Dari Mana Asalnya Bulan? Ternyata Ini Penjelasan Menurut Ilmiah
Keberadaan Bulan membuat langit tampak indah di malam hari. Namun tak banyak yang tahu dari mana asalnya Bulan. Begini ulasan singkatnya.
Keberadaan Bulan membuat langit tampak indah di malam hari. Namun tak banyak yang tahu dari mana asalnya Bulan. Begini ulasan singkatnya.
Dari Mana Asalnya Bulan? Ternyata Ini Penjelasan Menurut Ilmiah
Sejak ribuan tahun yang lalu, Bulan sudah menjadi bagian dari sebuah peradaban manusia.
Bagi beberapa kelompok masyarakat, Bulan telah dianggap sebagai dewa oleh banyak budaya.
Bulan seakan menyimpan sisi estetika serta cerita yang melekat di budaya manusia hingga kerap dibuat sebagai bahan karya tulisan.
- 5 Temuan yang Sulit Dipahami Ilmuwan, Salah Satunya Ada Fenomena yang Aneh di Luar Nalar Manusia
- Ilmuwan Ceritakan Ada Fenomena Langka Dua Lubang Hitam Bergabung di Luar Angkasa: Itu Nenek Moyang Galaksi Bima Sakti
- Ilmuwan Temukan Bongkahan Logam Aneh yang Bisa Hasilkan Oksigen Jumlah Besar di Dasar Laut
- Habis Makan Langsung BAB Apakah Bisa Menurunkan Berat Badan? Simak Penjelasannya
Keberadaan Bulan juga tak hanya bisa sekedar dipandang. Saat ini manusia juga telah melakukan perjalanan ke Bulan hingga berjalan di permukaannya.
Selain itu, kita telah mempelajari bebatuan dan interaksinya dengan pasang surut air laut.
Namun sebenarnya darimana asalnya Bulan? Ada beberapa teori yang mencoba memecahkan asal muasal Bulan sebenarnya.
Melansir dari laman britannica, Jumat (5/1) simak informasi selengkapnya berikut ini.
Koakresi: Bulan dan Bumi Terbentuk Bersama
Koakresi merupakan gagasan pertama dari tiga rangkaian gagasan lama yang menggambarkan bagaimana Bulan tercipta.
Teori ini berpendapat bahwa Bulan dan Bumi terbentuk pada saat yang sama dari piringan akresi primordial akibat aliran gas, plasma, debu, atau partikel berbentuk cakram di sekitar objek astronomi.
Objek tersebut perlahan lahan runtuh ke dalam yang akan membantu menjelaskan kesamaan geologi antara Bulan dan Bumi.
Gas dari awan mengembun menjadi material dan puing-puing yang ditarik untuk menempel pada salah satu benda tersebut. Bumi kebetulan menarik lebih banyak material dan meningkatkan massanya.
Akibat kedua benda tersebut, massa Bumi memungkinkannya mengembangkan tarikan gravitasi yang dominan, dan Bulan mulai mengorbit Bumi.
Meski demikian, banyak kritikus mencatat bahwa model ini gagal menjelaskan momentum sudut Bulan mengelilingi Bumi saat ini.
Fisi Bumi Menciptakan Bulan
Sebuah teori lain muncul dari astronom Inggris sekaligus anak peneliti Charles Darwin, Sir George Darwin.
Lewat teorinya, Bumi diperkirakan pernah berputar begitu cepat sehingga bongkahan material beterbangan dari permukaannya.
Materi ini diperkirakan kemudian terkondensasi menjadi Bulan. Meskipun teori fisi tampak meyakinkan karena komposisi mantel Bumi dan Bulan serupa, teori tersebut gagal seiring berjalannya waktu akibat tidak ada yang mampu menemukan kombinasi sifat yang tepat untuk proto-Bumi yang berputar yang akan menghasilkan jenis proto-Bulan yang tepat.
Teori Tangkapan: Bumi Menjerat Bulan yang Berlalu di Orbitnya
Teori selanjutnya menjelaskan bahwa Bulan mungkin terbentuk di tempat lain di tata surya, tetapi di luar pengaruh gravitasi bumi.
Beberapa ilmuwan menjelaskan bahwa Bulan mungkin pernah berada di bawah pengaruh planet lain selama beberapa waktu sebelum akhirnya lepas.
Teori tersebut menambahkan bahwa Bulan melintas dekat Bumi beberapa waktu kemudian. Jalurnya sangat dekat sehingga Bumi mampu menangkapnya dalam orbitnya.
Meskipun planet-planet lain, seperti Mars, diperkirakan telah menangkap asteroid-asteroid kecil yang kemudian menjadi bulan secara de facto, para ilmuwan tidak mampu mengetahui mekanisme di balik bagaimana Bumi bisa menangkap bulan dan memaksa kecepatan Bulan melambat cukup keras.
Sisa-sisa Theia yang Hancur Bersatu di Bulan
Penyebab selanjutnya adalah akibat tabrakan dahsyat planet seukuran Mars bernama Theia dengan Bumi.
Variasi ini mengandaikan bahwa Theia terdiri dari material yang berbeda, mungkin lebih lemah, dibandingkan Bumi.
Saat Theia menyerang, Bumi relatif utuh. Namun, Theia pecah, dan potongan-potongan yang tersisa akhirnya menyatu menjadi Bulan.
Meskipun teori ini menarik, teori ini gagal karena Bumi dan Bulan terdiri dari unsur-unsur serupa (khususnya silikon dan oksigen) dalam konsentrasi yang sama.
Dampak Theia Menghasilkan “Synestia”
Faktor ketiga adalah adanya Synestia. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa awan aneh berbentuk bagel berputar yang disebut sinestia mungkin tercipta akibat tumbukan tersebut.
Mereka berpendapat bahwa struktur ini bisa saja bertindak seperti semacam mangkuk pencampur yang berputar, yang memadukan unsur-unsur kimia yang ditemukan di dalam setiap tubuh secara merata.
Seiring berjalannya waktu, material di bagian paling luar sinestia menyatu menjadi Bulan, sedangkan material lainnya menyatu menjadi Bumi.
Tabrakan Dua Benda Serupa
Penyebab keenam adalah akibat dua benda serupa. Theia pernah menghantam Bumi, namun tidak terjadi penguapan, dan puing-puing akibat tumbukan masih menyatu ke Bulan.
Keunikan dari teori ini adalah bahwa materi yang menyusun Theia ternyata sama dengan materi yang menyusun Bumi.
Bisa jadi Theia dan Bumi terbentuk di sisi berlawanan dari piringan akresi yang sama (yang materialnya tersebar merata di seluruh bagian).
Belakangan, ada sesuatu yang mengganggu orbit Theia mengelilingi Matahari dan menyebabkannya menjauh dari lokasi aslinya, yang akhirnya mengakibatkan Theia menabrak Bumi.
Hipotesis Berbagai Dampak Luar Angkasa
Dalam teori ini, bumi awal diperkirakan dihantam bukan hanya oleh satu tumbukan, melainkan oleh beberapa tumbukan.
Setiap serangan diperkirakan telah menciptakan tumpukan puing yang akhirnya menyatu menjadi bulan kecil. Kemudian, bulan-bulan kecil ini bergabung satu sama lain untuk membentuk Bulan.
Hipotesis ini unik karena tidak bergantung pada satu “senjata”. Hal ini memungkinkan beberapa peristiwa untuk menumbuhkan Bulan secara bertahap.
Model tersebut mencatat bahwa piringan material akan terbentuk dalam beberapa jam setelah setiap tumbukan dan material ini akan mengembun menjadi satu bulan kecil selama beberapa ratus tahun.
Ilmuwan Israel menjelaskan bahwa mekanisme yang menjelaskan bagaimana masing-masing bulan kecil ini berkumpul menjadi satu kesatuan benda yang lebih besar belum bisa dipastikan.