinar matahari, dan pada sore harinya, sinar matahari hilang lebih cepat.